Hai Kawula Muda, pengin enggak sih punya work-life balance?
Work-Life Balance atau keseimbangan antara waktu bekerja dan waktu untuk menikmati hidup kerap menjadi tantangan yang dihadapi sejumlah pekerja.
Pasalnya, makin lama waktu yang dihabiskan untuk bekerja, maka waktu untuk pribadi atau keluarga akan sangat terpengaruh.
Di negara berkembang seperti Indonesia, di mana orang harus bekerja 45-50 jam per minggu dan bekerja sekitar 2500 jam per tahun, work-life balance rasanya menjadi hal yang sulit untuk dilakukan.
Tetapi, ada banyak negara maju di dunia di mana jam kerja per minggu sangat rendah, sehingga warganya bisa menerapkan work-life balance dengan baik.
Uniknya, Produk Domestik Bruto (PDB) negara-negara maju ini jauh lebih tinggi daripada Indonesia. PDB adalah salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara dalam periode tertentu.
Berikut 10 negara yang telah berhasil menerapkan work-life balance, dikutip dari laman Organisasi Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi (Organization for Economic Cooperation and Development/OECD).
Di Jerman, pekerja purnawaktu rata-rata menghabiskan 15.6 jam per hari atau 65 persen dari hari mereka untuk kehidupan pribadi, seperti bersosialisasi dengan teman dan keluarga atau melakukan hobi.
The 2015 New Reconciliation Memorandum menjadi salah satu faktor keberhasilan Work-Life Balance di Jerman.
Beberapa isinya ialah pengurangan jam kerja bagi para orang tua yang bekerja purnawaktu atau dikenal sebagai vollzeitnah. Selain itu juga mendorong layanan penitipan anak yang lebih terjangkau dan berkualitas.
Di Belanda, pekerja purnawaktu rata-rata menghabiskan 15,4 jam per hari atau 64 persen dari hari mereka untuk kehidupan pribadi, seperti bersosialisasi dengan teman dan keluarga atau melakukan hobi. Selain itu, pekerja yang melakukan lembur berbayar hanya 0,3 persen.
Pekerja di Denmark juga lebih banyak menghabiskan waktu di kehidupan pribadi dibanding bekerja. Hal ini dipengaruhi oleh kebijakan Danish Flexjobs. Berdasarkan perjanjian ini, pengusaha membayar para pekerja berdasarkan pekerjaan yang telah diselesaikan, bukan berdasarkan waktu.
Di Norwegia, pekerja rata-rata menghabiskan 15,7 jam per hari atau 65 persen dari hari mereka untuk kehidupan pribadi, seperti bersosialisasi dengan teman dan keluarga atau melakukan hobi.
Norwegia memiliki undang-undang perburuhan paling dermawan di dunia. Ada masa tenggang tiga minggu untuk setiap pekerja di Norwegia. Selain itu ada ketentuan pengurangan jam kerja untuk orang tua. Secara bersamaan, perempuan juga didorong untuk bekerja paruh waktu.