Hai Kawula Muda, jangan coba coba seduh susu kental manis ya. Berbahaya!
Susu Kental Manis (SKM) sebenarnya sudah lama menuai beragam kontroversi. Belakangan, Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) mengeluarkan anjuran untuk tidak menyeduh dan mengonsumsi langsung SKM.
Alasan BPOM melarang masyarakat menyeduh atau meminum langsung adalah karena SKM bukanlah asupan pengganti susu, melainkan hanya sebagai topping atau pelengkap sajian makanan.
Namun mirisnya, di Indonesia selama ini masih banyak orang tua yang memberikan SKM untuk anak, bahkan untuk bayi usia dibawah 1 tahun.
BPOM menegaskan, SKM bukanlah pengganti Air Susu Ibu (ASI) dan tidak cocok untuk bayi sampai 12 bulan. SKM tidak dapat digunakan sebagai satu-satunya sumber gizi.
Selain itu, SKM tidak bisa disebut susu karena 60 persennya terdiri dari gula tambahan seperti dekstrosa, glukosa, dan laktosa yang jumlahnya mencapai 50 persen. Jadi bisa disebut kalau SKM adalah produk pemanis, bukan susu.
"Sudah ada peringatannya, masyarakat yang memang berisiko terhadap kandungan gulanya seharusnya perlu mengoreksi diri," ujar Rita Endang, Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan seperti dikutip dari Antara, Senin (13/9/2021).
Data Komposisi Pangan Indonesia juga melaporkan, dalam 100 gr susu kental manis mengandung 343 kalori, 10 gram lemak, 3 gram protein, 55 gram gula, 275 mg kalsium, dan 0 gram serat.
Kandungan nutrisi seperti ini sangat tidak cocok dijadikan konsumsi utama pada bayi dan balita.
BPOM pernah mengutip hasil Survei Sosial dan Ekonomi Nasional 2016 di lamannya, 5 Agustus 2021, tentang gambaran persentase belanja susu masyarakat didominasi susu kental manis. Angkanya yaitu 60-74 persen.
Diungkapkan bahwa mayoritas orang-orang yang membeli susu kental manis berasal dari masyarakat berpenghasilan rendah.
Data lain juga menyebut adanya penggunaan susu kental manis sebagai pengganti susu formula. Bahkan sebagian kecil digunakan sebagai pengganti ASI.
Beberapa kontroversi lainnya dari mengonsumsi SKM:
Kemenkes RI menyatakan kandungan susu dalam SKM hanya sekitar 20 persen saja dan sekitar 45-50 persennya adalah gula.
Bila SKM diberikan kepada balita efeknya bukan hanya menyebabkan malnutrisi tapi juga akan merusak dan membahayakan kesehatan anak.
Salah satu efek sering mengonsumsi SKM adalah stunting atau kerdil. Proses tumbuh kembang anak akan terganggu karena kurangnya sumber nutrisi.
Sementara anak-anak membutuhkan banyak kalsium, magnesium, dan sumber gizi lain untuk mendorong proses tumbuh kembang
Selain dilarang dikonsumsi rutin oleh anak-anak, SKM juga tidak disarankan untuk dikonsumsi setiap hari oleh orang dewasa. Kandungan gula yang cukup tinggi pada SKM dapat menyebabkan kenaikan berat badan dan meningkatkan risiko diabetes.
SKM mengandung gula tambahan seperti dekstrosa, glukosa, dan laktosa yang jumlahnya mencapai 50 persen.