Yahh, semoga enggak ya Kawula Muda.
Adanya invasi Rusia-Ukraina bisa menimbulkan akibat kepada Indonesia, termasuk harga mi ayam dan mi instan yang akan naik.
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) memprediksi makanan yang berbahan dasar gandum akan meningkat akibat perang antara Rusia dan Ukraina.
"Sebentar lagi harganya naik karena kita sangat bergantung pada impor gandum dari Ukraina," ujar Ketua YLKI Tulus Abadi pada acara webinar yang diselenggarakan Indonesia Consumer Club (ICC) yang bertajuk Harga Minyak yang Digoreng Langka, Selasa 02 Februari 2022, melansir dari CNN.
Tulus mengatakan, Indonesia setiap tahunnya membutuhkan 8,6 juta ton gandum untuk memproduksi mi instan, mi ayam, roti dan berbagai komoditas berbahan baku gandum lainnya.
Indonesia sendiri mengimpor 1,6 juta ton gandum dari Ukraina, karena Indonesia sendiri tidak memiliki tanaman gandum.
"Jadi kalau kita suka roti atau mi instan, berarti devisa kita akan semakin terkuras karena kita harus impor. Risikonya sangat bergantung pada harga impor, kecuali pemerintah punya uang banyak untuk menyubsidi atau memberi insentif," tutur Tulus.
Selain itu, menurut Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Rusli Abdullah, produsen mi instan di Indonesia tak akan menaikkan harga, kemungkinan ukuran mi instan yang diperkecil.
"Kalau naik (harga gandumnya) kayaknya enggak, mungkin akan dikecilkan ukuran mi-nya. Karena kalau dinaikkan harganya terlalu riskan, dari segi pemasaran kurang tepat. Jadi mengecilkan ukuran, ini sama seperti tahun 1998. Ada pengusaha mi instan itu, bilang ke Pak Soeharto, bagaimana ini harga gandum naik. Pak Harto bilang jangan dinaikkan, tapi ukurannya diperkecil. Di 1998 mi instan ukurannya mengecil, karena krisis moneter, harga komoditas naik," tuturnya.