Kawula Muda, mungkin karena sudah sangat jarang kali yah yang makan di warteg?
Warung Tegal (warteg) menjadi salah satu usaha yang gulung tikar karena tidak mampu membayar uang perpanjangan sewa di masa pandemi corona.
Ketua Komunitas Warteg Indonesia (Kowantara) Mukroni menuturkan bahwa pemilik usaha warteg tidak memiliki modal untuk memutarkan usahanya.
“Ini kan sudah setahun, tahun ini harus perpanjang sewa kontrak. Sementara modal sudah pas-pasan. Untuk bayar karyawan berat, apalagi untuk bayar sewa,” ucap Mukroni yang dilansir dari CNN.
Dalam keterangannya, omzet warteg di masa pandemi ini menurut derastis sekitar 90 persen dari rata-rata omzet Rp 2 juta - Rp 10 juta per hari. Saat ini, pemilik usaha warga paling banyak hanya bisa mengumpulkan Rp 200.000 - Rp 1 juta per hari.
Beberapa faktor lainnya yang menyebabkan penurunan omzet adalah dikarenakan daya beli masyarakat yang melemah akibat pandemi, adanya PSBB di DKI Jakarta dan PPKM di Jawa dan Bali, hingga kenaikkan harga pangan.
“Pemerintah harus memberikan perhatian terutama di pusat, misalnya Jakarta yang banyak warteg. DKI harus punya anggaran untuk bisa bantu mereka. Keterlibatan daerah harus ada,” kata ekonom Indef Eko Listyanto.
Menurut Eko, kondisi ini harus diperhatikan karena akan ada banyak dampak yang merugikan pemerintah jika sampai hal ini terjadi. Tidak hanya itu, warteg sangat membantu kelas tertentu karena harganya yang terjangkau, sehingga pemerintah harus bergerak dalam menyelamatkan usaha mikro kecil dan menengah ini.