Harus pakai empati biar gak tone deaf, Kawula Muda!
Istilah 'tone deaf' kini kerap terlihat di media sosial, khususnya saat membahas reaksi tokoh publik terhadap kejadian di Indonesia. Jadi, apa arti istilah ini sebenarnya?
Secara literal, 'tone deaf' merupakan istilah dalam bahasa Inggris yang terdiri dari kata 'tone' yang artinya nada dan 'deaf' yang berarti tuli.
Sedangkan menurut Cambridge Dictionary, orang yang 'tone deaf' tidak mampu membedakan antara nada yang berbeda atau menyanyikan sebuah lagu dengan tepat, yang mencerminkan ketidakpekaan mereka terhadap nuansa musikal.
Namun, istilah 'tone deaf' juga sering dipakai dalam arti yang lebih umum. Secara kiasan, 'tone deaf' bisa mengacu pada seseorang yang kurang sensitif terhadap emosi atau kebutuhan orang lain.
Istilah ini biasanya ditujukan kepada individu atau kelompok yang tampaknya tidak mengerti atau menghiraukan pandangan masyarakat atau kondisi sosial yang sensitif.
Merriam-Webster mendefinisikan 'tone deaf' sebagai ketidakmampuan seseorang untuk mengenali dan merespons perasaan atau pendapat umum.
Istilah ini biasanya digunakan untuk menggambarkan politisi atau figur publik yang tampaknya tidak tanggap atau tidak memahami kekhawatiran masyarakat dengan baik. Sebagai contoh, seorang politisi yang tampak tidak sensitif terhadap kritikan atau kemarahan publik sering kali dijuluki tone deaf.
Sementara itu, menurut Dictionary.com, istilah tersebut sering digunakan secara kiasan untuk mendeskripsikan seseorang yang tampak tidak sadar atau mengabaikan perasaan umum. Sebagai contoh, tindakan atau komentar yang dianggap tidak peka atau tidak cocok dengan situasi sosial yang berlaku.
Istilah 'tone deaf' pertama kali digunakan pada 1890-an, yang awalnya merujuk pada ketidakmampuan seseorang untuk mendengarkan nada musik. Namun, penggunaannya kini telah berkembang untuk menggambarkan ketidakpekaan seseorang terhadap nuansa sosial dan emosional.
Contohnya, seorang individu kaya yang menyarankan barang mewah kepada orang yang kurang mampu, atau seorang sutradara yang mengabaikan kritik terhadap representasi karakter dalam filmnya, dapat dianggap sebagai tone deaf.
Memahami makna dan cara menggunakan istilah 'tone deaf' membantu kita mengatasi kritik sosial dan mengenali ketidakpekaan dalam beragam situasi.