Yakin salah jurusan kuliah, Kawula Muda?
"Kayaknya aku salah jurusan."
"Jurusan ini bukan passion-ku."
"Kok jauh banget ya sama ekspektasi? Capek banget rasanya!"
Relate enough, Kawula Muda? Kalau Iya, berarti kamu merupakan satu dari ribuan mahasiswa lainnya yang juga merasa salah jurusan saat kuliah.
CEO Aku Pintar pernah melakukan sebuah survei kepada mahasiswa pada tahun 2017, dan menemukan fakta bahwa 87 persen mahasiswa merasa salah jurusan.
Frankly speaking, it’s normal!
Kalau kamu adalah mahasiswa yang masih berada di semester awal, tapi merasa salah jurusan, jangan langsung khawatir ya! Sering kali, kegalauan kamu disebabkan oleh rasa kaget akibat dunia perkuliahan yang sangat berbeda dengan masa-masa SMA. Istilahnya, kamu sedang beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Oleh sebab itu, wajar-wajar saja apabila ada rasa tidak nyaman yang kamu rasakan dalam proses tersebut.
Namun, kalau kamu sudah berada di semester atas, tetapi masih merasakan belanda ini, bisa saja kamu sedang berada di quarter life crisis. Quarter life crisis memang kerap kali dirasakan millennials, terutama kisaran umur 20-an. Itu merupakan saat di mana kamu mulai mempertanyakan jati diri dan memikirkan masa depan kamu. Oleh karena itu, rasa ragu dan takut akan masa depan dapat saja menghampiri kamu, sehingga pemikiran seperti, "Nilai sih aman, tapi gak yakin dengan jurusan ini di masa depan" dapat sering tertanam di benar kamu.
Kini pertanyaannya adalah benar atau tidak sih, kamu sedang salah jurusan? Atau jangan-jangan kamu cuman merasa suntuk saja?
Sebelum kamu mendeklarasikan bahwa kamu memang benar-benar salah jurusan, coba deh ambil napas dan rehat sejenak. Lupakan dulu tugas-tugas menggunung serta notifikasi grup kelas yang terus muncul. Pikirkan kembali apa alasan awal kamu mengambil jurusan tersebut, dan bandingkan dengan hal-hal yang membuatmu merasa, "Jurusan ini bukan aku banget!" Bisa saja hal-hal remeh seperti, temannya kurang asyik, seniornya galak, atau capek dan banyak tugas, yang malah menjadi alasan kamu tidak menyukai jurusanmu.
Terus kalau benar salah jurusan harus apa? Sebenarnya, ada 2 pilihan jalan yang harus kamu pilih dalam menghadapi belada salah jurusan.
Iya, dijalani terlebih dahulu sampai garis finish alias lulus. Namun sembari menjalani perkuliahan, jangan lupa mencari hal-hal positif dari jurusan tersebut untuk menambah motivasi kamu dalam menjalani perkuliahan. Lalu, jangan lupa juga untuk tetap aktif dalam berbagai kegiatan di kampus untuk meningkatkan skill kamu, baik hard skill maupun soft skill.
Bisa saja, dalam proses tersebut, kamu malah menemukan potensi diri yang tidak kamu sangka-sangka sebelumnya. Kemudian, setelah lulus, kamu juga bisa mencari pekerjaan yang lebih mendekati minat kamu. Ingat ya! jurusan di perkuliahan tidak menjamin jenis pekerjaan kamu di masa depan.
Kalau yang satu ini, biasanya dilakukan jika minat kamu dengan jurusan yang sedang kamu jalani sangat bertolak belakang, terutama pekerjaan profesi yang membutuhkan keahlian khusus. Coba bayangkan seberapa banyak waktu terbuang untuk mempertahankan jurusan yang bukan kamu banget.
Belum lagi jika memikirkan tugas-tugas yang menumpuk, SKS yang harus diambil, tugas praktikum, hingga skripsi ataupun tugas akhir yang harus kamu jalani sebelum mendapat title sarjana. Jelas, jika dilakukan secara terpaksa, pasti tidak akan mendapat hasil yang maksimal, atau malah membuat kamu extend kuliah. Ya mirip-mirip sama hubungan kamu dan doi, kalau toxic, untuk apa dipertahankan?
Kawula Muda, coba pikirkan sekali lagi ya, sebelum memutuskan bahwa kamu salah jurusan. Kamu bisa memulainya dengan mengambil napas sejenak dari hiruk-pikuk dunia perkuliahan sembari membayangkan hal-hal positif yang bisa kamu raih dari jurusanmu. Semoga, apapun keputusan yang kamu ambil, adalah kemauan dari diri sendiri dan yang terbaik untuk masa depan kamu. Semangat!