Kawula Muda, tidak sedikit idol yang mengalami gangguan mental karena popularitas mereka.
Dengan melakukan debut sebagai seorang idol K-Pop, bukan berarti perjuangan mereka menjadi lebih mudah. Justru ketika memulai debut, perjuangan berat seorang idol K-Pop baru dimulai.
Seperti yang baru-baru ini dialami oleh boy group Omega X. Grup K-Pop yang berada di bawah naungan SPIRE Entertainment ini diduga telah menjadi korban kekerasan yang dilakukan oleh CEO agensinya sendiri ketika tengah berada di Los Angeles, AS.
Kabar ini diungkap oleh salah satu penggemar mereka yang melihat kejadian tersebut, merekam, dan mengunggahnya di media sosial.
Menurut penggemar yang melihat langsung kejadiannya, saat itu para personel Omega X sedang menunggu kiriman makanan di luar. Tiba-tiba seseorang yang diduga CEO agensi berteriak dan memukul anggota Omega X.
“Apa yang telah kamu perbuat kepada saya? Ketika saya sedang kesusahan apakah dia pernah membantu saya?” ujar CEO perempuan itu dengan nada tinggi.
“Apakah kamu benar-benar berpikir kamu pantas dicintai oleh semua orang ini, you b***ards,” ujar CEO bermarga Kang tersebut.
“Kamu berhasil sampai sini bukan karena dirimu sendiri.”
Melansir dari Koreaboo, dalam video tersebut terlihat salah satu personel Omega X, Jaehan, sedang duduk dan tampak kelelahan. Menurut laporan, saat itu Jaehan menunjukkan tanda-tanda serangan panik. Namun, sang CEO justru semakin meremehkan kondisi Jaehan.
“Kelelahan, ya? Kim Jaehan! Tuan Kim yang malang. Berhentilah menjadi idola. Kamu sakit sepanjang waktu,” katanya lagi.
CEO itu kemudian menarik kerah Jaehan dan mendorongnya. Jaehan terlihat terjatuh dan coba ditolong member lain. Mereka kemudian memapah Jaehan yang menangis.
Video dan audio tersebut kemudian dirilis oleh SBS News dan menjadi topik perbincangan hangat. Tagar seperti #ProtectOMEGA_X pun ramai dinaikkan oleh para penggemar mereka sebagai bentuk dukungan.
Karena video dugaan kekerasan yang dilakukan oleh pimpinan agensi Omega X menjadi viral, SPIRE Entertainment langsung merilis pernyataan.
“Pertama, kami menundukkan kepala kami untuk meminta maaf mendalam karena telah menimbulkan kekhawatiran melalui berita yang tidak menyenangkan ini,” ungkap pihak agensi.
Menurut mereka, peristiwa itu terjadi setelah Omega X menyelesaikan tur konser “CONNECT: Don’t Give Up” di Amerika Serikat pada 22 Oktober 2022.
“Insiden yang menimbulkan kontroversi setelah terungkap di media sosial itu terjadi setelah makan malam yang berlangsung pada akhir tur yang dimulai pada 16 September di Guadalajara Meksiko dan berlangsung lebih dari sebulan hingga konser di LA, Amerika Serikat.”
“Setelah menyelesaikan tur, anggota OMEGA X dan agensi berbicara tentang betapa kerasnya mereka bekerja sampai saat itu untuk membuat rencana masa depan,” tulis mereka lagi.
“Dalam proses komunikasi, mereka akhirnya mengungkapkan keluhan mereka satu sama lain, dan suara mereka mulai meninggi saat mereka menjadi marah terbawa emosi.”
Menurut pihak agensi, saat ini masalah tersebut telah diselesaikan. Para personel Omega X dan agensi saat ini telah menyelesaikan semua kesalahpahaman mereka.
Laporan terbaru menyebutkan bahwa para personel Omega X membiayai sendiri tiket perjalanan pulang dari Amerika ke Korea, karena pihak agensi telah membatalkan tiket.
Melansir dari Koreaboo, para personel Omega X meminta bantuan orang tua mereka untuk membelikan tiket pesawat pulang karena pihak agensi meninggalkan mereka.
Namun, pernyataan berbeda keluar dari CEO SPIRE Entertainment Kang Seong Hee yang mengatakan bahwa mereka sengaja menunda kepulangan para member karena tempat duduk mereka berpotensi bersama dengan penggemar, sehingga perusahaan memilih untuk membatalkan tiket.
Dalam panggilan telepon yang diberitakan oleh SBS, CEO Kang juga angkat suara tentang tuduhan kekerasan yang dia lakukan. Ia mengklaim bahwa tuduhan tersebut sengaja dibuat oleh anti-fan agensi.
“Itu tuduhan sepihak yang dimulai anti-fan yang memusuhi manajemen. Saya kelelahan karena kurang istirahat beberapa malam berturut-turut. Saya bahkan mimisan karena sangat lelah. Namun, para member tidak berpikir untuk membuat saya lebih baik. Mereka tidak peduli terhadap saya. Jadi, saya merasa kesal dan bertindak karena rasa kecewa. Biasanya, saya sangat sopan kepada para member. Saya bahkan menggunakan bahasa formal ketika berbicara kepada mereka.”
Kisah yang dialami oleh para personel Omega X hanyalah segelintir dari penggambaran akan beratnya kehidupan seorang idol K-Pop.
Banyak orang yang melihat para idol K-Pop ini memiliki kehidupan yang enak, bergelimang harta dan popularitas, padahal di balik itu semua, kehidupan para idol tidak semudah yang terlihat.
Beratnya kehidupan seorang idol K-Pop pernah diungkap oleh mantan member girl group Crayon Pop, Way. Sebelum melakukan debut, banyak hal yang harus Way persiapkan salah satunya adalah mengubah caranya bersikap, latihan setiap hari hingga kakinya alami memar dan bengkak, serta melakukan diet ketat.
“Aku tidak diizinkan makan makanan ringan atau ngemil tengah malam,” ujar Way.
Penderitaan Way terus berlanjut setelah ia melakukan debut. Ia bahkan harus meletakkan kantong pasir sebesat 5 kilogram di kaki selama menjalani sesi latihan.
Menurut pihak agensi yang menaunginya saat itu, kantong pasir itu sangat bermanfaat, karena ketika dilepas, kakinya akan terasa lebih ringan ketika menari.
Untuk debut menjadi menjadi seorang idol, mereka harus melalui tahapan training yang panjang dan melelahkan. Ada beberapa idol yang harus menjalani masa training selama 4-5 tahun bahkan 10 tahun sebelum akhirnya debut.
Banyak juga trainee yang akhirnya gagal debut meskipun sudah bekerja keras selama bertahun-tahun.
Para idol K-Pop ini terikat dengan kontrak. Begitu kontrak mereka berakhir, belum tentu perusahaan mau memperpanjang kontrak mereka.
Biasanya, kontrak idol memiliki waktu yang cukup panjang yaitu sekitar lima sampai tujuh tahun. Tapi dulu, kontrak idol K-Pop bisa lebih panjang lagi dan dikenal dengan istilah slave contract. Beberapa agensi akhirnya merevisi kontrak mereka, sehingga rata-rata kontrak idol K-Pop hanya selama tujuh tahun.
Berbeda dengan pekerjaan pada umumnya, seorang idol jarang mendapatkan bayaran di awal karier mereka. Karena mereka harus membayar semua pengeluaran yang ditanggung oleh perusahaan untuk mendebutkan mereka. Para idol ini harus melunasi biaya training, sewa apartemen, hingga produksi album.
Biasanya, sebuah grup K-Pop baru ‘balik modal’ atau mencapai break event point ketika memasuki tahun ketiga atau untuk beberapa kasus mungkin membutuhkan waktu lebih lama lagi, kecuali grup yang baru debut langsung meledak dan sukses.
Ini pernah dialami oleh girl group GFriend, karena debut mereka sukses, para member bisa melunasi semua pengeluaran sebelum debut dalam waktu dua tahun.
Target market idol K-Pop adalah remaja, sehingga ketika mereka beranjak dewasa, agak sulit untuk bisa diterima oleh market ini dan bersaing dengan idol yang usianya lebih muda lagi.
Jadi, bisa menyanyi dan dance saja tidak cukup. Mereka harus terus mengembangkan kemampuan dan membaca peluang. Sebagai jalan keluar, tidak sedikit idol yang akhirnya merambah ke dunia seni peran, agar karier mereka bisa lebih panjang lagi.
Persaingan yang ketat membuat sebuah grup bisa langsung hilang dari industri kalau tidak gencar melakukan promosi dan meluncurkan karya yang laku yang di pasaran.
Dulu, seorang idol bisa merilis single dan album lalu mempromosikannya selama berbulan-bulan. Tapi saat ini, hal tersebut tidak bisa lagi dilakukan.
Karena itu, sekarang banyak yang merilis single, single album yang biasanya berisi dua lagu, mini album, full album, dan repackage. Ini dikenal dengan istilah album splitting.
Tuntutan industri hiburan membuat seorang idol harus bisa muncul di banyak acara agar publik semakin mengenal mereka. Sehingga tentu saja, hal tersebut sangat memengaruhi waktu istirahat mereka.
Banyak yang menganggap bahwa idol adalah sebuah produk, sehingga mereka harus tampil sempurna. Ketika idol melakukan kesalahan ataupun tersandung kontroversi, tidak sedikit idol yang kariernya berakhir walaupun telah meminta maaf.
Terus menerus di bawah pengawasan publik, membuat sejumlah idol K-Pop mengalami gangguan mental mulai dari gangguan pola makan, insomnia, depresi, hingga akhirnya memilih untuk mengakhiri hidup dengan bunuh diri.
Konsekuensi popularitas mereka yang cukup besar, tanpa sadar telah membuat mental mereka hancur. Masih bilang jadi idol K-Pop itu enak?