Kawula Muda, sudah tahu soal Cinderella Complex?
Kawula Muda, sudah pernah dengar soal sindrom Cinderella Complex? Sindrom Cinderella Complex merupakan istilah psikiatri modern yang pertama kali dicetuskan oleh Colette Dowling, seorang terapis asal New York sekaligus penulis buku The Cinderella Complex: Women’s Hidden Fear of Independence.
Baru-baru ini, sindrom Cinderella Complex ramai dibicarakan oleh Warganet. Pasalnya, sindrom ini kerap dikaitkan dengan tontonan, terutama drama Korea (Drakor) yang bisa mengindikasikan sindrom tersebut.
Diketahui, Cinderella Complex adalah kondisi saat seorang wanita takut untuk menjadi independen dan selalu mengharapkan seseorang akan menyelamatkannya saat dalam kesulitan. Walaupun tidak dianggap sebagai penyakit mental, tetapi Cinderella Complex dapat sangat mengganggu kehidupan seseorang seperti yang dikutip dari Dokter Sehat.
Mengutip Halodoc, sindrom Cinderella Complex cukup dekat kaitannya dengan gangguan psikologis, yaitu gangguan kepribadian dependen.
Gangguan kepribadian dependen merupakan gangguan kepribadian di mana seseorang sangat tergantung dengan orang lain, sehingga nyaris tidak sanggup untuk hidup mandiri.
Sindrom ini dijelaskan sebagai sebuah keinginan di bawah alam sadar untuk diurus oleh orang lain. Kondisi ini kerap digambarkan sebagai perempuan yang merasa sangat ingin dilindungi dan membutuhkan seorang pria sebagai tameng dalam kehidupannya.
Mudahnya, sindrom ini akan membuat seseorang menggantungkan diri dengan orang lain dalam batas yang wajar. Bahkan tidak melakukan apa-apa dan berharap bantuan akan datang dengan sendirinya, layaknya seorang Putri.
Kawula Muda, pengidap sindrom Cinderella Complex memiliki beberapa karakteristik, antara lain:
1. Ketergantungan konstan
2. Takut meninggalkan zona nyaman
3. Mengidealkan pasangan
Faktanya, Cinderella merupakan karakter fiktif yang dibuat oleh Charles Perrault dan dikisahkan sebagai seorang wanita muda yang hidup merana di bawah siksaan ibu dan saudara tirinya yang kejam semenjak kepergian sang ayah. Hidup Cinderella tiba-tiba berubah menjadi keberuntungan yang luar biasa saat bertemu dengan sang pangeran idaman di sebuah pesta dansa.
Karakter ini digambarkan sebagai tokoh yang cantik dan juga beruntung karena dianggap bisa berpasangan dengan pangeran kerajaan dan memiliki hidup yang diinginkan kebanyakan orang.
Banyak perempuan akhirnya mendambakan hidup layaknya Cinderella. Sayangnya, hal ini malah memicu konflik dalam personal seseorang hingga menimbulkan gangguan kesehatan mental, loh.
Tidak hanya Drakor, banyak drama, series, bahkan film yang menggambarkan kehidupan tanpa usaha ketika bertemu dengan seseorang yang kaya dan sempurna. Singkatnya, lo tidak usah berusaha lagi dalam hidup.
Jika tidak menyaring hal-hal fiktif yang kerap dinormalisasi, bisa saja sindrom Cinderella Complex akan tumbuh secara perlahan.