Kawula Muda, kesepian ternyata bisa membunuh seseorang!
Korea Selatan tengah dilanda fenomena lonely death atau mati kesepian. Sejumlah pemberitaan di Korea Selatan sering kali mengabarkan tentang penemuan mayat yang mati sendirian di rumahnya.
Berdasarkan laporan dari Korea Herald beberapa waktu lalu, saat ini ada hampir sepertiga rumah tangga yang hanya terdiri dari satu orang di Korea Selatan. Dan mereka ini adalah orang-orang yang paling rentan mengalami mati kesepian.
Berdasarkan statistik Korea, jumlah rumah tangga yang terdiri dari satu orang melonjak dari 5,39 juta pada 2016 menjadi 6,64 juta pada 2021. Adanya pembatasan sosial atau social distancing selama pandemi Covid-19 semakin menambah runyam permasalahan ini.
Lonely death atau kematian dalam kondisi kesepian tanpa ada kerabat atau keluarga di sisi merupakan sebuah fenomena di Korea Selatan yang dikenal dengan nama ‘godoksa’. Biasanya, lonely death lebih banyak terjadi pada orang tua, yang kematiannya tidak diketahui selama berhari-hari.
Laporan dari seorang peneliti di Institut Teknologi Seoul, Choi Soo Beom mengungkap bahwa jumlah kasus yang secara resmi diklasifikasikan sebagai mati kesepian di Seoul meningkat dari 51 kasus pada 2020 menjadi 76 kasus pada 2021. Di antara 127 kasus kematian tersebut, 76,4 persen adalah pria yang hidup sendiri, sebagian besar berusia 50-an sampai 60-an.
Masalah sosial yang bertumpuk dengan masalah ekonomi mendorong penduduk lanjut usia hidup dalam kesendirian. Menurut laporan The Postech Times, dengan berkurangnya multi-generasi, para orang tua terpaksa hidup sendiri dan terisolasi secara sosial.
Melansir Korea Herald, pensiun dini, perceraian, kesehatan yang memburuk, dan pengangguran kaum muda yang lebih tinggi merupakan sejumlah hal yang menjadi penyebab terjadinya isolasi sosial. Pada akhirnya, hal ini juga yang menjadi penyebab kematian dalam kondisi kesepian.
Meskipun dianggap sepele, faktanya kesepian benar-benar bisa membunuh. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa kesepian dapat merusak kesehatan fisik seseorang. Menurut American Heart Association, isolasi sosial dan kesepian dapat meningkatkan risiko sekarat akibat serangan jantung atau stroke.
Dari laporan tersebut ditemukan 29 persen peningkatan risiko serangan jantung atau kematian akibat penyakit jantung, dan 32 persen peningkatan risiko stroke di orang yang kesepian.
Bahkan dampak kesepian dinilai peneliti sama mematikannya dengan merokok 15 batang per hari.
Tidak hanya Korea Selatan, sejumlah negara lain seperti Inggris dan Jepang juga telah dilanda mati kesepian. Di Jepang, fenomena mati kesepian dikenal dengan istilah kodokushi.
Pada 2021, pemerintah Jepang menunjuk anggota Kabinet Tetsushi Sakamoto sebagai “Menteri Kesepian” pertama di Jepang. Menteri Kesepian bertugas untuk mengatasi masalah kesepian dan isolasi sebagai tanggapan atas meningkatnya kematian akibat bunuh diri di Jepang.
Namun sepertinya, sebagian besar masyarakat Korea merasa bahwa penunjukan menteri urusan kesepian belum dibutuhkan oleh mereka untuk saat ini. Berdasarkan Hankook Research yang pernah pernah melakukan jajak pendapat tentang apakah Korea Selatan harus memiliki menteri kesepian, hasil yang didapat adalah 46 persen tidak setuju, sedangkan 40 persen setuju.
Terlepas dari permasalahan sosial, fenomena mati kesepian justru menciptakan ladang usaha baru untuk sebagian orang. Di Korea, terdapat penyedia jasa untuk membersihkan rumah dan barang-barang milik orang yang telah meninggal dunia karena mati kesepian.
Melansir dari cnnindonesia, perusahaan bernama Hardworks adalah salah satu penyedia jasa kebersihan yang mengkhususkan diri dalam kasus mati kesepian.
Biasanya, pembersih profesional akan dipanggil ketika jenazah yang ditemukan sudah dalam keadaan dekomposisi parah, di mana telah terjadi pembusukan dan membuat pemilik rumah atau anggota keluarga lain tidak mampu menangani hal tersebut.
Kawula Muda, jangan pernah menganggap remeh kesepian ya mulai sekarang. Buat yang jomblo, enggak usah sedikit, perbanyak teman biar enggak terlalu kesepian.