Hai Kawula Muda, suku bugis punya lima gender?
Suku Bugis adalah komunitas adat terbesar di Sulawesi Selatan. Pusatnya terletak di Makassar dan pedesaan di utara kota.
Kehebatan mereka melaut dan berdagang menjadikan suku Bugis yang hanya berjumlah sekitar 6 juta jiwa sangat berpengaruh di Indonesia.
Beberapa nama orang bugis yang berpengaruh yang kita kenal di antaranya adalah Jusuf Kalla, yang sudah dua kali menjabat wakil presiden indonesia dan Najib Razak, mantan perdana menteri Malaysia.
Sharyn Graham, dosen senior Auckland University of Technology di New Zealand yang melakukan penelitian terhadap suku Bugis mengungkapkan fakta mencengangkan tentang gender suku Bugis.
“Orang Bugis memiliki sebutan untuk lima jenis kelamin yang memetakan lima cara berada di dunia,” jelas Sharyn Graham Davies.
Kelima gender yang telah ada selama ribuan tahun tersebut bukanlah mengenai jenis kelamin. Gender lebih diartikan sebagai pembagian pekerjaan.
Berikut 5 gender yang terdapat dalam budaya orang Bugis.
Orawane adalah sebutan laki-laki dalam bahasa Bugis. Seperti pada laki-laki umumnya, Orawane memiliki sikap yang tegas serta maskulin. Apabila sudah berkeluarga, ia dianggap bertanggung jawab penuh untuk bekerja dan menafkahi keluarganya.
Makkunrai adalah sebutan perempuan dalam bahasa Bugis. Kedudukan perempuan sangat dihargai dalam suku Bugis.
Apabila ingin menikahi seorang perempuan Bugis, laki-laki harus mengeluarkan uang panai’ atau mahar dengan nominal berdasarkan status sosial dari si perempuan. Bagi suku Bugis, perempuan juga dianggap sebagai martabat keluarga.
Calabai adalah sebutan bagi kaum yang terlahir sebagai laki-laki namun berperilaku seperti perempuan dalam kesehariannya. Namun begitu, masyarakat suku Bugis tetap menganggap mereka sebagai laki-laki. Hanya berbeda sikap dan sifat yang dimiliki dari lelaki pada umumnya.
Kaum Calabai juga tidak menganggap diri mereka sebagai perempuan. Uniknya, Calabai dapat berperan sebagai ibu pengantin dalam prosesi ritual tradisional dalam mempersiapkan pesta pernikahan.
Kebalikan dari Calabai, Calalai ialah sebutan bagi kaum perempuan yang berperilaku seperti laki-laki dalam kesehariannya. Namun begitu, masyarakat suku Bugis tetap menganggap mereka sebagai perempuan. Hanya berbeda sikap dan sifat yang dimiliki dari perempuan pada umumnya, kaum Calalai pun juga tidak menganggap diri mereka sebagai laki-laki.
Gender Bissu merupakan perpaduan dari semua gender yang ada di suku Bugis. Sifat maskulin serta feminin ada pada gender Bissu. Selain itu, gender ini pun tidak tertarik dengan laki-laki atau perempuan.
Mereka berpegang teguh pada filosofi masyarakat Bugis kuno yang mengatakan, “Manusia sempurna adalah manusia yang memiliki unsur keperempuanan dan kelaki-lakian secara seimbang dan adil.”
Gender Bissu dianggap oleh masyarakat Bugis sebagai orang suci atau spiritual dan memiliki kedudukan tinggi dan juga penting.
Akan tetapi jumlah guru yang memiliki pengetahuan tentang cara bissu semakin berkurang, tentu di masa depan, bissu akan terancam punah.