Anak-Anak P Diddy Buat Konten Ucapan Ulang Tahun, Diduga Cuma Ambil Simpati Para Juri!

huft ada lagi aja tingkahnya

Anak-anak P Diddy membuat konten ucapan ulang tahun untuk diddy di jeruji (Instagram/Diddy)
Tue, 19 Nov 2024

P Diddy atau Sean Combs, kembali jadi sorotan setelah dituduh sengaja menyuruh anak-anaknya bikin konten ucapan ulang tahun untuk menarik simpati calon juri. 

Tuduhan ini muncul saat Diddy, yang kini ditahan di Metropolitan Detention Center (MDC), Brooklyn, mencoba lagi meminta jaminan setelah tiga kali ditolak. 

Meski menghadapi tuduhan berat seperti perdagangan manusia hingga pemerasan, Diddy terus bersikeras tidak bersalah, Kawula Muda.

Usaha keempatnya untuk keluar dengan jaminan pun langsung ditentang pihak jaksa, yang menuding dia mencoba menghalangi proses hukum dari dalam penjara.

Salah satu bukti yang dikemukakan jaksa adalah video Instagram yang diunggah anak-anak Diddy saat ulang tahunnya ke-55. 

Dalam video itu, anak-anaknya yaitu Quincy, Justin, Christian "King," Chance, si kembar D'Lila dan Jessie, serta Love Sean.

Mereka berkumpul di sekitar kue ulang tahun sambil menyanyikan lagu selamat ulang tahun lewat panggilan telepon. 

Diddy, yang ikut terhubung, terdengar berterima kasih kepada mereka, mengatakan ia bangga pada mereka karena tetap kuat dan mendukungnya selama ia menghadapi kasus ini. Namun, pihak jaksa menilai video itu bukan sekadar ucapan ulang tahun biasa. 

Mereka menuduh Diddy yang mengatur semuanya dari balik jeruji, bahkan memantau respons publik terhadap video tersebut untuk memastikan efeknya sesuai harapan. 

Menurut mereka, ini adalah salah satu cara Diddy mencoba memengaruhi calon juri.

Kasus ini semakin panas karena sebelumnya tim hukum Diddy telah meminta pengadilan menerapkan pembatasan pernyataan ke media.

Dia memberikan alasan menjaga haknya untuk mendapatkan persidangan yang adil. 

Kini, jaksa balik menuding bahwa Diddy sendiri memanfaatkan media sosial untuk menciptakan narasi yang menguntungkan, termasuk lewat video ulang tahun tersebut. 

Mereka menyebutnya sebagai bagian dari strategi manipulasi yang lebih besar untuk mendapatkan simpati dan memengaruhi proses hukum.

Berita Lainnya