Ngefans boleh, fanatik jangan!
Studi penelitian terkini mengindikasikan bahwa individu yang terlalu fanatik terhadap selebriti atau yang dikenal sebagai fans garis keras, cenderung memiliki tingkat kecerdasan yang lebih rendah, Kawula Muda!
Sebuah penelitian dari Hungaria yang dipublikasikan dalam BMC Psychology menunjukkan adanya korelasi langsung antara kekaguman berlebihan terhadap selebriti dan penurunan kinerja dalam tes kognitif.
Penelitian ini melibatkan 1.763 orang dewasa yang menyelesaikan serangkaian tugas, termasuk tes kosakata yang terdiri dari 30 kata dan tes substitusi simbol digit.
Peserta penelitian juga mengisi "skala sikap selebriti," yang dirancang untuk mengukur tingkat ketertarikan mereka terhadap figur publik. Kuesioner ini meminta responden untuk memberikan jawaban "ya" atau "tidak" pada sejumlah pernyataan, sesuai dengan yang dilaporkan oleh The Independent.
Beberapa pertanyaan survei yang diajukan adalah "Saya sering terdorong untuk mengetahui lebih banyak tentang kebiasaan pribadi selebriti favorit saya", "Saya sangat tertarik dengan detail-detail kehidupan selebriti favorit saya", dan "jika saya berkesempatan bertemu dengan selebriti favorit saya dan dia meminta bantuan saya untuk melakukan sesuatu yang tidak legal, saya mungkin saja akan melakukannya."
Peneliti telah menemukan bahwa individu dengan skor tinggi dalam skala sikap selebriti cenderung menunjukkan kinerja yang lebih rendah dalam tes-tes kemampuan kognitif.
Penelitian ini mengungkapkan adanya korelasi langsung antara kekaguman berlebihan terhadap selebriti dengan penurunan kinerja dalam tes kognitif, yang tidak bisa diatributkan hanya pada faktor demografi atau sosio ekonomi, menurut kesimpulan para peneliti yang dipublikasikan di BMC Psychology.
Namun, peneliti mengakui bahwa tidak dapat dipastikan apakah obsesi terhadap selebriti merupakan penyebab atau akibat dari kemampuan kognitif yang lebih rendah.
Para peneliti berpendapat bahwa perlu ada studi lanjutan untuk hal tersebut. Mereka menekankan bahwa penelitian mendatang harus berupaya mendapatkan lebih banyak dukungan terkait masalah ini.
"Penelitian mendatang harus mengeksplorasi dukungan tambahan untuk hipotesis kami bahwa usaha kognitif yang dikeluarkan untuk memelihara ketertarikan pada selebriti favorit bisa menghambat kinerja seseorang dalam tugas-tugas yang memerlukan perhatian dan kemampuan kognitif lain," ujar para peneliti.
"Meskipun penelitian kami tidak membuktikan bahwa mengembangkan obsesi yang kuat dengan selebriti favorit seseorang menyebabkan seseorang mendapat skor lebih rendah pada tes kognitif, itu menunjukkan bahwa mungkin bijaksana untuk memantau perasaan untuk [mereka] dengan hati-hati." tambahnya.