ringan sama dijinjing, brat sama difficult
Musisi pop asal Inggris, Charli XCX baru saja comeback dengan gebrakan gila lewat album fenomenal bergenre EDM, 'brat', resmi rilis pada 7 Juni 2024 lalu, Kawula Muda.
Berbeda dengan lima album sebelumnya yang terdengar sangat basic pop, 'brat' adalah fenomena pop culture terkini, yang telah melahirkan sosok asli dari pribadi Charli XCX; musisi penuh eksperimental, tukang pesta dalam kebingungan, pembuat kekacauan, serta ceplas-ceplos.
Perasaan ketika mendengarkan seluruh lagu di album 'brat', termasuk tiga lagu tambahan dalam brat and It’s the Same But There’s There More Songs So It’s Not--the Deluxe edition, adalah sama dengan pengertian dasar dari kata Brat itu sendiri, yakni untuk anak yang berkelakuan nakal.
Yup, Charli berhasil mendefinisikan sebuah istilah lewat album penuh kekacauan dari suara entakkan yang bersemangat, synthetizer yang bergetar dan vokal yang ‘seenaknya’, dikemas dalam paket yang matang.
Pemilik alter ego PARTYGIRL (nama panggung DJ-nya untuk promo brat), mengaku 'brat' adalah album yang paling agresif dan blak-blakan, namun juga ringkih.
Perlu diakui, 18 total lagu dalam 'brat' mestinya bisa digarap oleh produser musik lain agar lebih ciamik secara kualitas dan getarannya.
Namun, enggak akan ada yang bisa mengemasnya se-well prepared Charli dan timnya. Buktinya, debut 'brat' menduduki posisi ketiga dalam Billboard 200, peringkat kedua di tangga lagu Inggris, dan menjadi nomor satu dalam Billboard Top Dance/Electronic Albums.
Gak cuma itu, Kawula Muda, album 'brat' dinobatkan sebagai album dengan nilai terbaik sepanjang 2024 berdasarkan Metacritic. Album ini berhasil dapat nilai 95/100! Bahkan, banyak media yang enggak ragu untuk memberikan nilai sempurna untuk brat, yakni 100.
“Aku terlahir untuk membuat lagu pesta, aku hadir untuk klub,” ujar Charli lewat X (tadinya Twitter) tentang aliran musik dari album keenamnya.
Charli XCX bukan hanya performer dalam album 'brat', ia juga turun tangan langsung dalam produksi album hijau ini sampai metode untuk eksekusi promosi album tersebut.
Charli tampaknya cukup idealis dalam album ini, ia bahkan memegang peran sebagai executive production, design, sekaligus layouter album yang berkembang menjadi template meme yang sangat mudah dibuat dan tersebar di sosial media belakangan ini. Saking mudahnya, sampai-sampai Charli memfasilitasinya dengan membuka situs bratgenerator.com.
Brat is the cultural reset, di mana musisi pop berhasil mengonsepkan karya musiknya sebagai budaya baru, bahkan sebuah tren yang mendunia.
Tentu, Charli XCX bukan yang pertama membuat tren dari sebuah album comeback. Tapi, siapa lagi yang bisa membuat dunia ikut mempromosikan budaya 'brat' walaupun mereka bukan salah satu pendengar setia Charli XCX? Inilah bentuk nyata dari FOMO, dan Charli bersikap oportunis dengan ke-fomo-an Gen Z.
Terlalu banyak orang yang menggunakan template design cover album "brat" sebagai meme, bahkan beberapa instansi pemerintah ikut meramaikan tren ini. Fenomena ini membuat Charli dan timnya enggak perlu repot-repot posting album berwarna hijau neon itu setiap hari, cause the universe already work for her success.
Special Offer, Inc. adalah agensi yang menggarap cover album 'brat', mereka diminta untuk menaruh font Arial yang ukurannya enggak proporsional di atas bentuk persegi warna hijau.
Bukan sembarang desain, ini adalah strategi penjualan album yang di dalamnya tersirat kritikan terhadap industri musik.
Biasanya, banyak orang berekspektasi album dari musisi wanita akan menjual paras cantik sampai pakaian yang terbuka. Menurut Charli, hal ini sangat membosankan dan misoginis. Makanya, lewat 'brat', ia dan timnya berhasil mematahkan ekspektasi pasar tersebut. Benar-benar karya yang authentic, Kawula Muda!
Warna hijau sendiri dipilih sebagai bentuk ‘warning’ untuk penikmat musiknya bahwa ada sesuatu yang enggak beres, tapi ini bukan tentang warna putih atau hitam yang umum digunakan.
“Aku mau menggunakan warna hijau yang menyinggung, menggunakan warna hijau di luar dari tren untuk memicu gagasan bahwa ada yang salah di sini. Aku mau menggiring kita semua untuk mempertanyakan ekspektasi terhadap budaya pop saat ini, apa yang benar dan bisa diterima, dan apa yang dianggap buruk? Aku mau jadi narasi di balik itu, aku mau jadi provokator. Aku enggak melakukan sesuatu untuk berbaik hati,” terang Charli pada interview bersama Vogue Singapore.
Voila! apa yang diinginkannya pun terwujud. Jika dilihat dari berbagai meme yang menggunakan template cover album brat, banyak narasi yang ‘menggganggu’ sekaligus lucu, seperti mempertanyakan eksistensi hidup, keluhan sehari-hari, sampai doa yang mungkin sebagian orang menganggap doanya akan lebih mudah terkabul jika ditulis di atas desain brat.
Semua orang yang tahu pastinya kaget ketika Charli XCX mengeluarkan versi terbaru dari lagu “The girl, so confusing” kali ini bersama Lorde.
Pada dasarnya, lagu ini adalah curahan hati Charli yang enggak nyaman ketika dibanding-bandingkan dengan musisi lain, dalam hal ini musisi wanita tersebut adalah Lorde. Keduanya memang sudah bertahun-tahun disandingkan karena memiliki perawakan juga gaya rambut yang sama di awal debut karier mereka.
Baik Charli maupun Lorde, keduanya sama-sama menjadikan lagu ini sebagai media misuh-misuhnya dan membenarkan publik bahwa mereka memang mirip, tapi berbeda dan tak ada dusta, apalagi sikut-sikutan karier di antara mereka berdua.
They are just girls, and it’s so confusing sometimes to be a girl.
Mungkin strategi marketing dan promosi dari album hijau ini terlalu sukses, hingga enggak sedikit orang yang lupa bahwa pada dasarnya 'brat' adalah album musik, bukan tren visual meme.
Seperti yang sudah disebut sebelumnya, musisi asal Inggris ini begitu blak-blakan dalam lirik dari lagu-lagu brat, termasuk untuk lagu “The girl, so confusing”.
Sepanjang album 'brat', Charli merepresentasikan budaya pop, dengan menempatkan dirinya sebagai orang yang terlibat, sekaligus pengamat dari budaya ini. Lalu ia membentuk aliran budaya barunya sendiri.
Kiasan ini sangat kental tersirat dalam lagu “360” yang mereferensikan sosok Julia Fox yang ikonis. Yap, makna lagu ini lebih dalam dari sekadar anthem yang dijogetin di dance floor.
Enggak hanya lagu tersebut, lagu-lagu lainnya seperti “So I” untuk mengenang mendiang sahabatnya, Sophie, serta menyebut beberapa teman-teman lainnya dalam industri musik, juga punya makna yang dalam, walau liriknya terlalu gamblang.
'Brat' adalah media untuk mencurahkan kegelisahan, dibalut beat yang mengajak untuk berdansa, menggambarkan bahwa Charli XCX berhasil membuat lagu pesta menjadi balada introspeksi diri.
Pendengarnya bisa merasakan kebingungan sekaligus kesenangan di saat yang bersamaan, karena ada lagu yang bisa mengerti perasaan mereka, sekalipun mereka sedang lari dari perasaan itu saat mendengarkannya. Perpaduan yang seimbang antara kesenangan dan kerentanan menyatu dalam album ini.
Inilah yang membuat album brat semakin menarik dan cocok dilabeli sebagai Album of the Year sejauh ini.
Sayangnya, pada 2 Juli lalu, Charli secara resmi menyudahi promosi brat lewat sebuah pengumuman di atas tembok yang dicat dan pastinya dengan warna hijau.
Pengumuman itu berisi dua kata salam perpisahan, “Ok bye!”.
Meski begitu, 'brat' yang kini sudah jadi budaya, enggak akan hilang begitu saja. Visual brat yang ikonis, dan template meme-nya akan selalu gentayangan di sosial media. Begitu juga dengan lagu-lagu dalam album 'brat' yang sangat terikat dengan Charli XCX, akan selalu bergentayangan di bar dari malam hingga dini hari.
So, apa lagu di album 'brat' favorit lo, Kawula Muda?