Hai Kawula Muda, semoga berhasil jadi pemenang Desa Terbaik di Dunia ya!
Desa Tetebatu di Nusa Tenggara Barat dan Desa Nglanggeran di Yogyakarta dipastikan menjadi wakil dari Indonesia dalam ajang lomba Desa Wisata Terbaik (Best Tourism Village) yang diselenggarakan oleh organisasi PBB dibidang pariwisata dunia atau UNWTO.
Best Tourism Village UNWTO 2021 merupakan pencarian contoh terbaik dari desa-desa yang memanfaatkan kekuatan pariwisata untuk memberi kesempatan dan melindungi komunitas, tradisi, dan warisan lokal mereka.
Identifikasinya mengambil pendekatan inovatif dan transformatif untuk pariwisata yang sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Negara anggota UNWTO dapat mengajukan hingga tiga desa untuk dinilai oleh komite. Desa-desa terpilih akan diumumkan pada Oktober 2021, pada sesi ke-24 Majelis Umum UNWTO di Marrakesh, Maroko.
Desa Tetebatu terletak di wilayah kecamatan Sikut, kabupaten Lombok Timur, provinsi Nusa Tenggara Barat. Tepatnya di bagian selatan dari Gunung Rinjani dengan tinggi 700 meter di atas permukaan laut.
Kawasan wisata Tetebatu mampu menyajikan ragam keindahan luar biasa yang masih sejuk, asri dan sangat alami seperti keindahan panorama pegunungan dan persawahan yang memukau.
Kontur tanah di Tetebatu seperti anak tangga yang membentuk persawahan subur nan hijau. Pemandangan sawah ini pun menjadi nilai plus untuk daya tarik wisatawan berkunjung kesini.
Pesawahan di desa ini juga didominasi dengan perbukitan indah yang terjal, bumi perkemahan, wisata ramah lingkungan, rute asik untuk lintasan sepeda, sungai yang berkelok-kelok di bawah gunung rinjani, serta banyak air terjun bisa ditemui di desa wisata Tetebatu.
Pecinta fotografi juga ramai mendatangi desa ini, khususnya mereka yang ingin mengambil keindahan pemandangan matahari terbit ataupun tenggelam yang sangat menawan.
Desa ini memiliki suhu yang dingin dan sejuk sehingga sangat cocok untuk beristirahat di beberapa fasilitas penunjang seperti homestay dan rumah makan.
Desa tetebatu mulai menarik perhatian dunia berkat salah seorang wisatawan asal Belanda yang mengunjungi Tetebatu tahun 1965. Bangunan tempat tinggalnya di Tetebatu pun jadi tonggak berdirinya puluhan homestay di sekitar desa penyangga.