"Bahkan, mereka ada yang minta aku untuk ketemu langsung."
Layanan jasa sewa pacar virtual dan sleep call sedang tren di kalangan masyarakat apalagi di kota-kota besar Indonesia. Jasa ini ditemukan di media sosial atau bahkan di aplikasi kencan.
Sama halnya dengan wanita berinisial A, seorang penyedia jasa sleep call dan juga mahasiswi dari Universitas ternama di Bandung, Jawa Barat. Berawal untuk membiayai sebuah proyek yang dibuat bersama teman-temannya, dia memutuskan untuk mencoba jasa tersebut.
Berbeda dengan jasa pacar virtual seperti sepasang kekasih, jasa sleep call yang dibuka oleh A hanya sebatas teman yang bisa bercerita kegiatan sehari-hari atau bertukar pikiran, tidak lebih.
Tim Prambors berkesempatan untuk berbincang langsung dengan A melalui sambungan telepon pada Jumat, 18 November 2022. Kita lihat kisahnya sebagai penyedia jasa sleep call, yuk Kawula Muda!
Gimana proses kamu membuka jasa ini?
Untuk prosesnya, A memulai dari membuat akun aplikasi kencan bernama Bumble. Dikarenakan domisili A dan teman-temannya berbeda, mereka membuat masing-masing akun. Di Bumble, mereka enggak langsung menggunakan foto pribadi secara terbuka, Kawula Muda. Tetap menggunakan foto dirinya sendiri, namun tidak terlihat wajahnya.
Setelah match dengan seorang pria, A tidak langsung menawarkan jasa sleep call. Seperti obrolan biasa, A kemudian memberikan penawaran sleep call kepada sang match-nya.
Di sini ia terang-terangan kalau hasil penyediaan jasa ini bukan untuknya pribadi 100%, tetapi untuk bantu pendanaan proyek kuliah. Beberapa mathcer juga diberikan proposal proyek tersebut sebelum ditawari jasa sleep call.
Dari buka jasa sleep call sendiri jadi berlima
Mulanya, A menjalankan jasa sendiri untuk pendanaan proyek kelompoknya. Lalu mulai mengajak temannya tetapi mereka sempat menolak tawaran A. Menurut mereka, hal tersebut adalah pekerjaan yang tidak jelas dan takut juga berujung ke hal yang negatif.
"Aku ber-lima, ada cewek sama cowok, yang cewek-cewek ini mau, tapi yang cowok belum mau," terangnya.
Setelah A, yang juga sudah paham akan market tentang sleep call, menjelaskan bagaimana cara kerjanya dan menyediakan beberapa rules, beberapa teman A akhirnya mau melakukan jasa tersebut.
Jasa yang dimulai dari coba-coba saja, ternyata mendapatkan penghasilan di luar dari ekspektasi A. Sejak itu, A mencoba menambahkan jasa enggak cuma dari platform dari Bumble, seperti Tinder dan Twitter.
"Karena udah berhasil nih dapet uangnya selama seminggu, aku bridging temenku yang cowok, biar dia kerja juga. Aku jelasin juga ke dia kayak apa," tutur A.
Saat itulah, teman prianya mulai mau membantu dan menjadi penyedia jasa sleep call.
Range harga untuk jasa sleep call berapa?
Buka jasa sleep call pada 2021, penyedia jasa sleep call maupun jasa pacar virtual belum begitu ramai di kota-kota besar. A pun mencoba membuka harga dengan Rp 1.000 per menit.
"Sebenarnya, menurutku ini mahal, apalagi sekarang lagi rame jasa kayak gini. Mereka sekarang bisa membuka 1 jam Rp 25.000/30.000. Jadi, di aku se-jam aja bisa Rp 60.000," kata A.
Berapa penghasilan yang kamu dapat?
Melakoni jasa sleep call, A dan kawan-kawan berhasil dapatkan uang sebanyak Rp 1 juta dalam seminggu di minggu pertamanya. Penghasilan ini didapat karena A mendapatkan pelanggan setiap harinya kala itu.
"Satu minggu pertama kita dapet Rp 1 juta. Tapi, ini enggak konsisten dalam seminggu dapet segitu. Jadi, kalau di totalin jasa ini kita dapet Rp 2,5 juta dalam waktu 2 bulan, dan ini enggak intens ya kita jalaninnya," jelas A.
Durasi terlama pelanggan lakukan sleep call?
Dengan penghasilan seperti di atas, rata-rata pelanggan yang paling sedikit mengambil 20 menit. Namun, banyak juga pelanggan yang menambah waktu sleep call.
"Dia yang ingetin kalau waktunya udah habis, "Eh udah mau selesai ya? Duh masih seru lagi, aku tambahin deh waktunya," terus dia transfer (uang) lagi ke aku."
Jika sudah lelah dan tidak ingin ditambah, A akan beralasan tidak bisa terlalu lama untuk sleep call bersama satu pelanggan saja, karena ia harus menerima pelanggan yang lain.
Apa rules yang kamu berikan ke pelanggan?
Membuka jasa sleep call, tentu harus ada peraturan yang dibuat oleh si penyedia jasa, nih. A membuat beberapa peraturan yang wajib diperhatikan oleh penyewa jasa.
"Enggak boleh 18+, benar-benar cuma ngobrol biasa aja, flirty boleh cuma jangan ada pembahasan yang sexual," kata A.
Selama pengalaman ia dan teman-teman menjalankan pekerjaan ini, mereka mengaku tidak mendapatkan pelanggan yang macam-macam. Hanya saja, pembahasan mereka terkadang terlalu pribadi.
"Kadang kalau ada yang pertanyaan pribadi atau terlalu sensitif aku enggak mau jawab. Aku bilang 'Maaf yaa aku enggak bisa jawab pertanyaannya,' kayak gitu," jelasnya.
Pernah baper enggak sih sama pelanggan?
Tidak dipungkiri jika mengobrol atau bercerita dengan seorang lawan jenis, terlebih lagi mendapatkan respons yang baik atau seru, menimbulkan perasaan di antar keduanya.
Namun, A dengan tegas untuk tidak jatuh dalam hal tersebut. Justru ia mendapatkannya dari beberapa pelanggan.
"Kalau aku pribadi enggak (baper). Aku bilang kalau ini kan proyekan aku sama teman-teman aku, enggak enak kalau aku ketemu langsung atau minta telponan biasa aja enggak sleep call. Jadi, aku tolak."
Ada enggak, cara kamu biar enggak baper sama mereka?
Cara untuk tidak baper dari A dan tim sebenarnya mudah. Dia menekankan prinsip bahwa ini hanya sebatas pekerjaan saja. A juga hanya ingin mendapatkan teman baru dan tidak lebih.
Meski begitu, A dan teman-teman sering mendapatkan pelanggan yang masih mau melanjutkan percakapan hingga mengajaknya ketemuan, Kawula Muda.
"Ada tuh kakaknya yang di Bandung tetep mau ajak aku ketemuan. Ada juga yang bilang 'Ini bisa enggak sih kalau kita ketemuan langung aja?' gitu-gitu," katanya sembari tertawa. Tentu, A tetap menolak ajakan mereka dengan sopan.
Sebenarnya apa sih yang kalian obrolin pas sleep call?
A mengatakan, bahwa banyak hal yang diceritakan oleh keduanya. Mulai dari kehidupan sehari-sehari satu sama lain, bertukar pendapat dan bercerita hal yang seru.
"Bahkan kalo dia udah baper, pengen ketemu, tukeran Instagram, atau ada yang nanya 'Ini bisa enggak sih ketemu langsung?', dan nanya-nanya yang jauh kayak percintaan aku," jelasnya.
Ketika buka jasa, kamu punya pacar asli?
A bersama teman-temannya belum memiliki pacar saat membuka jasa sleep call. Namun lucunya, A pernah kedapatan telepon dari si gebetan di tengah-tengah sleep call bareng pelanggan!
"Kalo aku sama gebetan tuh sebenernya enggak deket banget, jadi aku juga enggak cerita ke dia kalo aku buka jasa. Cuma pernah dia telpon aku di saat aku lagi sleep call, tapi untungnya enggak ribut," timpalnya sembari tertawa.
Capek enggak harus ngobrol sama stranger?
Memiliki pribadi yang ekstrovert, membuka jasa sleep call yang mengharuskan berbincang dengan orang lain, membuat A dan teman-temannya tidak merasa kesulitan.
Bahkan, A suka untuk bercerita dan mengobrol dengan orang baru.
"Aku juga suka ngobrol, aku juga suka kenalan sama orang baru. Kayaknya job untuk ketemu orang baru kayak gini nyambung di aku. Temenku dan aku talkative dan ekstrovert," sambungnya.
"Energi aja sih, capek."
Menjadi penyedia jasa sleep call ternyata membuat A kewalahan juga, ya. A mengatakan kelelahan lantaran 70 persen dari pelanggan memilih untuk menambahkan waktu sleep call.
"Temen-temenku juga gitu, sih. Selebihnya enggak ada kesulitan kok," kata A.
Pernah dapet review terburuk enggak dari pelanggan? Dan review terbaiknya seperti apa?
"Terburuk sama sekali dan enggak ada yang pernah ngomong kurang memuaskan atau kecewa gitu."
A mengakui, dia dan teman talent-nya yang lain justru mendapatkan review bagus-bagus dari pelanggan. Rata-rata dari mereka mengatakan, A adalah orang yang seru dalam bercerita dan ingin bisa bertemu secara langsung dengan A.
"Iya, mereka ada yang mau ketemu sama aku tapi bukan sebagai penyedia jasa, cuma know me in person."
Nilai plus apa yang kamu dapat sebagai penyedia jasa sleep call selain materi?
Validasi dan banyak hal yang A tahu dalam dirinya, adalah nilai yang didapat. A sempat berpikir bahwa ia tipikal orang yang tidak bisa bertemu dengan orang baru, berbincang dengan banyak lelaki baru. Tapi, dengan mencoba pekerjaan ini, itu semua salah.
"Jadi aku berpikir, oh orang mau kok ngobrol sama aku, ternyata aku enggak seburuk yang aku pikirin. Bahkan, mereka nyaman sama aku sampe bayar kayak gini. Jadi, lebih ke validasi diri sendiri," tutur A.
Ada rencana lagi enggak buka jasa sleep call?
Walaupun jasa seperti ini sedang marak, A berniat tidak ingin melanjutkan atau membuka kembali jasa sleep call.
"Abis proyek kemarin aku tutup karena bener-bener capek dan nguras energi. Kita sebulan lebih dengan setiap minggu ada beberapa kali (telepon) capek."
Di satu sisi, tujuan A untuk melakukan pekerjaan ini hanyalah untuk mencari dana untuk proyek kuliah bersama teman-temannya. Uang yang terkumpul pun sudah lebih cukup dari penyedia jasa sleep call.
So, Kawula Muda pernah coba jasa sleep call kayak gini, enggak?