Kawula Muda! Ternyata ini penyebab dan dampak terjadinya badai sitokin
Kabar duka datang dari rumah tangga aktris Joanna Alexandra. Suaminya, Raditya Oloan, meninggal dunia di usia 36 tahun setelah sempat dinyatakan negatif Covid-19. Joanna Alexandra sempat membagikan kondisi suaminya sebelum tutup usia. Menurut Joanna, Raditya memang memiliki riwayat komorbid asma. Ginjalnya pun disebut kurang berfungsi dengan baik.
Setelah dirawat secara intensif dengan ventilator di ICU, Raditya akhirnya menghembuskan nafas terakhir akibat badai sitokin yang dialaminya. Dikutip dari Kompas.com, badai sitokin memang dapat dialami oleh pasien Covid-19. Kondisi tersebut diklaim menyebabkan kematian pada sejumlah pasien.
Berikut merupakan fakta-fakta mengenai badai sitokin yang sempat dialami oleh Raditya Oloan.
Badai sitokin adalah reaksi berlebihan dari sistem kekebalan tubuh yang dipicu oleh infeksi. Sitokin sendiri merupakan protein yang dihasilkan oleh sistem kekebalan tubuh. Sitokin berperan mengomunikasikan sinyal-sinyal untuk merespons infeksi tertentu dalam tubuh. Sitokin umumnya akan bergerak ke jaringan yang terinfeksi dan memicu reaksi peradangan.
Pada kondisi normal, sitokin akan berhenti ketika respons kekebalan tubuh sampai di daerah infeksi. Akan tetapi, terdapat pula kondisi ketika sitokin terus-menerus mengirim sinyal sehingga sel kekebalan tubuh berdatangan dan bereaksi di luar kendali.
Belum diketahui pasti penyebab badai sitokin. Namun, para ahli memprediksi bahwa sistem kekebalan tubuh sendirilah yang menyebabkan terjadinya hal tersebut. Pada dasarnya, sistem kekebalan tubuh berperan untuk melawan infeksi. Sebaliknya, dalam kondisi badai sitokin, sistem kekebalan tubuh justru memperparah kondisi penyakit.
Mengutip pernyataan Carl Fichtenbaum selaku profesor divisi penyakit menular University of Cincinnati College of Medicine dalam detikhealth, sitokin biasanya bekerja membantu tubuh dalam jumlah sedang. Jika jumlahnya menjadi terlalu banyak, sistem kekebalan justru merusak tubuh penderita.
Badai sitokin dapat menyebabkan kondisi pasien Covid-19 menjadi semakin parah dalam waktu singkat. Menurut Penanggungjawab Logistik dan Perbekalan Farmasi RSUP Dr. Kariadi Semarang Mahirsyah Wellyan seperti dikutip dari Kompas.com, pada kasus Covid-19, sitokin akan bergerak ke jaringan paru-paru dan melindunginya dari virus. Namun, jika berlebihan, paru-paru dapat mengalami peradangan akibat sistem kekebalan tubuh yang terus berupaya membunuh virus.
Pasien Covid-19 yang mengalami badai sitokin umumnya menderita demam dan sesak napas. Hal tersebut bisa berujung pada komplikasi sistem pernapasan lainnya. Komplikasi umumnya muncul dalam jangka waktu 6–7 hari setelah infeksi Covid-19.
Oleh sebab itu diperlukan pengobatan khusus pada pasien untuk mengurangi tingkat keparahan badai sitokin.