Kawula Muda ada yang udah ikutan challenge ini?
Tren ‘No Buy Challenge 2025’ lagi booming di sosial media, Kawula Muda.
Tren unik ini ngajak orang-orang buat ngurangin belanja barang-barang yang nggak terlalu penting.
Hal ini berhubungan dengan kenaikan pajak pertambahan nilai atau PPN dari 11 persen menjadi 12 persen mulai 1 Januari 2025.
Banyak masyarakat yang mengeluhkan kenaikan PPN 12 persen mulai tahun depan.
Oleh karenanya, tren ‘No Buy Challenge 2025’ dikampanyekan untuk mengoptimalkan pengeluaran di tengah kenaikan PPN.
‘No Buy Challenge 2025’ itu adalah challenge yang muncul buat ngurangin konsumsi berlebihan sekaligus ngajarin hidup lebih minimalis.
Intinya, tren ini ngajak orang-orang buat nggak beli barang-barang yang nggak penting sepanjang tahun 2025.
Contohnya seperti stop beli mainan, beli gadget pas bener-bener rusak, atau mengurangi beli kopi tiap hari selama setahun penuh.
Walaupun kelihatannya simpel, challenge ini bisa bawa efek gede, lho.
Mulai dari bikin pola pikir jadi lebih bijak sampai ningkatin kualitas hidup, termasuk lebih pinter buat ngatur uang.
Dapat Membedakan Kebutuhan dan Keinginan
Barang bisa dibagi jadi dua kategori: esensial dan non-esensial.
Barang esensial itu kebutuhan sehari-hari kayak makanan, produk kebersihan, sama perlengkapan rumah tangga.
Sedangkan barang non-esensial, misalnya baju baru, gadget, atau jajan di luar, itu pengeluaran yang mesti dikurangin selama tantangan ini, Kawula Muda.
Di zaman media sosial kayak sekarang, kita gampang banget kebawa arus sama apa yang lagi rame di masyarakat.
Gara-gara itu, muncul rasa FOMO alias fear of missing out yang bikin kita jadi suka impulsif pas ngeluarin uang.
Manfaatin Apa yang Ada
Pakai aja barang-barang yang Kawula Muda punya. Contohnya baca buku lama atau pakai baju yang jarang kepake.
Manfaatin barang-barang yang udah ada dan jangan impulse buying atau beli barang-barang tanpa mikirin manfaatnya apa buat kebutuhan sehari-hari.
Kemudian dari segi ekonomi menurut Eko Listyanto Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) sekaligus pengamar ekonomi dilansir dari Tempo.
Ia mengatakan bahwa kenaikan PPN menjadi 12 persen bisa bikin konsumsi masyarakat berkurang, yang ujung-ujungnya mengerem laju ekonomi. Apalagi, kenaikan PPN ini muncul pas ekonomi Indonesia lagi melambat.
Jadi Kawula Muda ada yang tertarik buat nyobain tren ini?