Selamat menyambut tahun baru, Kawula Muda! Lo nonton kembang api di mana tahun ini?
Setiap malam pada 31 Desember, sudah biasa rasanya melihat langit yang penuh dengan warna-warni kembang api. Hal ini seolah sudah menjadi tradisi, bahwa untuk menyambut tahun baru, perlu langit yang meriah dan berwarna-warni.
Namun, mengapa kembang api dan petasan identik dengan perayaan tahun baru? Berikut penjelasannya ya, Kawula Muda!
Mengutip Live Science, tradisi kembang api dan petasan untuk menyambut tahun baru telah dilakukan sejak dulu. Hal itu pun ditulis dalam buku Anthony Aveni yang merupakan astronom dan antropolog di Colgate University, New York.
Zaman dulu, diceritakan manusia kerap merayakan pergantian tahun dengan menabuh drum hingga menyulut kembang api. Saat itu, kembang api hanya berupa ledakan kencang dan belum memiliki warna seperti sekarang. Tak jarang, orang-orang turut memukul sudut ruangan kamar mereka.
Hal itu disebut dilakukan untuk menakut-nakuti makhluk yang bergentayangan di malam hari. Makhluk tersebut memang dipercaya sebagai roh jahat. Karena itu, perlu bunyi-bunyian yang keras untuk membuat mereka takut.
Kembang api yang meledak di langit diperkirakan lahir pada abad ke-7 kalender Masehi. Pertama kali ditemukan oleh bangsa China, ledakan kembang api disebut sangat bermanfaat untuk mengusir roh jahat. Namun, ada pula sejarawan yang berpendapat kembang api pertama kali dilakukan oleh bangsa Timur Tengah atau India.
Saat itu, kembang api rupanya dibuat secara tidak sengaja. Menurut American Pyrotechnics Safety and Education Foundation, pada 800M silam, ada ahli kimia yang mencampur senyawa kalium nitrat, sulfur, dan arang untuk menciptakan mesiu mentah. Namun, ada pula yang menulis bahwa petasan dan kembang api bermula di tangan seorang juru masak.
Sekitar tahun 1295, kembang api pun mulai menyebar ke Eropa. Tepatnya, setelah pelaut Marco Polo membawanya dari Tiongkok.
Berbeda dengan China, kembang api di Eropa sejak dahulu sudah identik dengan perayaan. Bahkan, kembang api di Rusia dinyalakan selama lima jam untuk menyambut kelahiran putra pemimpin Rusia.
Kembang api pun semakin berkembang. Di Eropa, beberapa warga Italia menambah beberapa bahan untuk meningkatkan kecerahan dan bentuk kembang api. Karena itu, kembang api dapat memancarkan berbagai warna dan bentuk hingga kini.
Namun, terdapat pendapat bahwa petasan dan kembang api yang berwarna-warni juga berkembang di Tiongkok, tepatnya saat zaman Dinasti Song. disebutkan, sebuah pabrik petasan didirikan dan membuat kembang api yang berwarna-warni lengkap dengan bentuk pijar-pijar api di angkasa.
Kini, walau masih mempertahankan hingar bingar petasan dan kembang api saat pergantian tahun, tujuannya bukan lagi mengusir roh jahat, Kawula Muda! Kini, hal itu dilakukan sebagai cerminan perayaan akan tahun yang baru.