Hai Kawula Muda, ayo lebih perhatian pada tanda yang diberikan tubuh kalian!
Pada masa pandemi saat ini, menjaga imun atau sistem kekebalan tubuh agar selalu fit menjadi prioritas. Sistem imun yang kuat membantu tubuh menangkal virus seperti Covid-19 atau setidaknya membuat durasi penyakit lebih singkat.
Dilansir dari Mind Body Green, Randy Horwitz, M.D., Ph.D., ahli imunologi dan direktur medis dari Arizona Center for Integrative Medicine mengatakan, kebiasaan atau pola hidup dapat membuat seseorang rentan terkena infeksi.
Saat seseorang imunnya mulai menurun, biasanya akan menunjukkan beberapa gejala atau tanda. Berikut, beberapa tanda telah terjadinya pelemahan sistem kekebalan tubuh.
Dokter dan ahli imunologi intregatif, Heather Moday, M.D. mengatakan, orang yang lebih sering sakit karena pilek atau flu, atau bahkan pneumonia, biasanya mengalami gangguan sistem kekebalan tubuh.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), orang dewasa biasanya mengalami dua sampai tiga kali pilek per tahun, dan kebanyakan pulih dalam tujuh sampai sepuluh hari. Kondisi ini dianggap normal.
Tetapi. jika pemulihan membutuhkan waktu lebih lama atau sering masuk angin, infeksi sinus, infeksi telinga, atau infeksi apa pun, artinya sistem kekebalan tubuh orang itu sedang berjuang untuk mengimbangi.
Melatonin, hormon yang dilepaskan tubuh ketika malam dan membuat kita mengantuk sebenarnya adalah mediator kekebalan yang sangat penting. Melatonin membuat sel kekebalan tertentu melepaskan sitokin yang berfungsi mengaktifkan sel kekebalan untuk melawan infeksi.
Saat tidur, orang sering mengalami lebih banyak perekrutan dan aktivitas sel darah putih tertentu seperti makrofag dan neutrofit, serta sel pembuluh alami (NK) yang merupakan antivirus dan anti kanker.
Sebaliknya, kurang tidur justru dapat menekan aktivitas sel-sel tadi dan memicu respons antibodi yang kurang kuat. Umumnya, orang dewasa membutuhkan 7-8 jam tidur.
Mengalami stres kronis dapat mengurangi kerja sel-sel kekebalan tertentu dan mencegah tubuh meningkatkan respons antibodi yang optimal.
Stres berlebih juga meningkatkan hormon stres atau kortisol dipompa berlebih melalui sistem tubuh. Kondisi ini dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh di dinding usus. Jika kondisi itu terjadi, virus dapat lebih mudah menyerang melalui lapisan saluran usus.
Menurut Horwitz, sel-sel penting yang berperan dalam imunitas menjadi tidak begitu responsif dalam periode stres atau kesedihan yang ekstem (depresi).
(Bersambung ke bagian ke-2)