Kisah yang heboh di Amerika Serikat tahun 90-an.
Salah satu film dokumenter Netflix yang saat ini sedang menjadi trending topic ialah "Dahmer - Monster: The Jeffrey Dahmer Story". Film yang diangkat dari kisah nyata pembunuhan tragis oleh pemuda bernama Jeffrey Dahmer.
Tayang pada 21 September di Netflix, dokumenter tersebut berhasil berada di nomor 1 film yang paling laris di tonton, per Kamis (06/10/2022).
"Dahmer - Monster: The Jeffrey Dahmer Story" diperankan oleh Evan Peters sebagai Jeffrey, Richard Jenkins, Penelope Ann Miller, dan Molly Ringwald.
Jeffrey Dahmer seorang lelaki biasa yang punya kepribadian aneh. Lelaki berkacamata ini ialah pembunuh berantai dan melakukan pelecehan seksual di Amerika Serikat.
Kejadian ia lakukan antara 1978 dan 1991 dengan membunuh 17 pria dan anak-anak yang rata-rata berkulit hitam. Pembunuhannya berupa pemerkosaan, mutilasi, nekrofilia, parahnya lagi sampai kanibalisme. Ya, setelah membunuh, Jeffrey juga memakan isi badan dari korban.
Dalam film dokumenter yang memiliki 10 episode ini, Jeffrey diperlihatkan sebagai sosok yang ramah dan lembut kepada siapapun, termasuk para pria untuk memikatnya. Ia juga mendokumentasikan aksinya dan menyimpan bagian tubuh yang terputus di beberapa rumahnya sebagai pencapaian dalam aksi kejinya.
Jeffrey Dahmer lahir di West Allis, Wisconsin, dari pasangan Lionel dan Joyce Dahmer. Sang ayah, Lionel, bekerja sebagai ahli analisis kimia.
Berdasarkan cerita dalam film, Jeffrey tertarik dengan pekerjaan ayahnya untuk berburu binatang yang sudah mati dan membedah. Jeffrey kemudian tertarik dengan tulang. Ia juga diajarkan membedah dan mengawetkan kerangka tersebut.
Jeffrey sejak kecil kurang diperhatikan dengan kedua orang tuanya, apalagi ayahnya yang sibuk dengan pekerjaan dan ibunya yang mengalami depresi parah.
Kedua orang tuanya selalu bertengkar, si ibu menyalahkan suaminya yang sibuk bekerja sehingga menelantarkan Jeffrey. Begitu pula Lionel yang melampiaskan amarahnya ke Joyce yang selalu sakit-sakitan hingga tidak bisa meluangkan waktu kepada Jeffrey.
Di usia 4 tahun, ia pernah menjalani operasi hernia (operasi yang melepaskan jepitan usus, menutup lubang pada dinding perut agar usus tidak turun melalui lubang tersebut. Sejak operasi ini, membuat Jeffrey semakin menarik diri.
Pada sekolah menengah, Jeffrey mulai menyadari bahwa ia adalah seorang homoseksual, namun dia tidak memiliki fantasi seksual gelap seperti pasangannya 'tidak responsif' dan hal-hal berbau pembedahan.
Melansir dari Fox19 News, setelah kedua orang tuanya bercerai di usianya yang berumur 18 tahun pada 1978, suatu hari Jeffrey membawa teman prianya ke rumah untuk melakukan hubungan seks, sesudah itu ia membunuhnya.
Korban yang bersama Steven M. (18 tahun), dipukul hingga mati. Keesokan harinya, Jeffrey memutilasi tubuh Steven dan menyebarkan tulang-tulangnya di hutan dekat rumah orang tuanya.
Setelah dua tahun kemudian pada, kepolisian menemukan sekitar ada 50 tulang yang berada di hutan.
Kejadian ini didengar oleh pihak kampus Jeffrey, Ohio State University. Ditambah lagi, The Akron Beacon Journal juga menulis bahwa dia buruk secara akademis.
Beberapa surat kabar melaporkan ia keluar dari kampus, sementara yang lain menyebut Jeffrey dikeluarkan. Di buku A Father Story pada 1994, Lionel menulis kalau Jeffrey telah gagal semua mata kuliah dengan IPK 0,45.
Keluar dari kampus, Jeffrey masuk menjadi tentara Amerika di 1979 oleh dorongan sang ayah setelah ia meninggalkan Ohio.
Jeffey dikirimkan ke Baumholder, Jerman Barat, di mana ia bertugas sebagai petugas medis tempur. Dianggap tidak cocok dengan dinas militer dan selalu mabuk, pada 1981 Jeffrey diberhentikan dengan hormat.
Dia pun kembali ke ayah dan tinggal di California Selatan bersama ayah dan ibu tirinya, Shari. Tidak lama, Jeffrey ditangkap karena lagi-lagi selalu mabuk serta perilaku tidak tertib. Setelahnya, Jeffrey bebas kembali.
Semakin dewasa, rasa seksual dan pembunuhan dari dalam diri Jeffrey bertumbuh. Setiap ada pesta, ia selalu ikut dan membawanya dan tidak segan membunuhnya. Selama hidup, Jeffrey diketahui telah membunuh 23 orang dan semua laki-laki yang berumur 14-36 tahun.
Melansir dari laman News.com.au, seorang jurnalis bernama Nancy Glass, sempat mewawancarai Jeffrey tentang mengapa ia memakan daging para korban yang dibunuhnya.
"Dia bilang alasan untuk melakukan itu karena dia mau menjadi bagian oleh korban. Dia selalu putus asa, sangat kesepian, dan sangat malu menjadi gay," katanya.
Sang jurnalis mengatakan, Jeffrey terlihat normal selama menjalankan wawancara. Tingkah itulah yang sangat menakutkan.
"Bagian yang menakutkan adalah dia tampak sangat normal. Itu menakutkan," terangnya. "Itu aneh. Maksud saya, Anda dapat mendengar cara dia berbicara kepada saya sangat bijaksana. Dia merenung, tapi dia psikopat."
"Dia bilang "Aku minta maaf atas apa yang aku lakukan' tapi dia psikopat. Dia bahkan tidak paham apa maksud kata yang ia ucapkan itu."
Pada 22 Juli 1991, Jeffrey ditangkap atas dakwaan pelecehan anak, tindakan mengganggu, kelakuan tidak pantas, pembunuhan, dan mabuk di depan umum. Dia di vonis penjara seumur hidup.
Jeffrey menutup usia pada 1994 lantaran dipukul oleh teman satu selnya.