Hai Kawula Muda, para hacker asal Indonesia kian mendunia. Waduh!
Baru-baru ini berita tentang dua hacker asal Indonesia membobol situs bantuan sosial (bansos) Covid-19 milik pemerintah AS senilah 60 juta dolar AS atau sekitar Rp 81 miliar menghebohkan dunia maya.
Modusnya, pelaku membuat situs palsu yang menyerupai situs resmi bansos milik pemerintah AS. Dalam situs tersebut pelaku mengambil data pribadi dari para korban yang merupakan warga AS.
Melalui data pribadi tersebut pelaku mengklaim dana bantuan dari pemerintah AS dan mengambil keuntungan pribadi.
“Mereka membuat kegiatan ini sejak Mei 2020. Mereka membuat 14 website palsu lalu disebar dengan cara melalui SMS dengan software SMS blast,” kata Kapolda Jatim Irjen Pol Nico Afinta.
Saat ini pihak kepolisian bersama FBI masih mendalami dugaan keterlibatan pihak lain termasuk warga negara asing.
Tak selang lama, kanal YouTube Gen Halilitar juga dikabarkan diretas oleh hacker yang diduga berasal dari Rusia, salah satu negara di Eropa Timur yang memang dikenal sebagai gudangnya peretas berbahaya di dunia maya.
Repotnya, kalau sudah menjadi korban, dibutuhkan proses panjang dan sulit untuk mendapatkan akun tersebut kembali.
Bagi content creator, akun yang diretas tentu menjadi mimpi buruk. Karya yang mereka buat selama ini bisa hilang begitu saja tanpa bekas.
Tentu saja hal itu sangat merugikan, khususnya jika akun tersebut sudah memiliki jutaan followers seperti Gen Halilintar.
Dilansir bba.org.uk, selain Rusia, berikut adalah lima negara dengan peretas berbahaya terbanyak di dunia.
British Banker’s Association (BBA) menyebutkan 30 persen dari seluruh tindakan peretasan di dunia dilakukan oleh warga China.
Bukan hanya iseng, penyerangan tersebut juga dicurigai disponsori negara terhadap pemerintah dan bisnis asing.
Negara yang dipimpin oleh Vladimir Putin ini dikenal sebagai rumah bagi 30 kelompok hacker berkemampuan tinggi
Negara ini juga dituding melakukan peretasan terhadap berbagai pihak dengan disponsori oleh negara. Tak heran jika pasar gelap kejahatan dunia mayanya bernilai 2 miliar dolar AS atau sekitar Rp 29 triliun.
Hacker asal Amerika Serikat juga dikenal sebagai pelaku peretasan di banyak negara di seluruh dunia. Targetnya bukan hanya akun media sosial namun juga sistem keamanan.
Selain itu, pelaku peretasan juga beragam dari kalangan orang biasa, penjahat dunia maya, sampai organisasi pemerintah.
Negara di Amerika Selatan ini juga menjadi lokasi dengan jumlah hacker terbanyak. Peretasan yang dilakukan juga menyebar bukan hanya di dalam negeri namun juga di luar negeri.
Umumnya hacker dari Brasil mengadaptasi alat dan teknik dari Eropa Timur. Kemudian alat dan teknik tersebut dikombinasikan dengan perangkat lunak dari Rusia, sehingga membuatnya lebih kompleks dan sulit ditangkal.
Fakta ini mungkin mengejutkan. Namun nyatanya Indonesia juga menjadi sarang peretas hebat di dunia. Laporan BBA tahun 2016 menyatakan, jumlah peretasan dari Indonesia terus meningkat. Secara keseluruhan, jumlahnya mencapai 38 persen dari semua insiden di seluruh dunia pada 2014.
Selain itu, Indonesia juga dikatakan memiliki aktivitas botnet tertinggi untuk wilayah Asia Tenggara.