Simak penjelasannya!
Belakangan ini, warganet diramaikan dengan diskusi mengenai slow living. Konsep hidup slow living sendiri memang sudah sejak lama dibicarakan, namun kembali banyak dibicarakan setelah artis Lulu Tobing mengungkapkan gaya hidup slow living yang selama ini ia jalani.
"Gue benar-benar hidup gue slow banget ya. Gue nggak kompetitif orangnya, gue tidak ambisius, gue slow banget. Seumur-umur nggak punya ambisi jadi gue cuman go with flow," ucap Lulu Tobing dalam sebuah video di Youtube Melanie Ricardo, Senin (10/07/2023).
Dia mengatakan, dirinya tidak pernah punya ambisi yang ingin dicapai dalam hidup. Berbeda dengan kebanyakan orang lain, Lulu Tobing turut mengakui dirinya tidak punya capaian.
"No, never (punya ambisi) in my life," ucapnya.
Hal ini pun akhirnya menuai pro dan kontra dari warganet, Kawula Muda.
Ada yang beranggapan jika tidak semua orang bisa melaksanakan gaya hidup slow living atau sebaliknya.
Lantas, apa sebenarnya slow living yang sedang viral dibicarakan?
Melansir Kompas, slow living adalah gaya hidup yang menekankan pada kehidupan yang lebih sederhana, santai, dan lebih sadar akan waktu dan lingkungan sekitar.
Slow living sendiri merupakan sebuah gerakan yang berkembang di Italia pada tahun 80-an untuk menentang budaya cepat saji dan industri makanan besar.
Konsep tersebut menjadi berkembang ke arah yang lebih luas, yakni kehidupan, mode, perjalanan, kerja, dan konsumsi.
Mudahnya, slow living dapat diartikan sebagai gaya hidup yang menekankan pada kualitas hidup yang lebih baik daripada kuantitas, yakni mengambil waktu untuk diri sendiri, makan dengan santai, atau menghabiskan waktu bersama orang tersayang.
Dalam laporan The American Psychological Association (APA), 79 persen orang mengalami tingkat kejenuhan yang tinggi dalam pekerjaan mereka, mereka menghadapi tekanan seperti paranoia produktivitas, dan selalu bisa dihubungi.
Lebih lanjut, Psikologis Klinis Anastasia Sari Dewi menjelaskan jika slow living adalah gaya hidup yang berkaitan dengan ‘menikmati proses’ dalam hidup.
"Slow living itu adalah gaya hidup di mana orang kembali fokus pada proses alam atau lingkungan. Dia tidak lagi asal jadi asal dapat. Jadi dia betul-betul mengikuti dan menikmati prosesnya," ucap Sari mengutip Detik pada (18/07/2023).
"Jadi slow living itu kembali mendekat pada alam kembali menikmati proses hingga bisa mengurangi teknologi, kalau dalam psikologi mirip dengan mindfulness," tambah Sari.
Singkatnya, slow living mengajarkan lo untuk menikmati setiap detik dan menghargai proses dan bukan mengejar hasil dalam waktu sesingkat-singkatnya.
Banyak warganet mengatakan jika gaya hidup slow living hanya bisa dirasakan dan dilaksanakan oleh mereka yang punya banyak uang. Sebab, untuk menikmati hidup yang lebih ‘santai’ dikatakan hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang stabil dalam keuangan.
Meski begitu, gaya hidup slow living dapat memberikan manfaat bagi kesehatan jiwa. Sebab, para pelakunya bisa lebih menghargai diri sendiri, Kawula Muda.
Tidak hanya itu, orang yang menerapkan slow living tidak selalu harus memiliki uang yang banyak. Namun, bisa dimulai dengan merasakan hal-hal kecil dalam hidup dengan catatan bukan berarti menjadi seorang yang pemalas.
Beberapa contoh praktik slow living adalah mengurangi konsumsi dan berusaha membeli barang yang berkualitas lebih lama.
Tidak hanya itu, mengurangi penggunaan sosial media dan juga memasak makanan sendiri dan memakannya dengan perlahan juga termasuk slow living, loh.
Bahkan, berjalan kaki atau bersepeda untuk aktivitas sehari-hari juga masuk ke dalam contoh slow living.
Beberapa contoh di atas tidak hanya membantu mengurangi stres, namun juga meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.
Kawula Muda, meski slow living menekankan lo untuk lebih berhati-hati dalam menghabiskan waktu, menghadapi tekanan, dan tetap sadar dalam kehidupan yang serba cepat ini, slow living tidak harus dipaksakan untuk semua orang, Kawula Muda.
Maksudnya, tidak semua orang harus menjalani slow living, namun memilih gaya hidup yang paling cocok untuk menghindari stres atau tekanan.
Sebab, mekanisme setiap orang dalam menghadapi stres tentu berbeda. Hal ini yang menyebabkan satu gaya hidup tentu akan cocok untuk semua orang.
Namun, ada banyak hal baik yang bisa lo ambil dari gaya hidup slow living. Misalnya menghindari aktivitas yang tidak perlu dan menambah beban pikiran. Oleh karena itu, meskipun terkesan tidak sesuai dengan diri lo, yang paling penting dengarkan suara hati lo untuk hidup yang berkualitas agar bisa bikin lo lebih bahagia dan sehat, Kawula Muda!