Kawula Muda, lo suka lagunya, enggak?
Akhir-akhir ini, lagu “Asmalibrasi” yang dibawakan oleh Soegi Bornean ramai dibicarakan. Pada awalnya, lagu ini banyak digunakan sebagai musik latar di platform TikTok. Merambah ke Twitter, lagu “Asmalibrasi” kemudian menjadi perdebatan panjang akibat liriknya.
Diketahui, Warganet awalnya tidak mempermasalahkan lagu ini, Kawula Muda. Lalu, muncul beberapa ahli dan Warganet Twitter yang mengatakan jika lagu ini sulit dimengerti dan memiliki padanan kata yang tidak seharusnya jika melihat lirik "Asmalibrasi".
Perdebatan ini mulai ramai dibicarakan Warganet ketika Tweet Rumail Abbas, seorang kontributor dan juga penulis, menjadi bahan diskusi. Dalam unggahannya, Rumail menuliskan jika lagu “Asmalibrasi” enak didengar, namun liriknya kurang bagus, Kawula Muda.
Dalam unggahannya, ia juga turut menyertakan penampilan Fanny Soegi, vokalis Soegi Bornean, yang tengah tampil membawakan lagu “Asmalibrasi”.
Menuai banyak balasan yang beragam, perdebatan belum usai di situ, Kawula Muda. Kemudian muncul pendapat ahli lainnya. Kali ini, dari bidang ilmu eksak atau sains, yakni Dr. Irvan Kartawiria, seorang dosen serta scientist.
Dalam unggahannya, ia membahas lagu “Asmalibrasi” yang dilihat dari segi sains. Ia menjelaskan dengan menarik makna lagu tersebut melalui konversi cinta. Sedikit rumit, namun cukup membuat Warganet paham akan sudut pandang lain.
Menurutnya, cinta adalah sebuah unit yang juga memiliki satuan untuk mengukurnya. Ia juga membedah bagaimana musisi lainnya menggambarkan cinta lewat satuan dalam ilmu sains. Misalnya, melalui panjang dan gelombang.
Namun, ia menjelaskan akan ada masalah jika cinta atau asmara diukur melalui gelombang.
“Gelombang punya beberapa "ukuran". Pertama adalah panjang gelombang (wavelength). Kedua amplitudo. Untungnya, kedua ukuran ini menggunakan dimensi yang sama dengan "kedalaman cinta", yaitu panjang (L), sehingga unitnya tetap: meter (atau feet)..” Tulis Irvan seperti yang dikutip dari unggahannya melalui akun @Pak_Irv Rabu, (01/03/2023).
Kesimpulannya, Irvan menuliskan jika satuan cinta yang paling mendekati ilmu sains adalah dengan mengukurnya melalui satuan meter dan Hertz.
"Ukuran lain dari gelombang adalah frekuensi. Satuan yg dipakai untuk ukuran frekuensi adalah Hert (Hz) atau 1/detik...Nah Menurut penulis lagu Asmalibrasi...'Asmara telah terkalibrasi FREKUENSI yang sama...'," ujar Dr. Irvan kartawiria.
"Satuan dari cinta (jika disamakan dengan asmara) adalah meter dan Hertz (1/detik)," pungkasnya.
Jadi, Cinta bisa disamakan dengan satuan Meter dan Asmara dengan satuan Hertz, Kawula Muda.
Menurut Irvan, lagu “Asmalibrasi” tidak sesuai standardisasi yang ada. Hal tersebut dikarenakan lagu tersebut menggunakan kata ‘terkalibrasi’ dan ‘frekuensi’ dalam liriknya dalam mengasosiasikan asmara atau cinta.
Meski begitu, sang vokalis grup musik yang berasal dari Jawa Tengah tersebut akhirnya angkat bicara melihat perdebatan lagu “Asmalibrasi” yang dibawakannya. Menanggapi dengan santai, Fanny mengatakan jika dalam sastra tidak ada benar maupun salah, Kawula Muda.
Ia bahkan mengutip perkataan Sujiwo Tejo yang mengatakan jika nada dan diksi bukan ‘titipan’. Menurut Sujiwo Tejo, penitipan karya melalui alam bawah sadar dan manusia hanya bertugas sebagai mediator.
Rumit juga, ya!
Lagu “Asmalibrasi” sendiri merupakan akronim dari kata ‘asmara’ dan ‘terkalibrasi’ yang terdapat di dalam lagu tersebut, Kawula Muda.
Faktanya, lagu “Asmalibrasi” menggabungkan beberapa bahasa, Kawula Muda. Sebut saja bahasa Indonesia, Jawa, Sanskerta, dan Swahili.
Menurut Soegi Bornean, lagu yang banyak ditulis oleh sang vokalis ini merupakan sebuah lagu yang terinspirasi dari pengalaman hidup. Dalam bermusik, Soegi Bornean mengedepankan lirik yang puitis dalam karya-karyanya.
“‘Asmalibrasi’ bercerita tentang rasa cinta berlebih tentang sepasang kekasih, yang memuat perihal komitmen dan kompromi. Dan seperti layaknya lagu cinta lainnya, ‘Asmalibrasi’ sengaja dijejali dengan beberapa majas yang mengandung rayuan dan compliment untuk si pasangan,” mengutip VICE Rabu, (01/03/2023).
Seolah menegaskan gayanya dalam bermusik, salah seorang personil Soegi Bornean, Erick, menambahkan jika latar belakang Soegi Bornean merupakan pegiat teater yang menyukai buku dan sastra.
Berangkat dari hal tersebut, seorang jurnalis musik, Nuran Wibisono, mengatakan jika lirik “Asmalibrasi” bukan merupakan ‘masalah’ yang besar, sebesar perdebatan Warganet di sosial media, Kawula Muda.
Menurut Nuran, lirik dalam lagu akan lebih bagus jika sang pendengar mengerti apa yang ingin disampaikan. Namun, jika sang musisi, dalam hal ini Soegi Bornean, menyampaikannya dengan konteks lain, juga tidak terlalu bermasalah.
Tidak hanya itu, penulis buku Kawitan, Ni Made Purnama Sari juga mengungkapkan jika lirik “Asmalibrasi” adalah hal yang ‘biasa’, Kawula Muda. Hal ini dikarenakan dalam puisi, logika bahasa memang kerap dikesampingkan dan perlu pembacaan berlapis dalam hal makna.
Permainan diksi atau permainan kata yang digunakan Soegi Bornean dalam “Asmalibrasi” sederhananya dapat dikatakan sebagai musikalisasi puisi yang biasa dilakukan oleh para seniman dalam menginterpretasi sastra dan musik, Kawula Muda.
Seperti yang dilakukan Banda Neira dalam lagunya yang berjudul “Rindu” dan “Derai-Derai Cemara (1949)” yang merupakan musikalisasi puisi Subagio Sastrowardoyo dan Chairil Anwar.
Liriknya mungkin tidak familiar bagi kebanyakan orang. Namun, ketika digubah dengan musik, akan menjadi sebuah karya baru yang berbeda.
Hal ini juga sejalan dengan pengertian ‘licentia poetica’ yang kerap disandingkan dengan lirik “Asmalibrasi”. Dalam buku Bunga Rampai Stilistika, Sudjiman mengutip pendapat Shaw yang menyatakan jika licentia poetica adalah kebebasan seorang sastrawan untuk menyimpang dari kenyataan, dari bentuk atau aturan konvensional, untuk menghasilkan efek yang dikehendaki.
Jadi, jika sebagian orang memilih untuk mempermasalahkan lirik untuk mendalami makna, hal tersebut bukanlah sebuah masalah yang besar, pun jika Kawula Muda hanya ingin menikmatinya sebatas karya seni.
Jika Kawula Muda memperhatikan, lagu “Asmalibrasi” bukanlah lagu pertama dalam industri musik Indonesia yang kerap menggunakan kata-kata puitis yang sulit dimengerti. Sebut saja band Indonesia tahun 90an, Padi dan Dewa 19.
Dalam karya-karyanya, Padi dan Dewa 19 kerap menggunakan kata-kata puitis yang mungkin bagi sebagian orang enggak nyambung dan mempertanyakan maknanya.
Sebut saja lagu “Selimut Hati” yang dipopulerkan oleh Dewa 19. Jika Kawula Muda membaca liriknya, akan terlihat sebagai puisi yang memiliki rima, seperti penggalan lirik “Selimut Hati” di bawah ini:
“Aku akan menjadi malam-malammu
Kan menjadi mimpi-mimpimu
Dan selimuti hatimu yang beku”
Lalu lagu Padi yang berjudul “Aku Bisa Menjadi Kekasih”, dengan penggalan lirik sebagai berikut:
“Memaafkan itu tak seberat memindah samudera
Tak ada yang paling sempurna
Kuserahkan padamu kepadamu”
Tidak hanya mereka, musisi-musisi lain seperti Tulus, Payung Teduh, Danilla, Barasuara, dan masih banyak lagi juga kerap menggunakan lirik yang puitis.
Simple-nya, Kawula Muda tidak perlu pusing memaknai apa arti lagu dengan lirik puitis, mari kita sama-sama menikmati lagu "Asmalibrasi" yang dibawakan oleh Soegi Bornean, ya!