Kawula Muda, ini dia 5 fakta unik tentang kisah Start-Up
Acara televisi asal Korea Selatan, Start-Up, tidak hanya menceritakan kisah percintaan, melainkan menceritakan kehidupan berkarier dari perusahaan rintisan.
Perjuangan para tokoh dalam Stat-Up digambarkan dimulai dari mencari modal, kegagalan, hingga persaingan di tengah bisnis rintisan yang sedang marak di Korea Selatan.
Beritut 5 fakta menarik yang ada di dalam drama Start-Up.
Korea Selatan tampaknya tengah dibanjiri tren perusahan rintisan. Seperti digambarkan dalam drama Start-Up, banyak anak muda yang mengikuti program perusahan rintisan.
Faktanya memang benar. Di kehidupan nyata, banyak anak muda Korea Selatan yang sedang berlomba-lomba untuk menjadi CEO dari perusahannya sendiri.
Dilansir dari riset frima CB Insight, Korea Selatan kini menjadi rumah bagi 11 perusahaan rintisan unicorn, atau start-up yang bernilai lebih dari 1 miliar dolar AS.
Korea Selatan menduduki urutan kelima di dunia, setelah China, Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang. Sebagian besar bisnis rintisan ini berpusat di Seoul.
Dikabarkan melalui Asia Times, jika pemerintah Seoul berhasil, Seoul akan menjadi penantang baru untuk Silicon Valley, New York, Boston, Seattle, dan Tel Aviv sebagai pembangkit tenaga ventura.
Sandbox merupakan suatu perusahan yang menampung para perusahan rintisan dengan konsep yang serupa dengan Silicon Valley. Sandbox digambarkan sebagai wadah untuk para calon pengusaha mendapat bimbingan dari senior, investor, dan kantor untuk mengembangkan usaha rintisan.
Namun, faktanya lokasi Sandbox sebenarnya tidak ada di Seoul. Pengambilan gambar untuk Sandbox dilakukan di sejumlah tempat di Korea Selatan, mulai dari ruangan kantor Seo Dal mi pada episode pertama yang dilakukan di Robot Land, Incheon.
Bagian luar Sandbox memperlihatkan para pemain sedang melintasi jembatan, gambar tersebut diambil di Pulau Nodeul, Seoul.
Kemudian bagian depan bangunan Sandbox diambil di Oil Tank Culture Park di Mapo-gu, Seoul. Tempat ini merupakan taman dan kompleks budaya yang dulunya merupakan wilayah depo minyak. Tim Start-Up menambahkan logo Sandbox di atas bagian bangunan.
Pada episode awal Start-Up, Nam Do san tampak membawa kliping dengan tulisan dukungan pemerintah Korea Selatan. Faktanya, hal tersebut benar terjadi di Korea Selatan.
Pemerintah Korea Selatan mendukung perusahaan rintisan. Dilansir dari Tech in Asia, cacatan Korea-Trade Investment Agency (KOTRA), pemerintah Korsel menyuntikkan dana sebesar 1 triliun won atau Rp 13 triliun untuk pengembangan start-up.
Tidak hanya itu, pemerintah Korsel juga menerapkan kebijakan fiskal yang mendukung, salah satunya ialah bebas pajak pendapatan investasi dan pembebasan pajak.
Dalam drama Start-Up, digambarkan persaingan antarpelaku start-up pemula, seperti yang terlihat dalam acara hackathon oleh SANDBOX serta olimpiade kecerdasan buatan bernama CODA.
Faktanya, dalam dunia nyata, lomba-lomba sejenis ini memang ada. Korea Selatan bahkan menyelenggarakan K-Startup 2020 yang membuka partisipasi besar-besaran para startup di bidang kecerdasan buatan, logistik, bioteknologi, robotika, dan lainnya.
Perlombaan yang bergerak dalam bidang ini merupakan bagian ambisi Korsel dalam pengembangan kecerdasan buatan. Bahkan, pemerintah korsel berencana untuk mengembangkan 50 perusahaan semikonduktor yang berfokus pada pengembangan AI 2030.
Terselip dalam drama Start-Up, yang menceritakan seorang yang bunuh diri. Dikisahkan korban tersebut ialah kakak dari salah satu pendiri Samsan Tech, Kim Yong san.
Kakak Yong san digambarkan tidak mampu menahan depresi usai gagal dalam Demo Day Sandboxitu memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan terjun dari jembatan.
Kasus yang dialami kakak Yong san menjadi gambaran tingginya angka bunuh diri pada anak muda Korea Selatan. Korea Herald mengatakan bahwa bunuh diri menjadi penyebab nomor satu anak muda Korea Selatan meninggal dunia.
Angka bunuh diri yang dilaporkan oleh Asia Times terjadi karena angka persaingan yang sangat tinggi untuk kalangan anak muda, angka kemiskinan, dan tekanan pekerjaan untuk usia dewasa.