Yah pupus deh harapan bakal reuni
Kabar reuni band legendaris, The Smiths tampaknya tidak akan terjadi, paling tidak dalam waktu dekat ini, Kawula Muda.
Pasalnya, dua mantan personel The Smiths, yakni Morrissey dan Johnny Marr terlibat dalam konflik yang cukup serius.
Agustus lalu, Morrissey sempat nyindir Marr soal tawaran tur reuni The Smiths yang konon bakal kasih mereka keuntungan besar. Katanya, Marr nggak merespons dengan baik tawaran itu.
Marr langsung klarifikasi dan bilang kalau dia nggak mengabaikan apa pun, cuma bilang "simply said no." Jadi, nggak ada drama besar menurut dia.
Eh, minggu lalu, tepatnya pada Rabu (11/9/2024), Morrissey malah nambahin kalau Marr juga ngeblok perilisan album kompilasi hits terbesar The Smiths, yang pastinya bikin banyak fans kecewa.
Dan baru-baru ini, Morrissey bikin pernyataan lagi kalau Marr sekarang punya hak penuh atas nama "The Smiths," sesuatu yang Morrissey kayaknya nggak terima.
Di sebuah pernyataan yang diunggah di situs Morrissey pada 15 September, terlihat jelas bahwa konflik antara Morrissey dan Johnny Marr masih belum berakhir.
Bahkan, Marr mengajukan merek dagang untuk nama "The Smiths," yang membuat situasi ini semakin memperburuk hubungan mereka. Dari sini, kelihatan kalau drama di antara mereka masih terus berlanjut tanpa ada tanda-tanda damai.
Mengutip laman morriseycentral.com, J Marr berhasil mendapatkan 100 persen hak merek dagang/kepemilikan Kekayaan Intelektual atas nama The Smiths.
"Permohonannya diterima berdasarkan sumpah atau pernyataan yang dia ajukan. Ini dilakukan tanpa konsultasi sama sekali dengan Morrissey, bahkan tanpa memberi Morrissey kesempatan untuk mengajukan keberatan. Artinya sekarang Marr bisa tur pakai nama The Smiths dengan vokalis pilihannya, dan Morrissey nggak bisa pakai nama itu lagi. Selain itu, ini juga membuat Morrissey kehilangan penghasilan yang cukup besar. Padahal, Morrissey yang menciptakan nama 'The Smiths' pada Mei 1982." bunyi pernyataan tersebut.
Mike Joyce, yang pernah main drum untuk The Smiths, sempat ngobrol di BBC Radio Manchester tentang situasi panas antara Morrissey dan Johnny Marr.
Menurut dia, agak aneh sih kalau masalah sebesar merek dagang dan kemungkinan tur malah diumbar di depan umum. Menurutnya, hal kayak gini lebih baik diserahkan ke pengacara atau tim manajemen yang mengerti urusannya.
Tapi Joyce juga bilang kalau ini bukan masalah yang dia bisa kontrol langsung, jadi dia nggak mau ikut campur lebih jauh.
Sementara itu, Marr langsung bantah rumor yang nyebar soal dia bakal tur pakai nama The Smiths dengan vokalis baru.
"Nggak ada rencana kayak gitu," tegas Marr.
Dia juga menambahkan pernah ada tawaran bikin kompilasi lagu hits bareng Warner Music Group, tapi dia tolak. Menurutnya, udah ada cukup banyak album kompilasi hits terbaik The Smiths, jadi nggak perlu nambah lagi.
Kalau ngomongin sejarah mereka, Morrissey dan Marr sebenarnya punya catatan kerja sama yang luar biasa di band lamanya, The Smiths.
Meski The Smiths cuma aktif selama enam tahun, mereka berhasil ngerilis empat album yang luar biasa dan sangat berpengaruh di dunia musik.
Album pertama mereka, "The Smiths" (1984), langsung ngasih dampak besar di dunia musik alternatif. Kemudian ada "Meat Is Murder" (1985) yang lebih politis, diikuti "The Queen Is Dead" (1986) yang sering dianggap sebagai puncak kreativitas mereka. Album terakhir, "Strangeways, Here We Come" (1987), keluar pas mereka bubar.
Sayangnya, meskipun legasi mereka sebagai salah satu band paling ikonik sepanjang masa tetap bertahan, hubungan pribadi antara Morrissey dan Marr kelihatannya makin sulit diperbaiki.
Drama soal merek dagang ini cuma nambah satu babak lagi di saga panjang konflik mereka, dan bikin harapan untuk reuni The Smiths makin tipis.
Bagi fans, yang bisa dilakukan sekarang cuma duduk manis sambil nonton drama ini unfold, berharap ada keajaiban yang bisa nyatukan mereka lagi.