Penyakit ini bisa disembuhkan dengan beberapa cara, kok Kawula Muda.
Makhluk halus dan manusia di dunia selalu hidup berdampingan, walaupun tidak banyak orang yang bisa melihat mereka secara nyata.
Terkadang, sosok tak kasat mata itu iseng dan sengaja mengganggu manusia padahal mereka tidak mengganggunya.
Akan tetapi, ada juga seorang yang merasa diganggu oleh makhluk halus namun sepertinya tidak. Mereka diganggu dengan berbagai macam seperti mendengar suara aneh, ada juga mereka yang hanya merasakan merinding. Orang-orang tersebut menganggap hantu itu datang dan selalu diganggu namun kenyataannya tidak. Mereka kemudian menyebut hal tersebut ialah skizofrenia.
Dilansir dari Alodokter, Rabu (12/10/2022), penyakit skizofrenia adalah gangguan mental yang dapat memengaruhi tingkah laku, emosi, dan komunikasi. Penderita ini biasanya mengalami halusinasi, delusi, kekacauan berpikir, dan perubahan perilaku.
Orang dengan skizofrenia umumnya mengalami psikosis, di mana suatu kondisi penderitanya tidak dapat menafsirkan mana realitas secara normal dan bukan. Dengan kata lain, penderita tidak bisa membedakan mana khayalan dan kenyataan.
Dilansir dari Kumparan, penampakan makhluk halus enggak hanya muncul di hadapan penderita skizorfenia saja, ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan mereka ingin melihat penampakan makhluk dari beda alam tersebut.
Ingin percaya keberadaan makhluk lain
Berdasarkan riset YouGov, hampir setengah orang Amerika Serikat percaya kalau hantu itu nyata. Kepercayaan itulah yang membuat pikiran mereka menjadi liar ketika mendengar suara atau langkah yang membuat siapapun jadi was-was.
"Orang yang percaya (hantu) lebih mungkin merasakan sensasi yang tidak wajar dan cenderung menyimpulkan bahwa sensasi itu adalah tanda kehadiran hantu," ujar kepala Penelitian Psikologi Anomalistik di Goldsmith, Universitas London.
Halusinasi dan penggunaan obat
Melansir dari Hello Sehat, gejala halusinasi jadi salah satu penyebab skizofrenia. Ini ditandani dengan sering mendengar, melihat, mencium, atau merasakan hal-hal yang tidak nyata adalah tanda yang paling sering terjadi.
Selain itu, penggunaan obat-obatan psikoaktif atau psikotropika saat masa remaja atau dewasa juga jadi penyebabnya.
Masalah kognitif
Penyebab yang satu ini termasuk dalam perhatian, konsentrasi, dan memori. Penderita skizofrenia umumnya mengalami gejala berupa sulit fokus dan konsentrasi serta tidak dapat memproses informasi untuk membuat keputusan dengan baik.
Faktor genetik
Berdasarkan laman Halodoc, keturunan dari pengidap penyakit ini memiliki risiko 10 persen lebih tinggi untuk mengalami kondisi serupa. Risiko ini meningkat 40 persen lebih besar ketika kedua orang tua sama-sama pengidap skizofrenia.
Untuk anak kembar yang salah satunya mengidap skizofrenia akan memiliki risiko hingga 50 persen lebih besar.
Terdapat banyak gejala dan tanda-tanda dari skizorfenia, melansir dari Alodokter, gejalannya ada dua yaitu positif dan negatif.
Gejala positif ditandai dengan perubahan persepsi yang mengakibatkan penderita berperilaku tidak wajar. Biasanya mereka mengalami halusinasi, dan perilkau yang tidak normal.
Sementara itu, gejala negatif ditandai dengan ketidakmampuan penderita dalam bersosialisasi dengan ditandai oleh penderita yang suka menarik diri dari pergaulan dan tidak peduli dengan penampilan.
Sebenarnya, penyebab skizorfenia masih belum diketahui secara pasti. Namun, satu hal yang mendorong tinggi adalah faktor genetik dan pengaruh lingkungan.
Dalam laman Halodoc, ada juga gejala tidak teratur, gejala ini berupa pikiran dan ucapan bingung serta tidak teratur, kesulitan untuk berpikir logis, dan terkadang menunjukkan perilaku aneh atau gerakan abnormal.
Tanda awal biasanya:
- Perasaan yang mudah tersinggung atau tegang
- Kesulitan berkonsentrasi
- Kesulitan tidur
Penyakit skizofernia bisa diobati dengan berbagai cara, kok Kawula Muda, mulai dari kombinasi obat-obatan dan terapi psikologis. Obat yang diberikan adalah antipsikotik yang memengaruhi zat neurotransmitter dalam otak.
Obat tersebut bisah menurunkan kecemasan, menurunkan atau mencegah halusinasi, dan membantu menjaga kemampuan berpikir.
Pada umumnya, dokter memberikan obat-obatan antipsychotic kepada pengidap skizofrenia untuk mengurangi atau menghilangkan gejalanya.
Ada juga terapi psikologi yang bisa dilakukan untuk mengatasi penyakit ini, seperti terapi perilaku kognitif, pelatihan keterampilan perilaku, dukungan pekerjaan intervensi remediasi kognitif.
Pencegahan skizofrenia dapat dengan mendeteksi dan mengobatinya sejak dini, sehingga penyakit tidak bertambah buruk dan tidak mudah kambuh. Dengan begitu, kualitas hidup penderita pun akan membaik.