Yuk, pahami hal yang lagi ramai dibicarakan ini!
Kejadian vokalis band The 1975 Matty Healy mencium rekan satu grupnya, Ross MacDonald dan kritik aturan di Malaysia, memang masih ramai dibicarakan hingga kini.
Pasalnya, kejadian yang terjadi pada Jumat (21/07/2023) di atas panggung Good Vibes Festival Malaysia tersebut memiliki imbas yang cukup besar, seperti batalnya Good Vibes Festival hari kedua dan ketiga, serta The 1975 yang tidak akan tampil di Jakarta dan Taipei.
Diketahui, Matty Healy memang kerap melakukan hal-hal di luar nalar jika berada di atas panggung. Apa yang dilakukan oleh Matty ini dapat dikatakan sebagai performative activism.
Performative activism adalah aksi yang dilakukan untuk meningkatkan modal sosial seseorang. Pasalnya, aksi ini bukan didasarkan pada suatu tujuan, melainkan demi dirinya sendiri.
Lebih lanjut, Boston Medical Center menuliskan jika seseorang yang melakukan performative activism atau aktivisme performatif lebih suka disebut sebagai orang yang tidak rasis, seperti seksis, homofobia, dll.
Sebab, hal tersebut dilakukannya untuk mem-branding diri sendiri dan tidak benar-benar berusaha untuk mengubah struktur rasis di suatu negara.
Singkatnya, performative activism dapat dikatakan sebagai aktivisme yang dilakukan hanya untuk meningkatkan status sosial seseorang, bukan karena aktivitas yang dilakukan seseorang dan berdampak pada suatu tujuan.
Kawula Muda, performative activism sering kali tidak fokus kepada tujuan utama aktivisme. Seperti yang sudah disebutkan di atas, performative activism hanya bertujuan untuk dirinya sendiri, yakni agar dianggap sebagai agen yang dapat mengubah sesuatu atau mewakilkan suatu hal, padahal tidak.
Sayangnya, hal yang ini yang membuat performative activism berakhir merugikan komunitas yang benar-benar membela isu yang diangkat.
Alih-alih menunjukkan dukungan dan solidaritas dengan penyebabnya, gerakan tersebut membawa efek negatif.
Misalnya, ada hal terselubung yang ingin disampaikan seseorang dan tidak sejalan dengan kampanye yang diserukan komunitas aktivis.
Tidak hanya itu, beberapa komunitas yang masih berjuang pun harus menanggung imbas akibat apa yang dilakukan oleh para pelaku performative activism menjadi bumerang bagi mereka.
Jika ingin menjadi agen perubahan yang nyata atau menolong komunitas tertentu, salah satu hal yang bisa dilakukan adalah melakukan donasi dengan tepat.
Banyak contoh performative activism yang nyata dan mungkin lo belum tahu, jika beberapa tindakan ini masuk ke dalam performative activism.
Tidak hanya Matty Healy yang mencium rekan sesama jenis di Malaysia dan juga memprotes hukum LGBT yang berlaku dan malah berdampak buruk bagi masyarakat di sana, di bawah ini adalah beberapa contoh performative activism melansir berbagai sumber:
1. Aktivis iklim yang melempar sup ke lukisan Van Gogh
2. Aktivis vegan menumpahkan ratusan produk susu di supermarket
3. Mengikuti suatu challenge meski tidak tahu apa tujuan challenge tersebut
4. Beberapa perusahaan di dunia yang ingin mendapatkan publisitas positif sampai menempatkan pelangi (simbol LGBT) di logo mereka, namun pada saat yang sama menyumbangkan sejumlah uang yang besar kepada legislator yang secara aktif bekerja untuk mengurangi keselamatan dan hak asasi manusia penganut LGBT
5. Membanjiri tagar #BlackLivesMatter atau #BlackOutTuesday namun tidak mengerti esensi pentingnya, hingga dapat menyembunyikan informasi penting terkait donasi dan petisi di puncak gerakan yang sangat penting.
Kawula Muda, jika ingin mengikuti suatu gerakan untuk mengubah aturan yang dirasa kurang baik, lo perlu meriset dengan tepat dan tidak hanya modal ikut-ikutan, ya.