Hai Kawula Muda, sesekali main game untuk rileks bareng teman tidak ada salahnya, asal jangan sampai berlebihan ya!
Belakangan sedang viral game Among Us di kalangan anak muda, baik di Indonesia maupun di seluruh dunia.
Seperti beberapa game lainnya, Among Us tak hanya untuk seru-seruan, tetapi juga membutuhkan strategi dalam bermain.
Game Among Us menampilkan beragam karakter dengan masing-masing tugasnya yang berbeda. Salah satu karakter di game ini adalah impostor yang memiliki tugas membunuh karakter lain, dan sebisa mungkin tidak sampai ketahuan.
Bahkan, sang impostor bisa saja mengelabui atau memfitnah karakter lain, dengan menuduh merekalah impostor yang sebenarnya.
Namun, dengan karakternya yang cenderung manupalitif dan desktuktif, kemudian muncul kekhawatiran akan memengaruhi psikis pemainnya. Bahkan, belakangan karakter impostor mulai dikaitkan dengan impostor syndrome.
Impostor syndrome memiliki banyak nama lain, di antaranya adalah yang lebih dikenal umum yakni imposter syndrome dan sindrom penipu atau dalam Bahasa Inggrisnya fraud syndrome.
Impostor syndrome adalah kondisi psikologi di mana seseorang merasa tidak pantas meraih kesuksesan yang telah dicapainya. Mereka juga sering merasa waswas, seolah suatu hari nanti orang-orang akan tahu bahwa dirinya hanyalah seorang penipu yang tidak berhak mengakui segala prestasi dan keberhasilannya.
Kondisi psikologis ini sebenarnya tidak masuk dalam Pedoman Penggolongan Diagnoi Gangguan Jiwa (PPDGJ) atau tidak tergolong penyakit kejiwaan. Tetapi, berbagai peneliatian menunjukkan kalau sindrom ini cukup umum ditemui dalam masyarakat. Selain itu, kondisi ini terkadang disertai dengan gejala-gejala gangguan cemas atau depresi.
Fenomena impostor syndrome pertama kali dikenal pada1970-an oleh psikolog Pauline Clane dan rekannya, Suzzane Imes.
Fenomena ini ditemukan pada beberapa orang yang ambisius, terutama perempuan yang cenderung tidak memercayai kemampuan mereka sendiri. Karenanya, imposter syndrome disebut sebagai bentuk dari keraguan terhadap kemampuan diri sendiri.
Sindrom unik ini biasanya terjadi pada orang-orang yang ambisius dengan standar kesuksesan yang cukup tinggi. Namun, mereka merasa bahwa pencapaian yang diraih bukanlah karena kemampuan mereka tetapi semata-mata karena kebetulan.
Akibatnya, mereka merasa ketakutan bila suatu hari orang-orang akan menyadari bahwa ia adalah seorang penipu yang sebenarnya tidak punya kemampuan.
Gejala dari sindrom ini antara lain adalah gampang cemas, tidak percaya diri, frustrasi atau depresi ketika gagal memenuhi standar yang ia tetapkan sendiri dan cenderung perfesionis (menuntut kesempurnaan).
Sindrom ini biasa ditemukan pada orang yang tumbuh pada keluarga yang menekankan pentingnya prestasi. Selain itu juga pada kaum minoritas, baik dari sisi ras, suku, etnis, agama, jenis kelamin, tingkat Pendidikan, atau latar belakang ekonomi.
Impostor syndrome juga sering ditemukan pada mereka yang baru saja terjun ke dunia profesional setelah menyelesaikan studinya. Mereka merasa belum pantas untuk menjadi profesional karena merasa tidak kompeten, meski sebenarnya belum tentu demikian.
Karenanya, orang yang punya sindrom ini cenderung menunda-nunda pekerjaan karena takut hasil pekerjaannya tidak sempurna.
Salah satu tokoh dunia yang baru-baru ini mengakui bahwa dirinya terkena impostor syndrome adalah mantan lady first Amerika Serikat, Michele Obama.
Bagaimana para Among Us gamer, akhir-akhir ini sudah mulai sering merasa was-was? Hati-hati, jangan-jangan kalian kena impostor syndrome!