Welcome back Banda Neira!!!!
Tahun 2024 barangkali jadi salah satu tahun yang berat, ribut-ribut Pilpres, hingga berita tentang genosida di Palestina cukup sering bikin kepala pening karena mau tidak mau menelan informasi yang semasif ini.
Kembalinya Banda Neira di industri musik tanah air merupakan oase yang segar, meski berita buruk masih terus ada, paling tidak sesuatu yang ditunggu selama delapan tahun ini akhirnya terbayar. Banda Neira kembali, dengan album dan formasi baru.
Hadirnya album “Tumbuh dan Menjadi” dan Sasha yang meneruskan estafet Rara Sekar bikin nafas Banda Neira kembali memanjang.
Ananda Badudu kini tak akan lagi terus menerus diteror pertanyaan “kapan comeback?” atau “kapan reuni?”. Sasha juga mungkin tak lagi dikenal sebagai ‘Sasha Iguana’, tapi punya label lain, yakni ‘Sasha Banda Neira’.
Nanda kini berhasil/berani mempertanggung jawabkan tuntutan karya-karya Banda Neira yang meminta kembali dibawakan.
“Saya juga tidak pernah mempromosikan album-album Banda Neira, tapi lagu-lagunya mencari jalannya sendiri menemui para pendengar,” ujar Nanda seperti dikutip dari siaran pers yang diterima Prambors, Jumat (1/11/2024).
Kehadiran Sasha barangkali semakin memantapkan hasrat Nanda untuk meneruskan Banda Neira.
“Kami bersepakat untuk bermusik bareng juga karena sama-sama ingin terus bermusik sampai seterusnya, kalau bisa sampai kita tua,” kata Sasha.
“Kalau bisa enggak perlu ada bubar-bubar lagi,” ujarnya menutup.
Kembalinya Banda Neira di industri musik Indonesia juga disambut baik oleh mantan personelnya, yakni Rara Sekar. Melalui akun Instagram pribadinya, Rara seakan memberikan restu kepada era baru Banda Neira.
“Penuh rasa syukur, bahagia dan bangga pernah menjadi bagian dari Banda Neira. Aku mungkin tidak akan pernah tahu kalau jalan hidupku ada di musik, tanpa hadirnya Banda Neira di dalam hidupku. Terima kasih Nanda, Sorge dan semua yang telah menemani perjalanan Banda Neira masa itu. Meski tak semua yang kita tanam kita tuai bersama, benih tetap tumbuh—menjadi tunas, menjadi pohon, menjadi bunga yang mewangi dan menghidupkan hari-hari kita, meski tak lagi bersama. Hari ini aku merayakan kelahiran babak baru Banda Neira. Terus berjalan, @anandabadudu, selamat berlayar bersama @sashaiguana ♥️,” bunyi keterangan di unggahan Instagram Rara Sekar.
Kini, Banda Neira melanjutkan perjalanan yang sempat terhenti, dibantu banyak nama-nama besar, yang beberapa di antaranya sudah familiar dengan duo folk ini, seperti pianis Gardika Gigih dan Mery Kasiman; penabuh drum Dialog Dini Hari, Deny Surya; solois Eky Rizkani yang dikenal dengan nama panggung Reruntuh; penata vokal Ranya Badudu; dan Ruang String Quartet asal Yogyakarta yang beranggotakan Jeremia Kimosabe (cello), Saptadi Kristiawan (biola 1), Oscar Tunes (biola 2), dan Wasita Adi (viola).
Betapa berat beban Ananda Badudu, tuntutan menghidupkan kembali Banda Neira, hingga ekspektasi karya baru semagis album “Berjalan Lebih Jauh” (2012) dan album “Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti” (2016).
Sementara itu, Sasha sendiri bukan tanpa beban, meneruskan sosok Rara Sekar juga bukan perkara mudah.
Meski begitu, album “Tumbuh dan Menjadi” lahir bukan sekadar menebus perasaan bersalah “yang penting comeback dulu aja”. Nanda dan Sasha justru berhasil menghidupkan kembali musik Banda Neira sebagaimana mestinya; musik yang ramah di telinga dan lirik yang jujur apa adanya.
Album “Tumbuh dan Menjadi” yang berisi sembilan lagu ini terdengar lebih mature dibanding dua album pendahulunya.
Terbukti, ada banyak lirik yang terdengar seperti memvalidasi perasaan-perasaan para pendengarnya, seperti lagu “Kan Terus Ku Tulis”, “Sampai Nafas ini Habis”, “Mimpilah Seliar-liarnya”, dan lagu “Tak Apa Akui Lelah” yang dirilis lebih dahulu sebelum albumnya.
Ciri khas lain dari Banda Neira yang masih ada di album barunya ini adalah lagu-lagu ‘perlawanan’. Siapa yang tidak takjub dengan lirik lagu “Mawar” di album “Berjalan Lebih Jauh” yang terdengar mengintimidasi ‘kekuasaan’, atau lagu “Tini dan Yanti” yang mengingatkan kita pada peristiwa 1965 yang tak pernah diajarkan di sekolah.
Kini, Banda Neira punya lagu dengan semangat yang sama, yakni lagu “Ajariku Jadi Berani”, yang secara terang-terangan menyebutkan nama-nama aktivis simbol perlawanan, seperti Marsinah, Wiji Thukul, Theys Eluay, Munir Said Thalib, dan Bu Sumarsih.
Berbeda dengan lagu “Mawar” yang memadukan suara petikan gitar Nanda yang kelam dan suara Rara yang menggebu-gebu, lagu “Ajariku Jadi Berani” yang berkolaborasi dengan Reruntuh lebih terasa seperti berada pada fase acceptance sembari terus berharap masih bisa terus berani.
Sementara itu, lagu “Kan Semakin Menggema, Memerdekakan” mencoba mengulang formula yang sama seperti lagu “Sampai Jadi Debu”; intro yang panjang. Bedanya, “Sampai Jadi Debu” lebih layak didedikasikan kepada pasangan, sedangkan “Kan Semakin Menggema, Memerdekakan” lebih pantas jadi perpanjangan nafas perjuangan.
Beralih ke track “Teman Kau Hendak Pergi ke Mana?” dan “Peganglah Tanganku, Coba Lagi Sekarang”, menambah katalog lagu Banda Neira yang masuk kategori ‘semua umur’, seperti lagu “Sebagai Kawan”.
Lagu “Tumbuh dan Menjadi” menutup album ini dengan gebukan drum Putu Deny Surya, seperti sebuah selebrasi atas bangkitnya Banda Neira dari mati suri.
Akhir kata, sebagai orang yang tumbuh, bahagia, dan patah hati ditemani lagu-lagu Banda Neira, saya ucapkan terima kasih kepada Nanda dan Sasha yang kembali menghidupkan musik Banda Neira.
Jadi, kapan intimate showcase?