Lagi ramai dibicarakan, nih..
Kawula Muda, seiring berkembangnya zaman, beberapa istilah yang tidak familiar di Indonesia akhir-akhir ini kerap muncul. Sebut saja childfree, di Indonesia sendiri, istilah childfree memang belum begitu dipahami oleh masyarakat luas. Meski childfree adalah sebuah istilah yang cukup awam di negara-negara barat atau negara-negara liberal.
Seiring dengan banyaknya orang yang mengungkapkan keinginannya untuk melakukan childfree, istilah ini semakin marak dibicarakan di Indonesia. Childfree sendiri merupakan gerakan untuk tidak memiliki anak secara sadar, berdasarkan keinginan sendiri.
Untuk lebih lengkapnya, Tim Prambors sudah merangkum dari berbagai sumber hal-hal yang perlu lo ketahui tentang childfree, Kawula Muda.
Jika kita menarik pengertian childfree dari yang paling sederhana, bila diartikan secara langsung ke bahasa Indonesia, childfree berarti bebas anak.
Menurut Oxford Dictionary, childfree adalah kondisi ketika seseorang atau pasangan memutuskan untuk tidak memiliki anak, khususnya karena pilihan.
Sedangkan Cambridge Dictionary mendefinisikan childfree sebagai kondisi di mana seseorang atau pasangan memilih untuk tidak memiliki anak.
Jika dirangkum, childfree adalah istilah yang mengacu pada orang dewasa yang tidak memiliki anak, baik biologis, adopsi, atau lainnya. Istilah ini biasanya digunakan untuk menggambarkan orang dewasa, baik perempuan atau keputusan kedua belah pihak (pasangan) yang telah memilih untuk tidak memiliki anak tetapi juga digunakan untuk menggambarkan mereka yang tidak dapat memiliki anak, seperti orang yang berjuang melawan kemandulan dengan memutuskan untuk tidak memiliki anak.
Seperti yang dikutip dari Gramedia, seorang psikolog asal Indonesia, Dr. Tri Rejeki Andayani, mengungkapkan bahwa keputusan childfree bersifat sangat personal. Namun, Dr. Tri menganggap bahwa keputusan tersebut turut melibatkan kedua anggota keluarga besar, terutama orang tua dari pasangan yang memutuskan untuk childfree.
Ada banyak alasan childfree dan mengapa orang memilih hidup bebas anak di luar manfaatnya. Memiliki anak memang bukan hal yang mudah karena memiliki anak adalah komitmen yang panjang dan tanggung jawab atas pilihan ini tidak boleh diabaikan atau diminimalkan.
Dr. Tri, juga menyinggung mengenai perspektif teori perkembangan dari Erikson, Kawula Muda. Dalam teori tersebut disebutkan bahwa setiap orang akan memasuki tahap stagnan versus generativitas. Seseorang yang mengalami stagnan, cenderung akan kesulitan untuk menemukan cara dalam berkontribusi pada kehidupan.
Nah, simak beberapa faktor yang dapat memengaruhi keputusan untuk childfree:
1. Latar belakang keluarga, seperti trauma masa kecil dan hal lainnya.
2. Isu Lingkungan, yakni mengurangi populasi global dengan memilih kehidupan tanpa anak mengurangi tekanan besar pada sumber daya dasar seperti makanan dan air
3. Stabilitas finansial
4. Adanya kekhawatiran tidak dapat membesarkan anak dengan baik atau memiliki masalah maternal instinct, yaitu kondisi di mana tidak adanya kemampuan emosional dari seorang perempuan, khususnya seorang ibu dalam menentukan hal-hal yang benar serta salah ketika ia membesarkan seorang anak
5. Stabilitas emosional
6. Memiliki prioritas lain dalam hidup
7. Secara fisik tidak bisa memiliki anak dan ada riwayat penyakit lain
8. Gaya hidup tidak kondusif
9. Benar-benar hanya tidak ingin memiliki anak atau alasan personal
Menurut penelitian, perempuan yang tidak memiliki anak memiliki risiko untuk memiliki kesehatan yang lebih buruk di kemudian hari. Bahkan, kondisi kesehatan ini juga akan meningkatkan risiko kematian dini.
Pasalnya, keputusan tidak memiliki anak dapat meningkatkan risiko terkena kanker payudara atau kanker lainnya. Hal ini dikarenakan ketika seorang perempuan hamil, akan ada peningkatan hormon progesteron dan penurunan estrogen yang membuat perempuan hamil bisa lebih terlindungi dari risiko terkena kanker.
Meski begitu, beberapa penelitian lain menyebutkan bahwa perempuan yang memilih untuk childfree atau tidak memiliki anak akan memiliki masa hidup yang cenderung lebih panjang, serta gaya hidup yang lebih sehat.
Menurut penelitian tersebut, mengurus anak adalah tanggung jawab yang cukup berat dan melelahkan, baik itu secara pikiran maupun fisik. Sehingga, ketika mengurus anak, pikiran yang lelah dari seorang ibu akan diikuti pula dengan penyakit-penyakit lain seperti psikosomatik atau kondisi di mana tubuh seseorang akan merasa sakit, tetapi bukan karena luka fisik melainkan karena emosi atau pikirannya.
Berdasarkan dua pendapat dari dua penelitian yang berbeda di atas, hal yang paling penting adalah rutin untuk mengecek kondisi kesehatan agar dapat menurunkan risiko-risiko yang ada, baik bagi pasangan yang memilih childfree atau yang memutuskan untuk memiliki anak.
Childfree atau tidak, it’s your choice, Kawula Muda.