ghosting ini bahaya ini ges...
Bumble, salah satu aplikasi kencan atau dating apps yang banyak digunakan untuk mencari pasangan saat ini, ternyata memiliki fitur yang cukup ketat terkait dengan pengguna yang melakukan ghosting terhadap lawan bicaranya.
Ghosting sendiri adalah keadaan di mana seseorang tiba-tiba menghentikan semua kontak dengan orang lain tanpa penjelasan dan menghilang begitu saja.
Walaupun ghosting memang sering terjadi apalagi terhadap orang yang ditemui lewat aplikasi, membatalkan sepihak janji temu dengan 'pasangan' kini bisa dapat sanksi dari Bumble karena melanggar pedoman penggunaan yang sudah diatur oleh Bumble.
Menurut Bumble dalam artikel yang telah diunggah beberapa waktu lalu, fenomena ghosting memang terlihat sepele, padahal akibatnya tidak main-main, Kawula Muda.
Mendiamkan seseorang tanpa alasan yang jelas bisa berdampak terhadap mental, mengarah ke perasaan depresi, memicu anxiety dan kurangnya kepercayaan diri.
Maka dari itu, Bumble memutuskan untuk membuat fitur "bullying and abusive conduct" atau perilaku perundungan dan kekerasan yang bisa dilaporkan melalui aplikasi sebagai laporan dari sifat buruk (report bad behaviour).
"Saat ini, pengguna bisa melaporkan perilaku buruk seseorang dalam aplikasi. Ketika insiden tersebut dilaporkan, moderator dari aplikasi akan mengecek fakta dan informasi sebelum melakukan tindakan (pemberian sanksi)," kata perwakilan dari aplikasi Bumble dilansir dari Vanity Fair.
Di samping itu, sudah ada beberapa penelitian tentang fenomena Ghosting salah satunya yang diterbitkan dalam jurnal Psychology of Popular Media bahwa responden yang sebagian besar perempuan mengaku melakukan ghosting karena tidak memiliki keterampilan komunikasi yang jujur dan terbuka.
Tidak hanya itu, para peserta juga memilih untuk melakukan ghosting karena merasa pertemuan dengan orang tersebut akan membangkitkan perasaan emosional atau seksual yang belum siap mereka dapatkan.
Ada pula survei dari Lunch Actually tentang kencan yang dilakukan orang selama tahun 2022 melalui partisipan dari warga Singapura, Malaysia, Hong Kong, Thailand, Indonesia, dan Taiwan.
Hasil survei menyebut 56% lajang telah didekati atau dihubungi dengan cara yang membuat mereka merasa tidak nyaman, 57% telah didekati atau dihubungi oleh scammer, 38% telah ditipu, dan 58% di-ghosting atau oleh pasangannya di aplikasi kencan.
Ghosting memiliki dampak buruk bagi korban. Adapun, dampak ghosting bagi korban adalah:
1. Menyalahkan diri sendiri akibat tidak tahu alasan jelas mengapa mereka ditinggalkan
2. Merasa kehilangan harapan, malu, dan harga diri yang terluka
3. Akibat kepercayaan diri yang rendah, korban akan sulit bangkit dari dampak ghosting
4. Korban harus melalui tahapan kesedihan yang seharusnya tidak terjadi akibat pelaku tidak memberikan kejelasan
5. Orang yang di-ghosting akan terus memikirkan mengapa pelaku meninggalkan dirinya tanpa alasan dan kejelasan, hal ini akan berpengaruh pada rasa tidak percaya dan meluas ke hubungan di masa depan.
Tidak memiliki keinginan untuk menjalin hubungan selanjutnya juga terjadi kepada korban ghosting karena mereka terdampak secara psikologis, begitu juga stres yang berujung ke penyakit fisik, Kawula Muda.
Ghosting biasanya jadi alasan seseorang sebagai cara untuk mengakhiri hubungan atau kenalan baru dengan hanya diam, tanpa penjelasan apapun dan hal ini adalah salah, Kawula Muda.
Seperti kata Bumble, ketika seseorang memutuskan untuk melakukan ghosting, perlu diingat bahwa kehilangan bukanlah milik korban.
"Ghosting memang mengecewakan dan membuat frustrasi, tetapi itu tetap terjadi. Ketika seseorang berhenti mengirimkan pesan kepada kamu, merekalah yang kehilangan," terang Bumble.
"Dan kamu berkesempatan untuk mendapatkan seseorang yang lebih baik," lanjut pihak aplikasi kencan tersebut mengingatkan pengguna yang menjadi korban ghosting.
Berikut adalah beberapa alasan penyebab pelaku melakukan ghosting, mengutip dari laman Insider:
1. Menghindari kata perpisahan atau putus
Jika lo merasa kehilangan minat lebih lanjut pada suatu hubungan, ghosting terasa seperti jalan keluar agar tidak perlu mengatasi kemarahan, kesedihan atau emosi negatif kepada pasangan.
"Ghosting bisa menjadi bentuk penghindaran, upaya untuk tidak memikirkan atau harus menghadapi sesuatu yang sulit dan menyakitkan," kata Kelifern Pomeranz, PsyD, seorang psikolog dan terapi seks.
2. Menyinggung perasaan pasangan
Melalui sebuah studi pada 2020, mereka mengatakan alasan melakukan ghosting karena pasangannya yang terlalu memaksa, rasis, bersikap tidak menghargai, atau mengirim konteks seksual yang tidak diminta.
3. Enggak mau menyakiti perasaan pasangan
"Beberapa ghoster memutuskan hubungan dan berhenti merespons karena upaya atau cara untuk melepaskan perasaan orang lain," kata Pomeranz.
Misalnya, ketika lo tidak tertarik dengan teman kencan lo dan memilih untuk ghosting daripada mengatakan yang sebenarnya atau membuat kebohongan, itu adalah hal yang salah ya, Kawula Muda.
Hal yang tepat adalah utarakan langsung apa yang lo rasakan dengan jujur.