Yuk, mulai jalani hidup ramah lingkungan, Kawula Muda!
Pada masa awal pandemi Covid-19, emisi karbon dunia merosot hingga 6,4 persen pada 2020. Jumlah tersebut setara dengan 2,3 miliar ton karbon dioksida.
Namun, seiring dengan kembali tingginya perbaikan ekonomi dan mobilitas masyarakat, emisi karbon kembali melambung naik. Termasuk di Indonesia. Hal itu pun telah disampaikan oleh Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani.
Sayangnya, data Pasukan Darurat milik Perserikatan Bangsa-Bangsa, UNEF, menemukan emisi karbon saat ini lebih tinggi dari keadaan sebelum pandemi.
“Kita melihat tingkat emisi global, terutama dari sektor energi, industri, dan residensi kembali melonjak pada level yang lebih tinggi bahkan melebihi situasi sebelum pandemi,” tutur Sri Mulyani pada Webinar Green Economy Outlook 2022 dikutip dari Merdeka.
Dikutip dari CatchMeUp, data United Nations Environment Programme (UNEP), menemukan kini kenaikan suhu permukaan bumi mencapai 2,7 derajat Celsius. Negara anggota G20-termasuk Indonesia- dikatakan menyumbang 78 persen dari seluruh emisi karbon dunia.
Hal itu tentu berbahaya. Tingginya emisi karbon adalah salah satu penyebab climate crisis dan semakin naiknya suhu bumi. Padahal, telah terdapat Paris Agreement yang merupakan perjanjian untuk mengurangi emisi karbon sehingga suhu bumi tidak naik lebih dari 2 derajat Celsius.
Karena itulah, penting untuk mampu menurunkan emisi karbon masyarakat, sekaligus tetap mempertahankan kelajuan ekonomi.
Sebenarnya, terdapat beberapa solusi yang mulai dilakukan oleh berbagai negara di dunia. Sebut saja penggalakan program mobil listrik ramah lingkungan untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil.
Kemudian, masyarakat diharapkan dapat memiliki gaya hidup yang lebih ramah lingkungan serta hemat energi. Hal itulah-yang disebut Sri Mulyani-merupakan salah satu tantangan bagi Indonesia.
"Yang diinginkan dunia, masyarakat bisa melaksanakan kegiatan ekonomi. Dan untuk negara berkembang maupun emerging country seperti Indonesia tetap bisa dilaksanakan program pembangunan untuk kesejahteraan masyarakat, namun bisa menurunkan CO2 dalam rangka menghindari konsekuensi catastrophic," tambah Sri Mulyani.