Hai Kawula Muda, gak kebayang dipenjara dan dihukum mati gara-gara nonton drakor!
Akibat diam-diam menonton drama Korea Selatan, sekitar 10.000 pelajar Korea Utara menyerahkan diri ke pihak berwajib secara sukarela.
Hal itu karena mereka menyadari bahwa aktivitas yang mereka lakukan adalah hal terlarang di negeri pimpinan Kim Jong-un tersebut, sehingga membuat para murid khawatir akan mendapatkan sanksi berat jika ketahuan.
Dikutip dari Koreaboo, Selasa (4/5/2021), menurut seorang sumber, pelajar tersebut menyerahkan diri karena menonton konten terlarang. Bersamaan dengan itu, 5.000 pemutar DVD juga diserahkan ke Pusat Keamanan Masyarakat dan juga kantor polisi.
Aksi ramai-ramai menyerahkan diri itu dilakukan dengan harapan mereka akan mendapatkan hukuman yang lebih ringan.
Di Korea Utara, jika seseorang tertangkap basah menonton, melihat foto, dan membaca buku dari Korea Sealatan, dapat dijatuhi hukuman hingga 15 tahun penjara atau bahkan hukuman mati.
Selain itu, kalau ketahuan menggunakan Bahasa Korea Selatan, warga Korea Utara akan dipenjara selama dua tahun.
Korea Utara memang terkenal mengawasi konten yang dikonsumsi oleh warganya. Mereka secara tegas melarang konten dari Korea Selatan dan negara lainnya untuk disebarkan dan dilihat oleh warga.
Bahkan pimpinan Korea Utara, Kim Jong-un, juga dikabarkan telah menindak para pemuda yang menggunakan pakaian kasual
Sebenarnya, produk Korea Selatan masuk ke Korea Utara dengan berbagai cara, termasuk lewat pasar gelap dan balon-balon yang di dalamnya terdapat USB berisi drakor.
Tetapi pada tahun lalu, pemerintah Korea Utara melarang keras warganya mengonsumsi media Korea Selatan, termasuk drama.
Menurut pemerintah, menonton film dan drakor termasuk penghinaan. Mereka juga menyebutnya sebagai karya yang menipu, tidak masuk akal, dan dibuat-buat. Pengumuman akan hal itu keluar setelah drama Ashfall dan Crash Landing On You dirilis.
Ashfall menampilkan runtuhnya bangunan yang diduga merupakan markas besar Partai Buruh Korea yang berkuasa, sedangkan Crash Landing on You menceritakan kisah cinta antara perwira militer Korea Utara dan perempuan asal Korea Selatan.
Tentu saja, konten dari dua film tersebut dilarang karena dianggap dapat membuat masyarakat Korea Utara mengubah pemikirannya dan mempertanyakan rezim.
Ketakutan Korea Utara terhadap kemungkinan rakyatnya beralih ke tetangga bisa jadi bukan tanpa dasar. Dikutip dari NPR, beberapa pembelot mengaku mulai mempertanyakan apa yang mereka dengar dari pemerintah setelah melihat media asing.