Kawula Muda, apakah lo seorang Nomophobia?
Penggunaan ponsel atau HP di masa kini memang menjadi salah satu kebutuhan yang sulit untuk dilepaskan dalam aktivitas sehari-hari. Perkembangan zaman membuat segala sesuatu membutuhkan HP untuk mendukung kemajuan teknologi yang ada. Bahkan merasa kecanduan main HP.
Meski banyak kegunaannya, penggunaan ponsel atau HP yang berlebihan juga tidak baik, loh. Salah satu yang paling dikhawatirkan adalah ketergantungan menggunakan ponsel yang menyebabkan gangguan kesehatan, baik mental maupun fisik.
Para ilmuwan juga sudah melakukan penelitian terkait ketergantungan akan HP yang ekstrem yang dinamakan Nomophobia.
Nomophobia sendiri mewakili ketakutan tidak masuk akal yang dirasakan seseorang jika jauh atau tanpa ponsel.
Kawula Muda mungkin sering melihat seseorang yang sulit lepas dari ponsel. Bahkan dalam aktivitas lainnya, seperti makan, mengobrol, atau ketika beristirahat seorang tersebut masih menggunakan HP.
Hal tersebut yang kemudian dibahas oleh para peneliti dari berbagai negara. Kawula Muda, simak penjelasan Nomophobia di bawah ini. Apakah lo salah satunya?
Nomophobia mewakili ketakutan irasional tanpa ponsel. Istilah ini diciptakan pada tahun 2009 di Inggris dan berasal dari bahasa Inggris, yakni no mobile phone phobia.
Nomophobia sendiri umumnya berawal dari kecanduan ponsel. Ketika seseorang mengalami nomophobia, ia akan terus-menerus khawatir setiap kali tidak bisa menggunakan atau mengecek ponselnya, Kawula Muda.
Melansir Iberdola, studi Real Time YouGov pada tahun 2019 menemukan bahwa 44% orang Inggris yang disurvei merasa takut jika mereka tidak dapat menggunakan ponsel untuk "tetap berhubungan" dengan lingkaran mereka.
Nomophobia kemungkinan besar muncul karena adanya keinginan untuk selalu mengecek pekerjaan dari ponsel atau mengalami FOMO atau fear of missing out, yaitu kekhawatiran berlebih saat tidak mengetahui informasi atau berita terkini.
Tidak hanya itu, rasa tidak aman adalah faktor paling umum yang menyebabkan Nomophobia, banyak anak muda menjadi sangat bergantung pada orang lain dan menemukan cara untuk hadir di lingkaran sosial mereka di ponsel mereka.
Nomophobia juga bisa muncul karena perasaan takut kesepian atau takut kehilangan orang lain jika tidak saling terhubung secara terus-menerus melalui HP. Selain itu, kehilangan HP di masa lalu yang traumatis juga bisa memicu Nomophobia, karena takut akan terulang kembali, seperti yang dikutip dari Alodokter.
Meski WHO belum mengklasifikasikan Nomophobia sebagai gangguan mental, melansir Medical News Today para peneliti sudah mengajukan petisi untuk memasukkan Nomophobia sebagai salah satu jenis gangguan psikologis, loh.
Adapun ciri-ciri seseorang yang mengalami Nomophobia adalah:
1. Menggenggam HP di mana pun, misalnya saat di toilet atau bahkan di jalanan yang ramai
2. Memeriksa HP terus-menerus, bahkan beberapa kali dalam 1 jam untuk memastikan bahwa ponsel berfungsi dan tidak melewatkan notifikasi dari HP
3. Melanggar aturan demi memainkan HP, seperti bermain ponsel dalam pesawat
4. Melewatkan aktivitas atau acara yang direncanakan agar bisa menghabiskan waktu dengan HP
Tidak hanya itu, untuk kondisi yang lebih parah, seseorang yang memiliki ciri-ciri Nomophobia di atas bahkan memiliki gejala psikis dan fisik, seperti khawatir, takut, atau panik yang berlebihan ketika berpikir tentang kehilangan ponsel, jauh dari ponsel, atau tidak bisa menggunakannya.
Cemas dan gelisah jika harus meletakkan ponsel atau tahu bahwa tidak bisa menggunakan ponsel untuk sementara waktu, cemas ketika tidak bisa mengecek ponsel atau saat baterai ponsel habis, dan panik berlebihan ketika tidak bisa menemukan ponsel dalam waktu yang singkat juga termasuk dari beberapa gejala Nomophobia.
Untuk gejala fisik, seseorang dengan Nomophobia bisa merasakan dada sesak, jantung berdebar, sulit tidur atau insomnia, gemetaran, tubuh berkeringat, pusing, dan sensasi ingin pingsan.
Konsekuensi psikologis yang paling umum dari Nomophobia adalah kecemasan, depresi, atau isolasi yang dikarenakan HP dianggap membuat seseorang tetap berhubungan dengan orang lain. Selain itu, ada konsekuensi fisik yang juga dirasakan, loh. Misalnya, sakit kepala, sakit perut, mata tidak nyaman karena paparan layar yang berlebihan, atau nyeri pergelangan tangan dan leher karena posisi yang tidak tepat, bahkan kualitas penglihatan menurun.
Tidak hanya itu, hal ini akan membuat seseorang terus menerus merasa tidak nyaman ketika beraktivitas, Kawula Muda. Lebih parahnya, Nomophobia bisa mengganggu aktivitas sehari-hari.
Meski bisa dialami siapa saja, menurut para ahli, Nomophobia cenderung paling banyak menyerang remaja dengan kelompok usia 14-16 tahun menjadi yang paling umum.
Seorang psikolog Universitas New York, Adam Alter, bahkan pernah membuat penelitian yang menunjukkan sekitar 40 hingga 50 persen remaja lebih suka patah tulang daripada ponsel mereka rusak.
Efek mengerikan tersebut tentu harus diwaspadai oleh setiap pihak, Kawula Muda. Seperti semua kecanduan, pencegahan adalah kuncinya. Ada beberapa tindakan sederhana untuk mencegah penggunaan HP berlebihan yang mengarah pada ketergantungan ekstrem atau gangguan besar, simak cara mengatasi Nomophobia yang dirangkum dari berbagai sumber termasuk Kementerian Kesehatan Republik Indonesia!
1. Hilangkan aplikasi yang tidak terlalu penting seperti game
2. Jangan gunakan HP ketika makan, mengobrol, dan berbagi waktu luang dengan orang lain.
3. Nonaktifkan notifikasi
4. Tetapkan waktu khusus untuk menggunakan HP dan kurangi waktu penggunaan dengan menghitung screen time
5. Jangan gunakan ponsel sebagai alarm, gunakan jam atau alat lain untuk alarm
6. Tidak membawanya ke kamar tidur
7. Sesekali terapkan waktu untuk berjalan santai tanpa HP, hal ini akan mengurangi destruksi yang lo rasakan ketika membawa HP dalam kegiatan sehari-hari
Untuk kasus yang ekstrem dan berkelanjutan, Kawula Muda bisa menghubungi spesialis dan profesional untuk mengatasi Nomophobia yang mungkin dirasakan.
Kawula Muda, biasakan untuk membuat screen time lo menurun setiap harinya, ya!