Jangan temenan sama tukang selingkuh deh
Kawula Muda, saat ini banyak sekali kasus perselingkuhan yang diedarkan di sosial media. Alasan seseorang untuk selingkuh sangat beragam seperti, bosan, sulitnya berkomitmen, insecure, dan sebagainya.
Bahkan, faktor lingkungan juga diyakini berpengaruh untuk menularkan keinginan selingkuh ke orang sekitar.
Dilansir dari Vice, sebuah penelitian dari Archives of Sexual Behavior menemukan adanya kegiatan perselingkuhan yang mampu mengubah pandangan seseorang tentang tindakan selingkuh.
Hal ini menciptakan potensi untuk mendorong orang-orang melakukan hal serupa ketika mereka mengetahui kasus perselingkuhan adalah suatu kegiatan yang umum dilakukan.
Peneliti Gurit Birnbaum dalam studinya itu mengungkapkan, “Dari hasil penelitian, kami mengusulkan lingkungan yang memberi kesan seolah-olah perselingkuhan itu wajar dapat membuat orang berpikir tidak ada salahnya jika mereka juga selingkuh.”
Ia dan timnya melakukan penelitian dengan 3 tahapan untuk mengukur kesetiaan seseorang. Berikut ini adalah catatan dari berbagai reaksi subjek setelah diperlihatkan kasus-kasus orang yang berselingkuh.
Peneliti menggunakan peserta dengan status mahasiswa S1 dan sudah berpacaran minimal 4 bulan lamanya. Peserta itu diberikan tontonan video singkat mengenai tingkat perselingkuhan.
Video pertamanya, memperkirakan ada 86% orang pernah selingkuh, sedangkan video kedua menyebutkan terdapat 11% yang mengaku selingkuh dari pasangan.
Setelah itu, peserta diharuskan menulis fantasi seksual, yang berfungsi sebagai penentu tingkat keinginan peserta untuk berhubungan intim selain dengan pasangan. Hasilnya peneliti tidak menemukan adanya pengaruh dari kedua video tersebut.
Birnbaum dan tim mulai menguji kesetiaan peserta mahasiswa yang sudah memiliki hubungan minimal 1 tahun.
Terdapat kelompok pertama diperlihatkan pengalaman perempuan yang sudah memiliki pasangan namun melakukan dating dengan teman se-kantor. Kelompok kedua diberikan pemahaman dengan membaca pengakuan mahasiswa pakai jasa joki tugas.
Kemudian, mereka diminta untuk melihat foto-foto lawan jenis yang berpenampilan menarik, dan menyebutkan seberapa besar ketertarikan mereka untuk menjadikan lawan jenis dalam foto itu sebagai pasangan.
Menariknya sejumlah foto yang menarik perhatian peserta, digunakan sebagai indeks keinginan mereka untuk berselingkuh.
Hasilnya, para peserta yang membaca kisah perselingkuhan di kelompok pertama, memiliki ketertarikan lebih pada foto orang asing yang ditunjukkan setelahnya, dibandingkan dengan kelompok kedua yang hanya ditampilkan cerita joki tugas kuliah.
Percobaan ketiga ini, melibatkan mahasiswa yang memiliki hubungan kurang lebih 4 bulan terakhir. Mereka diminta untuk mempelajari satu atau dua hasil survei dengan menentukan prevalensi tindakan selingkuh dan curang.
Kelompok pertama menghasilkan perkiraan prevalensi selingkuh sebesar 85%.
Kemudian, peserta akan melakukan percakapan dengan asisten peneliti yang fotonya dianggap memesona atau menarik perhatian melalui aplikasi. Asisten akan melakukan chat mengenai hal-hal yang disukai oleh peserta selama mengobrol, dan di akhir dengan sebuah pesan, “Saya penasaran sama kamu! Saya harap kita bisa bertemu langsung.”
Hasilnya menunjukkan, peserta yang membaca survey perselingkuhan dan memuji foto asisten yang tak dikenalnya, memiliki potensi kecenderungan memberikan balasan pesan yang menyatakan ketertarikan mereka kepada asisten tersebut.
Peneliti juga menemukan komitmen mereka pada pasangan sangat rendah dibandingkan dengan peserta yang hanya dites dengan cerita kecurangan mahasiswa menggunakan joki tugas.
Selain itu, ditemukannya respons laki-laki lebih bersedia mengajak orang lain berkenalan daripada perempuan, tidak peduli dengan survei apa yang dibaca.
“Semua temuan ini menunjukkan, situasi yang mendorong tingginya prevalensi sifat tidak setia menurunkan kesediaan seseorang mempertahankan hubungannya bersama pasangan, yang mungkin akan meningkatkan peluang mencari kesenangan dengan orang lain,” tulis peneliti.
Menurut peneliti, banyaknya kasus perselingkuhan dapat dijadikan alasan untuk tidak setia. Namun, memiliki ketertarikan pada seseorang selain pasangan tentu tidak bisa disamakan dengan tindakan perselingkuhan. Masih diperlukannya penelitian lebih lanjut mengenai upaya paling tepat yang mempengaruhi keinginan seseorang berselingkuh.
Birnbaum menyimpulkan, “Banyaknya kasus perselingkuhan tak serta-merta membuat orang jadi tukang selingkuh. Meski begitu, jika seseorang sudah rentan untuk selingkuh atau ada peluang untuk melakukannya, lingkungan semacam ini dapat memberi dorongan tambahan yang membuat orang tidak tahan pada godaan sesaat yang akhirnya berujung pada perselingkuhan.”
Wah, Kawula Muda, Kalo sudah ada penelitian perselingkuhan seperti itu, harus waspada sama pasangan nih!