Kalo menurut lo gimana, Kawula Muda?
Menggemari sesuatu adalah hal yang wajar dilakukan oleh manusia. Mulai dari menggemari sepak bola, idola, film, hingga suatu band tertentu.
Kini, berkembanglah berbagai kelompok-kelompok perkumpulan para penggemar. Sebut saja sebutan “Jakmania” untuk para suporter klub bola Persija Jakarta, "WOTA" yang siap sedia untuk JKT48, hingga "NCTzen" untuk para penggemar grup idola Korea Selatan NCT.
Sayangnya, kejadian yang terjadi akhir-akhir ini membuat kelompok-kelompok tersebut hidup dalam stigma. Mulai dari Tragedi Kanjuruhan yang mencoreng nama baik suporter bola Indonesia hingga rusuhnya konser NCT yang membuat banyak penggemar K-Pop dijuluki ‘bar-bar’.
Lantas, apakah para penggemar yang sudah tergabung dalam komunitas memang sebar-bar itu demi idola mereka? Tim Prambors mewawancarai berbagai penggemar yang tergabung dalam komunitas sebagai seorang individu yang menggemari idola mereka. Semoga dapat semakin membuka perspektif lo tentang mereka ya, Kawula Muda!
Demikian perasaan FAI, perempuan berusia 22 tahun asal Jakarta terkait konser NCT yang dibubarkan pada Jumat (04/111/2022) di ICE BSD lalu.
Saat itu, F membeli tiket untuk kedua konser NCT. Pada hari pertama, ia berada di zona 1C, tempat robohnya pagar pembatas yang banyak disorot oleh warganet.
“Agak sedih juga sih, kayak trauma gitu loh. Paham gak sih, kayak sedih gitu? Gue masih kebayang dan masih denial gitu, gak percaya,” tuturnya. FAI bercerita, saat itu, ia merasa konser berlangsung dengan aman. FAI memang berdiri di kiri panggung sehingga tidak mengetahui apa yang terjadi di bagian kanan panggung.
FAI pun mengaku kerap menemui komentar yang merendahkan penggemar NCT, NCTzen akibat insiden tersebut, namun, ia mengaku tidak mengindahkan cemoohan tersebut. Menurutnya, yang terpenting ia menyukai para idola tanpa merugikan orang lain.
“Kayak kita kan emang punya kesenangan masing-masing ya, jadi better lo hargain aja. Karena gue yakin lo juga suka suatu hal yang lo sukai banget. Mungkin motor, band-band indo. Mungkin beda sih, tapi tolong sama-sama hargain aja.”
Lebih lanjut, FAI turut bercerita bahwa NCT sebenarnya merupakan salah satu fandom yang jarang berkonflik dengan fandom idola K-Pop lainnya. Justru, yang sering berkonflik adalah internal NCTzen. Hal itu disebabkan banyaknya sub unit yang dimiliki oleh boy group tersebut.
“Jujur gak pernah sih (bertengkar dengan fandom lainnya), justru menurut gue NTCzen itu jarang banget ribut antar fandom. Tapi justru sama fandom sendiri, misalnya NCT 127 sama NCT Dream. Jadi tuh ributnya malah sama fandom sendiri.”
Walau begitu, FAI juga tidak ingin membuang-buang waktunya untuk mengikuti pertikaian tersebut. Ia mengingat apa yang dikatakan oleh para member NCT untuk tetap memprioritaskan diri sendiri dibandingkan idol.
“Gue lebih bersyukur aja gitu loh, karena menurut gue tau kalo setiap member itu selalu bilang kayak jangan pernah bikin member itu diprioritasin nomor pertama, tapi di nomor ketiga. Di mana yang pertama itu Tuhan, keluarga, baru mereka. Jadi bikin gue mikir kalo suka NCT bukan harus memuja, tapi tetap harus inget kerjaan gue, keluarga gue, lingkungan, sekitar gitu,” tuturnya lebih lanjut.
Hal positif lain yang ia ambil dari NCT yakni kerja keras. FAI mengakui kerja keras yang dilakukan oleh para member turut menginspirasi dirinya untuk tidak mengeluh dan tetap berusaha.
Demikian perkiraan pengeluaran Kania Kinasih (20) yang juga seorang NCTzen. Selain NCT, Kania pun turut menyukai boy grup BTS.
Pengeluaran tersebut dihitung dari biaya tiket konser, pembelian album, hingga hobinya untuk mengoleksi photo card (PC). Walau berjumlah besar, Kania memang dengan sengaja menyisihkan pendapatannya untuk membiayai kegemarannya tersebut.
Hal itu pun ia nilai sebagai bentuk hiburan untuk Kania. Karena itu, walau memiliki pengeluaran yang besar, ia mengaku tidak mengganggu kehidupan sehari-harinya.
Kania pun merupakan salah satu NCTzen yang datang ke konser NCT 127 di BSD pada November 2022 kemarin. Banyak hal berkesan yang ia dapat dari konser tersebut. Sebut saja mendapat banyak relasi dari kota lain hingga jurusan kuliah yang berbeda darinya.
Kecintaannya pada NCT pun mengakar pada dirinya. Menurut Kania, NCT merupakan peneman dirinya dalam keadaan paling terpuruk sekalipun.
“Mereka selalu nemenin aku di saat aku sedih, apalagi kemaren aku baru kehilangan papaku dan mereka banyak ngebantu, dari lagu, post-post foto, konten. Jadi aku gak ngerasa sendiri, jadi ngerasa punya temen,” tambah Kania.
Karena itu, ketika hujatan demi hujatan datang, Kania mengaku tidak ingin menjadikannya beban pikiran. “Simple sih ka, karena mereka enggak ada di posisi aku aja. Sebenernya, idolain K-pop idol itu kan jatohnya kayak hobi. Dan hobi, kesenangan orang itu beda-beda. Jadi, karena mereka enggak ada di posisi aku aja gitu, aku lebih ke bodo amat,” tutur Kania merespons hujatan yang kerap menargetkan para NCTzen.
Demikian ikrar Nunu (25), seorang Jakmania yang merupakan sebutan untuk suporter klub sepak bola Persija Jakarta. Nama Nunu pun telah tercatat sebagai salah satu pemilik kartu KTA, kartu keanggotaan untuk para Jakmania.
Menyukai Persija Jakarta sejak 2008, ia mengaku kerap datang untuk menonton pertandingan Persija secara langsung di stadion. Beberapa merchandise yang ia sukai pun tak segan dibeli oleh Nunu sebagai bentuk kegemaran dan penghormatan terhadap klub sepak bola kesayangannya tersebut.
Terkait dengan kerusuhan yang kerap disandingkan dengan suporter sepak bola Indonesia, Nunu mengaku tidak semua suporter memiliki kepribadian rusuh seperti itu. Secara pribadi, Nunu pun mengaku lebih suka duduk di tribune VIP untuk menghindari konflik yang menurutnya tidak diperlukan.
“Tapi sekarang kalo nonton mending di tribune VIP, soalnya males gitu kan kalo rusuh. Jadi nyari yang aman dan vibe buat nonton pertandingan,” tambahnya.
Nunu pun mengenang dirinya saat masih lebih muda dulu. Beberapa kali, ia sempat terlibat bentrok dengan penggemar klub sepak bola lainnya. Misalnya saja pada Liga 1 2018 di Stadion Sultan Agung, Bantul. Saat itu, Persija Jakarta sedang melawan PSIS Semarang.
Nunu, salah satu suporter yang hadir dalam pertandingan tersebut, merasakan kerusuhan yang terjadi. Namun, justru kerusuhan itulah yang membuatnya sadar bahwa sepak bola tidak seharusnya diwarnai kerusuhan. Bagaimana pun, nyawa manusia adalah yang terpenting.
Lebih lanjut, Nunu mengakui menyukai Persija Jakarta sebagai sebuah kesatuan klub, bukan hanya menggemari salah satu pemain bintang di lapangan belaka “Soalnya suka sama klubnya aja sih, jadi pemainnya siapa pun saya gak peduli.”
Terkait dengan pengeluarannya sebagai Jakmania, Nunu mengakui pengeluaran tersebut tidak menentu. Terkadang banyak, tetapi terkadang juga sedikit. Hal itu sesuai dengan banyaknya laga yang diadakan serta jenis merchandise yang tengah dijual,
“Itu sekali match aja misalnya 90 ribu 100 ribu lah, itu misalkan setahun ada 20 home, ya kali aja 20 gitu. Untuk merchandise sih saya gak terlalu. Paling kalo ada acara komunitas, gathering, atau anniversary, paling dimintain 50 sampai 100 ribu untuk patungan. Mungkin 2 jutaan (per tahun) tapi kadang-kadang gak nyampe.”
Farhan Fauzan (21), seorang Jakmania asal Jakarta ikut berduka terkait Tragedi Kanjuruhan walaupun bukan klub idolanya yang bertanding kala itu. “Yang terjadi pada tanggal 1 (Oktober) kemarin, itu menurut gue itu emang pukulan banget sih buat seluruh elemen suporter Indonesia untuk berdamai gitu. Karena, musuh kita sebenernya tuh federasi, bukan saling suporter membunuh,” tuturnya. Menurutnya, sepak bola seharusnya merupakan ajang damai, bukan ajang mencari musuh.
Namun, ia mengakui ada saja pihak-pihak yang melakukan hal rusuh tersebut. Hal itulah yang membuatnya enggan untuk datang ke Bandung untuk menonton secara langsung Persija melawan Persib Bandung.
“Hati gue dan ortu gue juga gak ngerestuin ke Bandung sih. Satu itu karena fisik. Soalnya ada juga beberapa oknum yang ngomong ‘ini bunuh aja’,” terangnya.
Padahal, Farhan secara pribadi memiliki ikatan baik dengan beberapa Viking, sebutan untuk penggemar klub sepakbola Persib Bandung.
“Bad habit, kebiasaan buruk ya. Mindset orang pas inget The Jak-Viking, pasti negatif ya. Dulu banget ya, gue pernah ke Bandung emang gak nyari ribut. Gue ke Bandung gak sengaja ketemu Viking,” tuturnya.
Saat ia ke Bandung kala itu, para Viking memang tengah melakukan sweeping. Sayangnya, Fauzan dicari oleh para Viking karena menggunakan logat “lo-gue” dan pelat motor asal Jakarta. Hal itu ditambah dengan stiker Persija Jakarta di dompet hingga motornya yang penuh dengan elemen Persija.
“Pas waktu itu gak ada niatan ngajak ribut, tapi temen gue ngomongnya sembarangan,” tambahnya.
Hal itu yang membuat Farhan ditangkap oleh Polisi 86. Untungnya, kala itu hanya diberi beberapa pertanyaan dan diminta untuk pulang secara damai.
“Kayaknya gak jaman deh ribut-ribut gitu,” lanjutnya. Farhan pun kini memiliki beberapa teman yang merupakan Viking. Berawal dari TikTok dan Instagram, pertemanan dengan Viking pun berkembang menjadi ajakan minum kopi bareng.
"Gak pernah macem-macem, kok, pas lagi nge-wota," Tutur Dwiki (22), salah satu penggemar JKT48. Ia telah mengikuti JKT48 sejak 2015, ia pun telah menonton langsung pertunjukan sang idola beberapa kali.
“Kayaknya sih 2015 ya sekitar bulan Mei atau Juni, pas ada setlist Theater no Megami di Teater JKT48. Pernah ikut ke beberapa fanbase juga tergantung lagi suka sama member yang mana,” tutur Dwiki.
Ia menjelaskan, dalam dunia JKT48, idol yang mereka sukai akan disebut sebagai “Oshi”. Dwiki pun memiliki beberapa Oshi. sebut saja Nabilah, Beby, hingga Sisil. Namun, karena mereka sudah lulus dari JKT48, kini ia sedang sangat menyukai Freya JKT48.
Untuk menunjukkan rasa sayangnya kepada para member, Dwiki juga kerap membeli berbagai official merchandise. Sebut saja T-Shirt, buku, hingga photo card (PC).
“Mungkin gak sadar kali kalo itu gila (pengeluarannya) apa enggak, tapi dulu pas gua ngidol itu gue baru masuk SMA, mungkin rela gak jajan buat nabung ikutin event-event atau kegiatan JKT48, kebetulan gak pernah macem macem kok pas lagi nge-Wota,” tambahnya.
Rasa sukanya kepada JKT48 pun ia tunjukan kepada teman-teman dan kerabat terdekat. Ada cerita lucu yang diceritakan Dwiki. Saat sekolah dulu, ada temannya yang suka padanya. JKT48 pun menjadi penghubung keduanya
“Jadi pas di SMA emang udah ketauan tu suka JKT48 sama temen-temen sekolah, terus ada cewe yang deketin gue, dia pura-pura suka JKT48 juga, sampe akhirnya kita nonton teater berdua,” lanjutnya.
Menjadi WOTA pun diakui memiliki berbagai dampak positif bagi diri Dwiki. Sebut saja dirinya yang kini memiliki banyak teman dari fanbase tersebut. “Jadi berani ngobrol sama orang-orang baru.”
Begitu pula dengan Candra Saputra (20) fans JKT48 asal Solo yang pernah datang ke Jakarta untuk menjadi Wibu di Teater JKT48 tahun ini.
"Saya dari Solo, pernah ke Jakarta sendiri, (ketemu FJKT48 lain) dan mereka pas ketemu baik-baik," ujar Candra saat dihubungi Prambors.
Menurutnya, orang-orang di dalam fanbase tersebut tidak sekadar berbagi hobi dan kesukaan yang sama, namun juga saling bantu seperti keluarga.
"Mereka walaupun belum pernah ketemu sebelumnya, tapi aku di bantu mulai dari materi dan bantuan lainnya," sambung Candra mengingat pertama kali ia ke Jakarta sendiri demi mengejar idolanya.
Baginya, yang membuatnya nyaman berada di lingkungan JKT48 bukan hanya member-nya, tapi juga karena para penggemarnya. Ia juga sempat menyebutkan bahwa FJKT48 di regionnya setiap minggu mengadakan gathering, dari menonton teater bersama, nge-wota, sampai menggalang dana untuk kegiatan di luar JKT48. Galang dana terakhir yang ia ikuti adalah Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 135 korban jiwa suporter Aremania.
Itu dia beberapa cerita para penggemar terkait hal yang mereka sukai. Setiap orang memiliki preferensi dan cara menyampaikan rasa sayangnya masing-masing. Karena itu, tetap saling menghargai dan jangan saling merendahkan ya, Kawula Muda!