Kawula Muda, enggak hanya di Indonesia, pandemi Covid-19 juga memengaruhi industri hiburan di Korea Selatan. Nasib para idol menjadi tidak jelas.
Menurut Kementerian Budaya, Olahraga, dan Pariwisata Korea Selatan, sebanyak 34 agensi hiburan menutup usahanya sejak Maret 2020.
Laporan dari Channel A News pada Rabu (16/9/2020), mengungkapkan bahwa agensi K-Pop dan artis yang berada di bawah naungan mereka telah mengalami situasi genting selama pandemi Covid-19.
Dengan banyaknya acara dan festival musik yang dibatalkan, agensi-agensi kecil dan menengah mulai kewalahan, bahkan tak sedikit akhirnya yang memilih untuk menutup usaha. Sementara itu, para trainee dibiarkan dalam ketidakpastian.
Hal ini dialami oleh grup Black Swan, yang seharusnya menjalani debut pada awal tahun ini, tetapi harus ditunda tanpa batas waktu yang jelas karena adanya pandemi.
“Kami terus berlatih selama satu setengah tahun, tetapi setelah wabah Covid-19, debut kami mundur dan sekarang yang kami lakukan hanyalah berlatih,” kata Youngheun, salah satu anggota Black Swan.
Hyeme, anggota lain dari grup tersebut juga turut memberikan komentar. Hyme mengungkapkan bahwa dia harus berhasil menjadi idol. Karena dia tidak memiliki skill lain kecual menyanyi dan menari.
“Keluarga saya semuanya di Brazil dan saya ingin mengirimi mereka uang. Situasi ini benar-benar membuat frustrasi,” kata Leia, anggota Black Swan yang lain.
”99 persen dari agensi kecil seperti kami hampir bangkrut dan mengalami kesulitan untuk bertahan setiap hari. Selama periode persiapan, kami harus menghabiskan 20 hingga 30 juta won (sekitar Rp 254 juta hingga Rp 380 juta) selama satu bulan. Dan saat ini kami sudah kehabisan uang,” kata Yoon Deung Ryong, kepala agensi Black Swan, DR Music.
Dari laporan yang dibuat Channel A, ternyata banyak idola yang berasal dari agensi kecil hingga menengah, lebih populer di luar negeri daripada di Korea.
Jadi sebagian besar keuntungan agensi berasal dari pertunjukan di luar negeri. Hal ini menjadi masalah, karena selama pandemi semua pertunjukan tersebut harus dibatalkan.
Hal yang sama juga dialami oleh Liz Entertainment, yang menjadi rumah bagi girl grup ICU dan Chic Angel. Sebanyak 30 acara mereka di luar negeri harus dibatalkan. Sebagai cara untuk bertahan, kedua grup tersebut akhirnya digabung menjadi satu.
“Kami memiliki semua orang termasuk manajer dan stylist, tetapi sekarang saya melakukan semuanya sendiri. Kami memangkas biaya sebanyak mungkin. Kami punya kantor, tapi sulit untuk mengurusnya. Jadi sekarang kami hanya punya satu studio latihan,” kata Kepala Agensi Liz Entertainment.
BTS telah menghasilkan 25 miliar won atau sekitar Rp 317,5 miliar hanya dari satu pertunjukan online.
Namun, keberhasilan BTS tersebut hanyalah sebagian kecil dari total pendapatan. Dengan jumlah fandom terbesar di Korea, mereka tidak hanya memberikan keuntungan untuk diri sendiri, tapi juga untuk agensi, bahkan negara.
Sementara itu, grup idola dari perusahaan kecil hingga menengah hanya dapat memperoleh pendapatan, daya tarik, dan pengakuan, ketika mereka berpartisipasi dalam sebuah festival dan pertunjukan.
Semoga pandemi Covid-19 ini segera berakhir!