Spill lagu anak yang paling memorable buat lo, Kawula Muda!
Trio Rayi, Asta, dan Nino yang tergabung dalam RAN merilis mini album anak berjudul ‘RAN For Your Kids’ bertepatan dengan Hari Anak Nasional, 23 Juli 2024.
Album ini lahir dari kepedulian RAN terhadap anak Indonesia yang kini banyak mengonsumsi lagu-lagu dewasa dan juga lagu anak berbahasa asing.
Sebagai generasi yang tumbuh bersama lagu anak, RAN merasa memiliki tanggung jawab moral untuk berupaya memberikan pengalaman yang sama kepada anak Indonesia.
RAN barangkali merasakan keresahan yang sama seperti sebagian masyarakat yang merasa kini anak-anak kerap mendengarkan lagu yang tidak seusianya.
Seiring dengan perubahan zaman, minat terhadap lagu anak semakin menurun.
Gen Z dan Milenial mungkin cukup punya memori dengan penyanyi anak-anak pada masanya, seperti Joshua, Tasya, Sherina, Chikita Meidy atau Trio Kwek Kwek.
Sayangnya, kini anak-anak tampaknya tidak punya ikon anak kecil seperti era-era sebelumnya.
Perkembangan teknologi turut mempengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan manusia, Kawula Muda. Tak terkecuali pengaruhnya terhadap aktivitas anak-anak.
Gak heran, anak-anak kini lebih familiar dengan lagu “CoComelon” dan “Baby Shark” dibanding lagu “Kata Ajaib” milik Glitter yang menggunakan bahasa Indonesia dengan baik.
Lagu anak dengan bahasa Indonesia tentunya sangat penting untuk tumbuh kembang anak, karena lagu anak yang berbahasa asing tidak memberikan dampak terhadap pertumbuhan karakter ketika anak bukan bilingual karena tidak memahami lirik tersebut.
Dikutip dari Tempo, Kamis (25/7/2024), Psikolog anak Efnie Indrianie menjelaskan lagu anak, terutama yang menggunakan bahasa Indonesia, ternyata punya peran penting pada tumbuh kembang anak. Salah satunya untuk mengajarkan nilai-nilai kehidupan positif pada anak.
“Sering kali kalau menyanyikan lagu secara berulang, otomatis kita akan menyanyikan lagu secara refleks. Setelah refleks menyanyikan lagu, kata-kata dalam lagu itu terkunci di alam prasadar kita," kata dosen psikologi di Universitas Kristen Maranatha itu.
Tentu saja orang tua punya peran penting untuk memfilter konten yang dikonsumsi anaknya, tetapi, sinergi yang baik dari semua pihak (pencipta lagu anak dan pemerintah) bisa membuat ekosistem lagu anak mampu mencapai tujuannya, yakni mendukung tumbuh kembang anak-anak Indonesia.
Pentingnya pemangku kebijakan untuk memfilter dan meregulasi hiburan di Indonesia salah satunya ialah untuk menjaga anak-anak dari hiburan yang tidak seusianya, Kawula Muda.
Tampaknya, kita sudah terlalu sering menyaksikan anak-anak mengkonsumsi hiburan yang tidak tepat, salah satu contoh yang sayangnya masih terjadi ialah anak-anak menonton film kategori Remaja atau Dewasa di Bioskop.
Orang tua lagi-lagi memang jadi kunci utama untuk menjaga anak-anak untuk tidak mengkonsumsi hiburan yang tidak seharusnya, tetapi pembiaran yang sering terjadi di bioskop-bioskop juga punya andil besar.
Menempelkan kategori dalam film tanpa benar-benar menindak pelanggarannya sepertinya hanya sia-sia belaka, Kawula Muda.
Kelonggaran aturan tersebut barangkali karena Lembaga Sensor Film (LSF) yang seharusnya jadi pihak berwenang dalam ranah ini, hanya bisa mengusulkan sanksi administratif kepada Pemerintah terhadap pelaku kegiatan perfilman atau pelaku usaha perfilman yang melanggar aturan tentang penggolongan usia dalam film, sesuai Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2009 tentang Perfilman (UU Perfilman).
Ini belum soal sosial media yang kontennya mayoritas untuk orang dewasa, Kawula Muda.
Sebenarnya kita bukan kekurangan lagu anak, Kawula Muda.
Menurut catatan Anugerah Musik Indonesia (AMI), dalam dua tahun terakhir jumlah lagu anak yang didaftarkan untuk AMI Awards mencapai 184 lagu (tahun 2023), dan 168 lagu (tahun 2024).
Tentu saja angka tersebut tidaklah sedikit, mengingat Indonesia punya catatan dan historis yang baik dalam penciptaan lagu anak.
Tampaknya exposure hingga akses yang terbatas membuat lagu anak Indonesia tidak sampai pada tujuannya, yakni anak-anak.
Diperlukan peran kolektif untuk membuat lagu anak Indonesia kembali berjaya. Sayangnya, tampaknya tidak semua pihak terkait punya kemauan untuk itu.
Sebagai generasi yang tumbuh bersama lagu anak, RAN memiliki tanggung jawab moral untuk berupaya memberikan pengalaman yang sama kepada anak Indonesia hari ini dengan merayakan kegembiraan lewat lagu yang memiliki nilai-nilai positif, memotivasi, dan dinyanyikan dengan bahasa ibu, yaitu bahasa Indonesia.
“Dulu sangat mendengarkan lagu-lagu anak. Dan banyak juga memori yang melekat
dengan lagu anak. Bahkan mungkin secara musikalitas sangat memperkaya musikalitas kami. Hari-hari jadi ceria misalkan berangkat sekolah dengerin lagu anak happy banget. Atau liburan dengerin kaset lagu-lagu anak. Intinya sih membuat masa kecil kami lebih fun,” ungkap Asta Andoko, personel RAN saat preescon untuk mini album ‘RAN For Your Kids’ di Urban Forest, Rabu (24/7/2024).
Lewat keresahan itulah, RAN kemudian merilis ‘RAN For Your Kids’.
Mini Album ini berisi delapan track yang terdiri dari tiga lagu RAN, yaitu “Selamat Pagi,” “Sepeda,” dan “Dekat di Hati,” satu lagu anak ikonik dari era 90-an dengan sedikit gubahan sesuai zaman “Macet Lagi (Si Komo naik MRT)”, plus empat voice over naratif dari Kak Seto tentang universe RAN For Your Kids. RAN melibatkan Alvin Witarsa sebagai ko-produser.
RAN juga melibatkan talenta anak secara langsung, yaitu Velyn Elsa, Khayla Khay, dan Achmad Barakha.
Tentunya kita gak bisa cuma mengandalkan RAN untuk membuat lagu-lagu anak yang kayak. Perlu ada kerjasama kolektif untuk bisa menyajikan hiburan anak-anak yang seharusnya.
So, dengerin Mini Album RAN ‘RAN For Your Kids’ di bawah ini, Kawula Muda!