Kawula Muda suka dangdut koplo juga?
Musik tampaknya tidak bisa lepas dari kehidupan sebagian orang, terutama anak muda. Bonus demografi yang diisi oleh anak-anak muda, khususnya di Indonesia rupanya punya kontribusi besar di sektor hiburan, dalam hal ini musik.
Dibantu sosial media, musik seakan menjadi salah satu yang vital dalam keseharian anak muda, dari TikTok hingga Spotify yang didengarkan saat di angkutan umum menandakan bahwa anak muda saat ini seakan tidak bisa lepas dari musik.
Berbagai genre musik tersedia hanya di satu genggaman gawai, menariknya anak muda di Indonesia cukup terbuka untuk menerima berbagai macam genre, salah satunya adalah dangdut koplo.
Musik dangdut berasal dari upaya pengembangan musik melayu yang diberi tambahan instrumen atau alat musik sehingga lebih variatif. Pada mulanya, belantika musik di tanah air telah lama dihiasi oleh alunan-alunan musik melayu yang perkembangannya cukup baik dan dapat bertahan sampai saat ini.
Musik dangdut kemudian berevolusi dengan melahirkan berbagai macam sub genre lain, di antaranya adalah dangdut koplo. Dangdut koplo mengandalkan gendang sebagai instrumen utamanya, serta memiliki ciri khas pada tempo dan pemain gendangnya lebih dominan dibanding instrumen lainnya.
Kemunculan band-band segar dengan genre dangdut koplo modern semakin menaikkan pamor genre yang sebelumnya hanya mentas di panggung-panggung daerah.
Feel Koplo, NDX AKA, Prontaxan merupakan tiga dari sekian musisi yang dikenal karena musik genre koplo modernnya. Berkat mereka, musik dangdut koplo bisa mentas di festival-festival besar, bahkan maestro sekelas Didi Kempot bisa kembali manggung di panggung festival musik yang didatangi mayoritas anak muda di luar masa jayanya.
Fenomena tersebut kemudian menimbulkan pertanyaan mengenai alasan anak-anak muda menggemari musik dangdut koplo di tengah gempuran musik elektronik yang tidak kalah menjamur?
Abdul seorang karyawan swasta mengaku bisa menikmati musik dangdut koplo yang sebagian besar diisi dengan lirik-lirik bahasa Jawa, meskipun ia sendiri tidak begitu memahami arti lirik tersebut.
“Untuk gue yang sehari-hari pake bahasa Indonesia, dengerin musik koplo suka dapet kosakata baru dari bahasa daerah yang sebelumnya gue gatau,” ungkapnya
Selain Abdul, Dandi yang juga bekerja di Jakarta mengaku bahwa musik dangdut koplo terasa seperti memiliki sihir, meski tidak mengerti tetap bisa bikin geleng-geleng kepala.
“Nah kan gue bukan orang Jawa nih, kurang ngerti sama bahasanya. Tapi kalo gendang sudah dimainkan mau ngerti apa engga gue tetep goyang,” tuturnya.
Musik dangdut koplo memang menjadi tren baru anak muda di Indonesia, genre tersebut kerap dibawakan untuk mengcover lagu-lagu yang sedang hits.
Melihat fenomena tersebut, Raja Dangdut, Rhoma Irama menegaskan bahwa ia tidak akan mengizinkan lagu-lagunya diaransemen ulang dengan versi dangdut koplo. Baginya dangdut koplo kental dengan nuansa erotis, yang mana hal tersebut justru bertolak belakang dengan pesan-pesan dalam lagunya.
Mendengar respons tersebut, anak-anak muda yang menyukai dangdut koplo sepertinya tidak menanggapi hal itu secara serius, meskipun genre musik yang mereka dengarkan dicap 'kental dengan nuansa erotis'.
Yusril sebagai salah satu pecinta musik koplo mengaku bahwa dirinya tidak mau ambil pusing dengan statement yang ada. Baginya, ia hanya menikmati musik, bukan visualnya.
“Yang sejauh ini gue liat sih masih wajar-wajar aja sih, karena gue lebih sering enjoy nikmatin musiknya aja sih dibanding visualnya,” ucapnya.
Suka atau tidak, dangdut koplo merupakan salah satu kekayaan yang dimiliki Indonesia, lagi pula selera tidak bisa didebatkan.