Kawula Muda, dua aplikasi K-Pop tersebut kini tengah menjadi sorotan fans K-Pop.
Aplikasi fandom K-Pop telah membuat fans marah karena pelayanan mereka yang kurang memuaskan! Melansir dari Korea Herald, kedua aplikasi penggemar K-Pop, Weverse dan UNIVERSE, telah menjadi sorotan fans karena pelayanan mereka.
Pandemi Covid-19 yang membuat serangkaian tur konser dan fan meeting dibatalkan menjadi sebuah pukulan besar bagi industri K-Pop. Aplikasi seluler pun menjadi alternatif lain agar para penggemar tetap dapat berkomunikasi dengan para idola mereka.
Platform terbaru seperti Weverse dan UNIVERSE telah memungkinkan penggemar untuk mendapatkan akses konten eksklusif, membeli merchandise, dan berbincang-bincang dengan para idola.
Namun, baru-baru ini, dua aplikasi tersebut telah membuat marah penggemar karena pelayanan yang dinilai konvensional dan bahkan benar-benar salah.
Diluncurkan pada 2019 oleh Big Hit Entertainment, Weverse membuat Weverse Shop yang berfungsi untuk menjual produk-produk dari 11 artis K-Pop, termasuk BTS, TXT, dan SEVENTEEN.
Namun, toko online tersebut belakangan ini telah menerima sejumlah keluhan atas permasalahan kualitas dengan barang dan jasanya.
Menurut Seoul Electronic Commerce Center (SECC), 137 keluhan konsumen tentang Weverse Shop telah diterima oleh organisasi tersebut mulai dari Mei 2020 hingga bulan lalu. Seorang pejabat menekankan bahwa angka keluhan tersebut sangat tinggi dibandingkan toko serupa lainnya, yang jumlahnya mendekati nol.
Terungkap bahwa beberapa penggemar tidak dapat menerima barang yang mereka pesan selama lebih dari delapan bulan, tanpa tanggapan dari layanan pelanggan. Sementara yang lainnya menerima produk cacat yang diklaim toko tidak memenuhi syarat untuk pengembalian uang atau penukaran barang.
Jenis keluhan berkisar dari produk yang rusak (42,3 %), masalah pengembalian uang dan pertukaran (33,6 %), dan pengiriman tertunda (13,8%). Menanggapi hal tersebut, SECC telah memutuskan untuk melakukan penyelidikan untuk menentukan apakah Weverse Shop telah melanggar Undang-Undang Perlindungan Konsumen di Perdagangan Elektronik.
Platform penggemar lainnya yaitu UNIVERSE juga tak lepas dari sorotan. Platform pendatang baru di pasar fandom K-Pop tersebut baru saja dluncurkan oleh pengembang game online NCSOF pada bulan lalu.
Bahkan sebelum tanggal rilis resmi, penggemar telah menantikan fitur teknolognya yang unik, karena penggemar dapat melakukan “panggilan pribadi” dengan suara yang di-render AI dari idola mereka. Para penggemar juga dapat membuat video musik virtual dengan motion captures atau menangkap gerakan dari idola mereka.
Aplikasi tersebut menampilkan beberapa artis K-Pop populer seperti MONSTA X, Kang Daniel, (G)i-dle, dan IZ*ONE.
Namun, segera setelah platform tersebut diluncurkan di 134 negara, UNIVERSE langsung menerima banyak kritikan keras dari penggemar K-Pop karena server mereka yang tinggal stabil, tertinggal, sering kali mengalami gangguan, dan kurangnya subtitle untuk beberapa konten asli.
Yang membuat para penggemar semakin marah, karena fungsi “panggilan pribadi” yang tidak berjalan sesuai dengan rencana. Layanan berbayar tersebut seharusnya memungkin penggemar merasa seolah-olah mereka sedang berbicara di telepon dengan artis idola mereka.
Pengguna dapat memilih nama panggilan untuk idola, nada idola, konteks panggilan, dan bahkan hubungan mereka dengan idola tersebut.
Namun, beberapa penggemar berpendapat bahwa teknologi suara buatan seperti itu dianggap tidak perlu dan menyeramkan, karena membuat percakapan menjadi “garing” dan tanpa banyak emosi. Fans lainnya berpendapat bahwa panggilan semacam itu bisa disalahgunakan oleh penggemar yang tidak bertanggung jawab.
Mereka berpendapat bahwa layanan tersebut sangat berlebihan dan seakan “menjual” para idol K-Pop untuk dijadikan objek hasrat seksual.
Masalah lainnya adalah rendering AI dari suara artis yang digunakan oleh layanan tersebut. Pengguna yang pernah terlibat dalam percakapan di layanan tersebut mengungkapkan bahwa terdapat beberapa kalimat yang digunakan membuat mereka tidak nyaman dan terkesan mengancam.
Kata-kata seperti,”Di mana Anda tinggal?”, “Kenapa kamu tidak menjawab teleponku? Aku tidak suka perilaku seperti itu, jadi harap berhati-hati lain kali,” membuat penggemar merasa tidak nyaman.
Fans juga menilai bahwa teknologi semacam itu dapat disalahgunakan karena dapat menghasilkan produk audio deepfake, tanpa persetujuan dari artisnya.
Nah, apakah kalian pernah menggunakan dua platform tersebut? Menurut kalian bagaimana?