Siapa yang masih suka ngoleksi action figure ataupun mainan anak-anak lain?
Kawula Muda, pernah suka atau beli barang anak-anak di saat umur lo sudah dewasa? Kalau iya, berarti lo masuk dalam fenomena yang disebut dengan kidult.
Kidult adalah fenomena mengenai seseorang yang sebenarnya secara umum sudah dewasa, namun masih suka dengan kehidupan serta kebiasaan anak yang berusia belahan tahun.
Kidult juga bisa diartikan sebagai mengingat kenangan masa kecil seperti melakukan kegiatan yang biasa dilakukan untuk anak-anak.
Melansir dari Kompas, Kamis (29/12/2022), istilah kidult berasal dari gabungan kata kid-adult yang dicetus pertama kali oleh psikolog Jim Ward-Nichols dari Steven Institute of Technology di New Jersey. Fenomena tersebut muncul di masyarakat urban di negara-negara maju pada 1980-an.
Di setiap negara, punya istilah berbeda untuk kidult. Inggris mempunyai nama Kippers, Jerman Nesthockers, Perancis dan Jepang menyebutnya Mammones.
Berdasarkan laporan dari NPD Group, yang mengutip pada laman NBC News, kidult memiliki sisi yang cukup membuat untung pada industri mainan, Kawula Muda.
Bahkan, kelompok kidult yang berusia di atas 12 tahun, telah berkontribusi seperempat dari semua penjualan setiap tahunnya sebesar 9 miliar dolar AS atau Rp 141 triliun.
Apalagi, adanya pandemi Covid-19 yang melanda dunia, penjualan mainan semakin laku di pasaran. Mainan seperti board game, puzzle, yang turun penjualannya, justru naik dengan penjualan harga tinggi.
Hal tersebut karena kidult sering membelanjakan lebih banyak untuk mainan. Ditambah lagi mereka yang suka dengan kartun, hingga mengoleksi barang action figure, set Lego, dan boneka yang biasanya dianggap untuk anak-anak.
Seorang profesor psikiatri dan psikologi di University of Pittsburgh, Beatriz Luna percaya orang yang berusia 20-an dipengaruhi oleh aktivitas berlebihan remaja dan tidak menjadi dewasa sampai usia 25 tahun.
Dari laman Huffington Post, orang dewasa yang membeli mainan disebut bernostalgia ke masa kecilnya.
Walau demikian, sifat ini tidak melihat dan tidak ada hubungannya dengan intelegensia seseorang. Banyak dari mereka yang kidult adalah orang cerdas dan punya karier cemerlang.
Secara psikologis, adanya fenomena keinginan orang dewasa pada mainan anak-anak juga bisa menjadi salah satu bentuk mereka yang takut terhadap penuaan.
Namun, hal tersebut bukanlah yang terjadi. Dengan usia fisik dewasa belum tentu berpikir dewasa, sehingga perilaku yang muncul terkadang terlihat seperti kekanakan.
Penyebab itu didukung oleh dosen psikologi UNISA, Ratna Yunita, di mana orang dewasa untuk punya barang yang identik dengan anak-anak juga didorong oleh keinginan yang belum terwujud.
Apalagi di saat orang tersebut sudah menikah. Dampak kidult terus menimbulkan hal yang mempengaruhi sikapnya.
"Hal ini akan memunculkan sikap kekanakan yang membuat seseorang nantinya jika ia sudah menikah, ia kurang mampu bertanggungjawab terhadap figurnya sebagai seorang Ibu atau seorang ayah," ujarnya, dilansir dari Kompas.
Sifat kidult juga bisa menimbulkan ketergantungan, loh. "Di mana jika seorang dewasa tergantung dengan benda dari masa kecil anak, ini akan menjadi sebuah gangguan psikologis," kata Ratna.