Apa penyebabnya penduduk DKI Jakarta terkena ISPA?
Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta menyebutkan 100.000 dari 11 juta penduduk Jakarta terkena infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di setiap bulannya.
Dilansir dari Kompas, Ngabila Salama selaku Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinkes Jakarta mengungkapkan, peralihan musim dan kualitas polusi udara menyebabkan penduduk Jakarta terkena batuk, pilek, hingga pneumonia (radang paru-paru).
Setiap bulannya, tercatat rata-rata pasien mencapai 100.000 kasus dari 11 juta penduduk di Jakarta yang terjangkit ISPA.
Selain dari polusi udara, penyakit ISPA merajalela karena peralihan musim yang membuat imun tubuh terganggu dan mudah terjangkit penyakit seperti radang paru-paru kronis, penyebab penyakit paru obstruktif (PPOK), asma, dan penyakit sirkulasi darah seperti hipertensi dan jantung.
Ngabila pun membenarkan penyakit ISPA yang menjangkit warga Jakarta adalah akibat dari pengaruh iklim.
“Iya benar (penyebab bukan polusi udara), lebih pengaruh ke iklim,” ungkap Ngabila.
Meski begitu, polusi udara yang sedang meningkat belakangan ini juga perlu diwaspadai, Kawla Muda. Ngabila pun memberikan imbauan kepada penduduk Jakarta untuk mengurangi aktivitas berlebihan di luar rumah, yang dirasa kurang penting atau bukan keperluan mendadak.
“Seandainya kita mau keluar dari ruangan tertutup menuju ruangan terbuka sebaiknya menggunakan masker. Dan selama musim pancaroba ini jaga imunitas kita tetap baik dengan makan yang cukup dan bergizi, juga berolahraga,” ungkap Ngabila.
Dinkes DKI Jakarta juga telah mencatat, terdapat 638.291 kasus ISPA sepanjang periode Januari hingga Juli 2023.
“Kasus ISPA polanya akan sama dari tahun ke tahun, akan mulai meningkat pada September, lalu puncak di Oktober-November. Dan mulai kembali turun sesudah bulan Maret,” ungkap Ngabila.
Meski begitu, Pemerintah RI dan Kemenkes RI juga mengimbau kepada seluruh penduduk baik dalam Jakarta maupun luar Jakarta untuk tetap memakai masker terkait meningkatnya polusi udara yang akhir-akhir ini banyak dikeluhkan penduduk terutama di Jakarta dan mengurangi kegiatan di luar rumah yang dirasa tidak penting.