Hai Kawula Muda, pesantren khusus tunarungu ini keren ya!
Di wilayah Sleman, tepatnya di Jalan Sumatera Kayen C11 Condong Catur, Depok Sleman, Yogyakarta, terdapat sebuah pesantren yang berbeda dari pesantren pada umumnya.
Pondok pesantren Darul A’shom yang dipimpim oleh Ustadz Abu Kahfi dan sudah berdiri sejak 19 September 2019 ini mendidik puluhan santri tunarungu menghafal Al Qur’an.
Uniknya, jika biasanya proses menghafal dipenuhi dengan ramainya suara santri mengaji, di sini justru kesenyapan menjadi pemandangan setiap harinya. Namun, tangan para santri lincah bergerak ke sana kemari membaca dan menghafal kitab suci.
Selain tahfidzul qur’an yang menggunakan kurikulum sanad dari Thaif, Arab Saudi, pesantren ini juga menyelenggarakan kajian kitab Safinatun Najah untuk membekali dasar-dasar fiqh santri.
Selain agama, pada malam hari ada pendidikan formal agar santri punya ijazah kejar paket A, B dan C. Bahkan pesantren ini juga menyelenggarakan kegiatan lainnya mulai dari wiraswasta, olahraga, dan seni beladiri.
Pengurus sekaligus pendiri pesantren Darul A’shom Umi Nabila mengatakan, pendirian ponpes yang menaungi anak-anak tuna rungu ini dilatar belakangi keprihatinan banyaknya anak-anak tuna rungu yang minim pengetahuan dan pemahaman soal agama Islam.
Karena keterbatasan yang dimiliki para santri, pihak ponpes mengaku lebih tertantang dan sedikit lebih sulit untuk bisa mewujudkan tujuan.
Pihak ponpes pun kemudian menyiapkan pendamping khusus yang sudah dibekali ilmu menggunakan bahasa isyarat sehingga memudahkan para santri/santriwati memahami pelajaran yang diberikan.
Total ada 19 ustaz dan ustazah sebagai tenaga pengajar yang mendampingi 108 santri berkebutuhan khusus di Ponpes Tunarungu Darul A'Shom.
Keberadaan pesantren yang santrinya dari seluruh wilayah Indonesia ini diharapkan bisa menjadi salah satu solusi atas sulitnya akses terhadap pendidikan agama anak tunarungu.
Apalagi berdasarkan data UNICEF 2020, hanya 7 dari 10 anak dengan kebutuhan khusus di Indonesia yang bersekolah SD. Dan hanya sekitar separuhnya yang berhasil lulus dan lebih sedikit lagi yang meneruskan ke jenjang pendidikan selanjutnya.