Mereka bahkan punya Miss Universe untuk transgender atau ladyboy, loh...
Kawula Muda, Thailand atau negara dengan julukan Negeri Gajah Putih ini menjadi salah satu negara dengan populasi penduduk transgender terbanyak di dunia. Sebenarnya, hal ini sudah diketahui banyak orang. Namun, bagaimana sejarah dan alasan mengapa banyak transgender di Thailand?
Salah satu destinasi wisata populer di wilayah Asia Tenggara yang satu ini dikenal sebagai tempat untuk melakukan operasi ganti kelamin, juga operasi plastik. Bahkan, pria yang mengubah jenis kelaminnya menjadi perempuan mendapat julukan ladyboy, Kawula Muda.
Ternyata transgender di Thailand sempat tidak diakui oleh masyarakat Thailand hingga tahun 1956, yakni beberapa tahun setelah perang dunia kedua. Pada masanya, hal tersebut merupakan aib bagi keluarga.
Seiring perkembangan zaman, transgender atau ladyboy, biasa juga disebut kathoey (yang berasal dari bahasa Khmer dan berarti anak laki-laki yang juga wanita) ini mulai diterima di masyarakat.
Kini komunitas transgender di Thailand berkembang dan kuat, bahkan Thailand menyambut orang-orang transgender ketika mereka sering kali dikucilkan di belahan lain dunia. Bahkan, transgender kini dianggap sebagai salah satu budaya di Thailand, Kawula Muda.
Seperti yang dilansir Sindo dari laman weareaptn.org, jumlah transgender di Thailand mencapai 314.808 orang, loh. Angka tersebut diprediksi bisa lebih tinggi karena banyak yang belum masuk ke dalam data.
Banyaknya transgender di Thailand terjadi karena berbagai faktor, nih. Mulai dari kebiasaan, budaya, hingga kepercayaan. Diketahui, sebagian besar masyarakat Thailand menganut kepercayaan Buddha. Dalam kepercayaan Buddha yang percaya akan reinkarnasi atau kelahiran kembali, menjadi transgender disebut sebagai salah satu hal untuk menebus dosa masa lalu.
Seseorang yang bereinkarnasi bisa berubah menjadi gender apa pun. Setiap individu, bisa saja menjadi transgender dalam satu atau kehidupannya yang lain.
Oleh sebab itu, mengubah jenis kelamin atau transgender bukan merupakan suatu penyimpangan, melainkan takdir bagi sebagian orang. Meski begitu, warga Thailand percaya bahwa ladyboy adalah orang berdosa, yang ingin menebus dosa-dosa mereka.
Sehingga, mereka perlu melakukan hal-hal baik di kehidupan keduanya. Masyarakat Thailand menganggap ladyboy atau transgender di kelas kedua karena dianggap telah melakukan dosa di kehidupan sebelumnya dan berusaha untuk menebus dosa-dosanya.
Melansir theblondtravels.com, dalam setiap kelas di sekolah, setidaknya terdapat satu transgender atau ladyboy, Kawula Muda. Biasanya, sejak remaja mereka memutuskan untuk mengubah jenis kelaminnya.
Ditambah lagi, terapi penggantian hormon dan operasi plastik adalah hal yang sudah biasa dan tidak diatur secara ketat di Thailand.
Terapi penggantian hormon diketahui dapat dibeli tanpa resep dan tersedia di setiap apotek. Banyak transgender Thailand memulai terapi penggantian hormon sejak usia 12 tahun. Obat hormon tersebut tersedia dalam bentuk pil kontrasepsi dan suntikan agar terlihat feminin.
Kini, transgender atau ladyboy di Thailand bahkan memiliki kontes dan acara-acara khusus.