Ada-ada saja ulahnya...
Forbes 30 Under 30 merupakan daftar anak muda yang berusia di bawah 30 tahun dari berbagai kalangan. Baik dari kalangan pengusaha yang kaya, pemimpin, maupun pekerja seni yang berhasil membuat sebuah terobosan.
Namun sayangnya, sejumlah nama yang masuk ke dalam daftar Forbes 30 Under 30 terlibat dalam kasus penipuan, Kawula Muda. Bahkan, beberapa nama daftar anak muda di bawah 30 tahun itu juga punya julukan tambahan, yakni penipu. Sayang banget, ya? Emang siapa saja orangnya? Simak di bawah ini, Kawula Muda!
Sam Bankman-Fried merupakan seorang bos kripto FTX dan pendiri Alameda Research yang awalnya cukup sukses. Ia sempat masuk daftar Forbes 30 Under 30 2021 kategori finance.
Sam sendiri pernah tercatat sebagai salah satu anak muda terkaya dengan kekayaan mencapai 26,5 miliar Dolar AS atau sekitar Rp 393 triliun, Kawula Muda.
Sam sendiri didakwa atas dua tuduhan, yakni penipuan secara elektronik (wire fraud) dan enam tuduhan terkait konspirasi atas perannya yang disebut oleh seorang jaksa federal sebagai penipuan terbesar.
Melansir CNN Business, pihak berwenang menuding Sam mencuri dana pelanggan dari FTX untuk menutupi pinjaman yang diambil oleh Alameda Research, dana lindung nilai kripto yang berafiliasi dengan FTX.
Selain itu, ia juga dituding menggunakan dana itu untuk berinvestasi di perusahaan lain dan menyumbang untuk kampanye politisi dari kedua partai untuk mempengaruhi kebijakan publik.
FTX mengajukan kebangkrutan pada November lalu setelah banyak pedagang yang menarik uang dengan total 6 miliar Dolar AS dalam waktu 72 jam dan Binance yang disebut bakal menyelamatkan perusahaan juga memilih mundur dari kesepakatan.
Caroline tercatat sebagai CEO Alameda Research. Bersama dengan Sam, yang dilaporkan sebagai kekasihnya, ia juga terseret menjadi tersangka dalam kasus penipuan FTX, Kawula Muda.
Akhirnya ia mengaku bersalah atas tuduhan konspirasi penipuan transaksi online dan saham. Caroline juga mengakui tuduhan konspirasi pencucian uang.
Caroline yang masuk daftar Forbes 30 Under 30 2022 kategori finance tersebut meminta maaf pada Desember 2022 lalu dan mengatakan kepada pengadilan bahwa dia setuju dengan Sam dan yang lainnya untuk tidak mengungkapkan secara terbuka sifat sebenarnya dari hubungan antara Alameda dan FTX, termasuk pengaturan kredit Alameda.
Elizabeth Holmes merupakan Ahli Bioteknologi AS sekaligus pimpinan dari startup Theranos, sebuah perusahaan yang mengeluarkan alat tes yang diklaim mampu mendeteksi ratusan penyakit hanya dengan tetesan darah.
Elizabeth menerima Under 30 Doers Award dari Forbes dan menempati peringkat ke-73 dalam daftar 'wanita paling berpengaruh di dunia' 2015.
Pada November 2022, ia dijatuhi hukuman lebih dari 11 tahun penjara akibat kasus penipuan yang dilakukannya. Namun, ia tidak dipenjara dan masih tinggal di dalam perkebunan mewah dengan biaya sewa 13 ribu Dolar AS per bulan.
Elizabeth kemudian terbukti menipu para investor melalui start-up miliknya, Theranos. Ia dihukum atas empat dakwaan pada bulan Januari karena membujuk investor selama 15 tahun dengan iming-iming dia telah mengembangkan perangkat medis revolusioner.
Elizabeth akhirnya bangkrut usai investigasi yang dilakukan The Wall Street Journal mengungkap kebohongan alat tes bernama Edison itu.
Charlie Javice yang merupakan CEO startup Frank. Baru-baru ini dia digugat oleh JP Morgan, investor perusahaannya, dengan tuduhan membawa lari akuisisi senilai lebih dari Rp 2 triliun.
Charlie yang sempat masuk dalam daftar Forbes 30 under 30 pada 2019 untuk kategori Finance ini dituduh membuat daftar pelanggan palsu, yakni 4,2 juta mahasiswa yang diduga fiktif. Berdasarkan gugatan di Pengadilan Distrik AS di Delaware, jumlah pelanggannya tak sampai 300 ribu pada tahun lalu.
Frank merupakan startup fintech bagi mahasiswa yang mencari bantuan keuangan. JP Morgan menuduh Javice berbohong tentang keberhasilan Frank membantu mahasiswa dengan membuat daftar pengguna palsu alias fiktif.
Kebohongan Charlie diketahui ketika JP Morgan meminta bukti selama uji tuntas mengenai daftar nama, alamat, tanggal lahir, dan informasi pribadi lainnya untuk 4 juta lebih pelajar, yang sebenarnya fiktif.
Martin sempat ramai diperbincangkan setelah menaikkan harga obat mencapai 5.000%. Tidak hanya itu, ia juga mendapat banyak julukan dari masyarakat, yakni ‘ikon kapitalisme Amerika’, ‘pria paling dibenci di Amerika’, dan ‘Pharma Bro’.
Pada 2017, juri federal memutuskan bos Turing Pharmaceuticals itu bersalah dengan dua tuduhan, yakni penipuan sekuritas dan konspirasi melakukan sekuritas. Sementara tahun 2018 dia dijatuhi hukuman penjara 7 tahun.
Hartanya yang senilai 7,4 juta Dolar AS ikut disita dalam kejadian tersebut. Hakim Distrik AS juga memerintahkannya mengembalikan 64,6 juta Dolar AS atas ganti rugi pada kenaikan Daraprim, obat yang dinaikkan harganya.
Selama sisa hidupnya, Martin dilarang berkegiatan lagi di industri farmasi. Baru-baru ini, ia telah bebas dan mengatakan telah menyelesaikan seluruh program untuk mempersingkat masa hukumannya.
Padahal sudah masuk Forbes 30 Under 30, huft...