Simak pengertian, ciri-ciri, dan dampaknya ya, Kawula Muda!
Kawula Muda, ungkapan ‘sandwich generation’ mungkin sudah tidak asing lagi. Apa lagi, saat ini banyak orang yang kerap membicarakan tentang sandwich generation.
Meski terdengar menarik, arti dari sandwich generation sendiri tidak seenak rasa sandwich, loh!
Sandwich generation adalah sebutan yang biasa digunakan untuk menyebut seseorang yang harus mencukupi kebutuhan ekonomi banyak pihak dalam waktu yang bersamaan, termasuk dirinya sendiri.
Pengertian sandwich generation sendiri dapat diartikan sebagai individu yang harus menanggung hidupnya sendiri, orang tua, serta anak-anaknya.
Disebut dan disimbolkan sebagai sandwich karena merujuk pada roti lapis yang biasanya memiliki isi bertumpuk.
Hal inilah yang menggambarkan mereka yang harus membiayai generasi sebelum dan setelahnya, bahkan diri sendiri.
Pasalnya, posisi mereka dapat diibaratkan isian roti lapis yang harus menanggung beban kedua generasi yang ada di atas (orang tua) dan di bawah (generasi selanjutnya).
Meski istilah sandwich generation sudah ada sejak lama, namun saat ini banyak anak muda yang mengaku jika dirinya menjadi satu dari sandwich generation.
Ciri-ciri sandwich generation sendiri bisa dilihat melalui tipe-tipe sandwich generation seperti yang dikutip melalui Senior Living.
1. The traditional sandwich generation
Tipe ini biasanya terdiri dari orang dewasa berusia 40 hingga awal 50an yang masih harus menanggung beban orang tua sekaligus memiliki anak yang masih membutuhkan dukungan finansial.
2. The club sandwich generation
Generasi ini berisikan orang dewasa yang memiliki usia 30 sampai 60 tahun. Jika sudah menikah, maka mereka akan diapit oleh orang tua, anak, cucu, atau kakek dan nenek (jika masih ada). Mereka yang berada di kondisi ini harus menanggung kebutuhan hidup dari generasi yang lebih banyak.
3. The open face sandwich generation
Sedangkan untuk tipe ini, biasanya mereka akan berisikan siapa saja yang terlibat dalam perawatan orang tua, tetapi bukan secara profesional seperti petugas panti jompo.
Tidak hanya kelelahan secara fisik, para sandwich generation yang tidak terlalu beruntung dalam finansial bahkan bisa mengalami kelelahan mental.
1. Mengalami burn out akibat kelelahan secara fisik dan mental
2. Cenderung dihantui perasaan bersalah karena merasa tidak mampu memenuhi kebutuhan keluarga
3. Diliputi kekhawatiran, seperti tidak bisa membiayai anak sekolah, hidup orang tua, serta lainnya.
4. Tidak punya waktu untuk diri sendiri termasuk menjalankan hobi, merawat diri, hingga menjalin hubungan dengan orang lain
5. Rentan mengalami masalah psikologis, seperti depresi dan gangguan kecemasan
Kawula Muda, memutus pola generasi sandwich bukanlah hal yang mudah. Meski begitu, mengelola pendapatan, berinvestasi, dan juga mengkomunikasikan batasan finansial menjadi kunci yang bisa dilakukan.
Sandwich generation sendiri disebabkan oleh kurangnya kemampuan dalam finansial, membeli barang yang tidak penting, dan juga turunan dari orang yang dulunya merupakan sandwich generation.
Semangat terus, Kawula Muda!