Gapapa kok belanja di tanggal cantik, asal jangan impulsive buying, ya!
Fenomena ‘tanggal cantik’ di dunia marketplace tentu tidak asing bagi Kawula Muda. Setiap tanggal 1 Januari (1.1), 2 Februari (2.2), 3 Maret (3.3), hingga 12 Desember (12.12), sudah biasa rasanya mendapat promosi hingga diskon besar-besaran di berbagai toko online.
Karena penawaran yang menggiurkan itulah, tak jarang lo malah membeli sesuatu yang sebenarnya tidak direncanakan. Hal itulah yang merupakan perilaku ‘impulsive buying’!
Mengutip Pijak Psikologi, impulsive buying dapat dipahami sebagai perilaku membeli sesuatu secara berlebihan tanpa pertimbangan yang matang. Hal itu pun akan diiringi dengan rasa puas sesaat karena berhasil membeli barang tersebut.
Namun, hal itu tentu bukan kebiasaan yang baik apabila dilakukan secara terus-menerus, Kawula Muda! Impulsive buying merupakan salah satu bentuk hedonistik, yakni pandangan yang menganggap kesenangan materi sebagai tujuan utama hidup alias berfoya-foya.
Di era teknologi seperti saat ini, membeli barang dapat dilakukan dengan mudah. Cukup membuka suatu aplikasi maupun laman pembelian dan dengan cepat, barang yang lo mau akan sampai di alamat tujuan.
Kemudahan itupun menjadi salah satu penyebab perilaku ini. Selain itu, CEO Behavioral Cents & Stopping Overshopping, Charrie Rattle, mengatakan pembelian jenis ini kerap dilakukan karena adanya iklan yang menggiurkan.
Diskon yang begitu besar tentu menggoda. Begitu pula dengan penawaran-penawaran bombastis lainnya seperti ‘beli 1 gratis 1’ hingga cashback 100%.
Hal ini pun merangsang efek sensorik dan psikologis seseorang. Karena menganggap hal tersebut sebagai sesuatu yang menguntungkan dan positif, seseorang pun mendapat dorongan untuk melakukan pembelian tersebut.
“Dorongan untuk membeli berlebihan adalah bentuk pengobatan diri kita sendiri untuk melepaskan diri dari pikiran sibuk kita,” tutur Psikolog Perpetua Neo seperti dikutip dari NewsAsia.
Selain itu, kecemburuan sosial juga menjadi pendorong impulsive buying, Kawula Muda! Ketika melihat influencer media sosial maupun teman sekitar yang memiliki barang maupun melakukan aktivitas yang menarik, akan ada dorongan di dalam diri untuk melakukan hal serupa.
Film "Confession of a Shopaholic" (2009) mungkin dapat memberikan gambaran apa yang akan dirasakan ketika terbiasa melakukan impulsive buying. Rabecca, tokoh utama dalam film tersebut diceritakan kerap membeli barang-barang keluaran terbaru yang tidak ia butuhkan.
Akibatnya, ia pun terlilit hutang dalam jumlah yang banyak. Hal ini pun dapat dialami oleh mereka yang kerap melakukan impulsive buying. Ibarat lebih besar pasak daripada tiang, seseorang dapat-dapat saja meminjam uang dari berbagai pihak untuk memenuhi gaya hidupnya.
Tak heran, banyak cerita warganet yang dipinjam uangnya oleh sang teman, tetapi tidak pernah menerima pengembalian pinjaman tersebut.
Selain itu, Rebecca dalam film tersebut juga diceritakan kerap dihantui rasa cemas. Hal itu disebabkan dirinya kerap diteror dan diikuti oleh para penagih utang. Karena itu, jangan sampai hal ini terjadi kepada Kawula Muda, ya!
Mengutip Pusat Pelayanan Tes dan Konsultasi Psikologi Universitas Sanata Dharma, terdapat beberapa hal yang dapat mencegah impulsive buying.
Pertama, akan lebih baik apabila lo membuat daftar belanja terkait barang-barang yang diperlukan. Namun, jangan sampai daftar tersebut hanya menjadi daftar semata ya, Kawula Muda! Pastikan lo dengan disiplin mengikuti pembelian yang sebelumnya telah lo tentukan tersebut.
Kedua, jangan langsung membeli! Coba tunggu beberapa hari (biasanya satu minggu) sebelum memutuskan untuk membeli suatu barang. Hal itu akan sangat membantu lo untuk mengetahui apakah hal tersebut benar-benar lo inginkan, atau hanya sekadar ‘lapar mata’ semata.
Ketiga, lakukan riset! Jangan hanya tergiur dengan harga murah dan diskon semata, Kawula Muda! Coba telisik kembali terkait dengan kualitas bahan barang tersebut dari komentar-komentar para pembeli. Hal itu akan membantu lo untuk mengetahui apakah barang tersebut worth it untuk dibeli atau tidak.
Keempat, tarik nafas sejenak. Coba kembali mengecek barang-barang yang telah lo miliki. Hal ini akan membantu lo untuk mengetahui apakah lo memiliki barang serupa tetapi jarang sekali dipakai hingga saat ini.
Misalnya, lo tertarik dengan sebuah baju di toko daring. Jangan lupa untuk mengecek lemari pakaian lo terlebih dahulu. Siapa tahu, lo punya baju dengan warna maupun merek serupa yang nyatanya tidak terlalu lo sukai. Sayang sekali kan kalau dibeli sekali lagi, Kawula Muda?
Namun, apabila lo memang mengincar pembelian di tanggal cantik, mari lakukan hal-hal tersebut sesaat sebelum menuju tanggal cantik ya, Kawula Muda! Selain dapat membeli barang-barang yang memang dibutuhkan, lo juga dapat menghemat karena adanya diskon harga dan penawaran yang lebih murah.